-->

Aisyah, KiKa Models, dan Harapan Mommy

Akhirnya Aisyah resmi break dari Ballet Class yang harusnya sudah masuk tanggal 14 Juli kemarin after holiday. Fokus saya sekarang adalah Kids Mapping, sejak mendengarkan seminarnya Ayah Edy tempo hari. Kalau anak tidak memperlihatkan ketertarikan ya out, daripada mengeluarkan banyak biaya ketika ia mengambil perguruan tinggi, lebih baik dari sekarang.

Sudah beberapa kali Aisyah terlihat ogah-ogahan ketika Ballet Class akan dimulai, saya kurang mengerti apakah ia tidak tertarik dengan pelatihnya, tempatnya, teman-temannya, ataukah ia memang tidak berminat dengan Tarian Ballet. Karena saat ia berada di rumah, ia suka sekali memperagakan gerakan menari ballet atau split, tetapi ketika sudah sampai di depan studio, dia akan susah sekali diajak masuk ke dalam. Atau mungkin juga karena diantar oleh Daddy nya membuat dia salah tingkah dan mau berada di dalam mobil saja. Awal-awal kursus saya mengantar dia menggunakan gojek, tetapi bulan puasa kemarin selalu diantar si Daddy. Dulu waktu Aisyah masih sekolah di SBC pun ia harus dibujuk dulu untuk turun dari mobil ketika diantar Daddy nya. Maklumlah, ia jarang ketemu Daddy nya.

Lepas dari Ballet Class, saya mendaftarkannya ke Modelling Class, kebetulan first day Modelling Class after holiday hanya selang 2 hari dengan ballet, oleh karena itulah saya harus cepat mengambil keputusan, kalau ballet pada tanggal 14 Juli, sedangkan modelling pada tanggal 16 Juli. Tidak mungkin saya paksakan ia untuk ikut keduanya karena Bulan Agustus mendatang Music Class pun sudah menunggunya. Oleh karena itulah saya langsung putuskan cut Ballet Class yang sudah diketahui ketidak-tertarikannya sementara ini. Maksimal 2 ekskul saja lah, kasian kalau terlalu banyak.

Banyak yang tidak mengerti dengan keputusan saya ini, terutama orang tua saya. "Mengapa anak sekecil itu sudah diikutkan kursus macam-macam?" Begitu mereka bertanya secara langsung kepada saya.

Seperti yang saya pernah bilang sebelumnya di Blog ini juga, saya punya dendam masa lalu. Saya remaja dengan tingkat percaya diri yang sangat rendah. Bahkan ketika saya sudah SMP dan telat dijemput supir sebentar saja, saya bisa gemetar berpegangan pada pagar sekolahan, ketakutan. Mungkin karena orang tua saya mendidik saya secara otoriter, tidak memberikan kebebasan berpendapat pada saya, sehingga saya menjadi remaja yang sangat minder. Saya tidak ingin anak saya menjadi seperti saya. Saya tentu juga sangat memperhatikan kepercayaan dirinya.

Menurut saya, Aisyah cukup percaya diri dibandingkan saya dulu. Sepanjang saya TK, Mami saya harus selalu terlihat dari jendela kelas, jika tidak terlihat oleh saya, maka saya akan menangis mencarinya. Berbeda dengan Aisyah yang lebih pandai bergaul, lebih berani, mungkin juga karena saya berusaha menjadi ibu yang demokratis sehingga Aisyah tidak terlalu tertekan dan percaya bahwa saya selalu ada dan pasti menunggunya keluar dari kelas.

Hanya saja, kekhawatiran tentu ada, Aisyah masih tidak percaya diri ketika ia harus seorang diri menari di depan orang banyak yang belum pernah ia temui sebelumnya. Saya pernah mengikutkannya kompetisi menari Hi5 yang disponsori oleh salah satu produk susu anak. Meskipun ia tahu dan suka menari, tapi ketika berada di atas panggung, ia hanya berdiri kaku tak bergerak sedikitpun, hanya melihat ke kiri dan ke kanan dengan wajah cemberut. Masih untung sih dia tidak seperti beberapa anak lainnya yang menangis waktu berada di atas panggung, tetapi saya khawatir rasa tidak percaya dirinya terbawa hingga ia dewasa.

Bukan berarti saya ingin menjadikannya model catwalk atau photomodel, tapi harapan terbesar saya pada Modelling Class ini adalah untuk menjadikan Aisyah anak yang lebih percaya diri. Saya ingin agar ia tahu bahwa dirinya bisa melakukan apapun, target apapun bisa dicapai dengan usaha yang keras ... dan itu lebih mudah ditanamkan pada dia yang masih dalam masa Golden Ages. Kebetulan ada Modelling Class yang menerima anak usia 3 tahun ya saya masukkan.

Saya lihat memang cukup sulit untuk menginstruksi Aisyah, apalagi sebagai anak usia 3 tahun, ia tidak suka dengan segala bentuk perintah, masih suka salah tingkah dan banyak sekali gaya yang ia buat, tetapi yang saya sukai dari Modelling Class ini adalah pelatihnya keluaran guru TK (selain berprofesi sebagai model), sehingga lumayan tahu cara pendekatan dengan anak-anak.

Baru masuk sehari, ia sudah lumayan mau berkomunikasi dengan Miss nya. Kebetulan hari pertama, camo (calon model) yang masuk hanya dua orang dan dua-duanya camo baru termasuk Aisyah. Yang satunya lagi sudah remaja, cantik pula, ya namanya saja model, trus body nya tipis-tipis lagi, mungkin seperempat body saya saja, hihihihiiii. Yang saya lihat di TV sih memang untuk body model catwalk cenderung dipilih yang jangkung (kurus dan tinggi), duh kalau Aisyah sih tulangnya nurun saya, besar-besar.



Saya lihat di Line Group, Miss KiKa nya (yang punya Modelling School tersebut) sempat ngomel-ngomel karena banyak yang tidak masuk kelas, heheee. Padahal katanya ada anak usia 5 tahun juga yang ikut kelas, sayangnya dia masih di Jakarta. Dengan adanya Aisyah, ia tidak jadi murid termuda deh. 

Selain untuk meningkatkan kepercayaan diri Aisyah, saya juga bisa sekalian petakan Aisyah kan, siapa tau ternyata ia memang suka dan bakat di dunia model. Saya ngga masalah sih Aisyah dewasanya mau profesi apa yang penting halal dan bisa menjadi orang yang sukses. Tidak mesti jadi model, jika dia punya basic kan dia bisa jadi penerusnya KiKa atau yang lebih komplit (kayak nasi uduk yaa, komplit, wkwkkk) yaitu John Robert Powers.

Pada dasarnya sih, kalau anak yakin bahwa ia bisa, banyak keahlian, punya bakat yang terus terasah ... ia pasti percaya diri dengan sendirinya ... dan anak yang percaya diri itu pasti menjadi orang yang sukses.

Mimpi saya terhadap Aisyah memang cukup tinggi, yaitu saya ingin Aisyah menjadi orang yang sukses, ... tetapi saya bukan tipikal orang tua yang bermimpi terlalu tinggi terhadap anaknya tanpa usaha sedikitpun, tanpa dukungan moril dan materil ... sama sekali tidak ... saya yang bermimpi, maka saya yang harus berkorban. Korban uang, korban waktu, korban fisik, ... semuanya pyur saya yang berkorban untuk anak saya, bukan suami saya.

Kalau mengharapkan suami saya, tidak akan bisa, dia punya mimpinya sendiri, dia lebih banyak urusan yang dia anggap lebih penting dari sekedar urusan pendidikan anak ... kalau kata suami saya, buang uang itu untuk dia kuliah saja, bukan paud ... duhhh, salah kaprah ... justru paud lah yang terpenting dalam dunia pendidikan anak, yang bisa saya lakukan akan saya ajarkan kepada anak saya, tetapi yang tidak bisa seperti modelling dan music, saya serahkan pada ahlinya. Saya mengantar anak kemana-mana pun bergantung kepada gojek. Tidak apa, apa yang kita tanam, itulah yang kita tuai.

Siapa tau ada balita lain yang ingin gabung dengan KiKa Models juga, yukk bareng Aisyah belajar sama-sama, heheheee, siapa tau kalau ada temannya bisa lebih PD. Atau malah maunya main mulu pas di kelas, alamak, bujukin Aisyah kemarin aja susah, salting melulu. Sudah gitu pas break minta botol susu pula, tau gitu botolnya diumpetin dulu.


Perjuangan saya masih panjang nih, dan perkembangan dia ini semakin hari semakin menarik, selain itu banyak sekali bidang ekstra kurikuler yang bisa dia ikuti sejak ia masuk usia 3 tahun.

Dulu waktu Aisyah masih bayi, justru saya ingin banget segera kasih dia adik, tapi pas dia sudah masuk usia 3 tahun mendadak pupus begitu saja, ... doa saya selalu adalah yang terpenting Aisyah selalu diberi kesehatan, kecerdasan, usia yang panjang oleh Allah SWT sudah cukup. Kalau ada baby lagi, fokus saya bisa pecah, dan saya tidak bisa ngider buat anterin dia kemana-mana. Alhamdulillah rencana Allah jauh lebih indah buat saya, terutama untuk Aisyah.

Padahal dulu sempat tuh saya protes sama Allah, "Kok yang ngga siap moril dan materil dikasih anak terus sementara saya punya satu aja dulu susah.". Sejak saya SMP cita-citanya punya 4 anak soalnya, ... ternyata tidak semudah itu, anak itu bukan lahir lalu ditelantarkan secara fisik maupun bathin begitu saja, banyak yang harus dipikirkan terutama soal pendidikan. Karena pendidikan anak itu mahal.

Semangattt ... sekarang lagi berjuang bersama KiKa Models ... setidaknya dalam 3 bulan ke depan sesuai anjuran Ayah Edy untuk Kids Mapping, ... tapi kalau untuk dunia model ini insyaAllah sih Aisyah saya lanjutkan terus karena untuk menjadi percaya diri, kan dia harus bergaul dengan orang-orang yang percaya diri juga. Meskipun awalnya dia hanya main-main, tapi dia akan terus melihat dan terbiasa. Bismillah, semoga selalu lancar rezekinya Aisyah, aamiin.

Jangan lupa untuk selalu mengingatkan anak akan Allah SWT juga, setidaknya dari hal yang sederhana saja, misalnya membaca doa sebelum tidur dan sebelum makan, memberi tahunya mana yang boleh atau tidak dilakukan, mengenalkannya kepada sang pencipta alam serta seluruh isinya.


Pendidikan anak yang terbaik itu kan di rumah, terutama pendidikan moral dan agama, bukan sekedar teori PPKN di Sekolah Dasar yang kalau ulangan dapat nilai jelek lalu dihukum keliling lapangan atau tidak naik kelas. heheheee ...

Anak itu harus Berperilaku Cerdas, tetapi juga Cerdas Berperilaku ... seperti katanya Bunda Rose Mini (RoMi) dan Dr Ahmad Suryawan SpAk berdasarkan slogan salah satu produk susu yang pernah saya ikuti seminarnya sewaktu masih hamil 7 bulan kandungan di Hotel Grand Senyiur, yaitu seminar Mencerdaskan anak 1000 hari sejak dalam kandungan

Semangattt !!!









You Might Also Like

0 comments