-->

Tayangan Layak Tonton Anak. Rekomendasi Film Kartun Antara Baby Boss, COCO, Ferdinand!

Sumber: Kolase dari gambar google
Berbicara mengenai anak, tak akan ada habisnya, terutama mengenai minat dan bakatnya, perkembangannya sesuai tahapan usia, pola pengasuhan anak, ilmu psikologi yang sedikit banyak diketahui oleh orang tua yang berkaitan dengan anak-anak (parenting), kids mapping, karakter pribadi yang diketahui orang tua melalui finger print dan disebut-sebut merupakan gen bawaan anak sebanyak 20%, serta masih banyak lagi pembahasan yang menarik.

Cukup lama saya vakum menulis di blog sejak rasa mabok efek kehamilan kedua saya ini menguasai diri, tapi tentu saya tak luput memperhatikan perkembangan Aisyah hari demi hari. Meskipun saya menjadi agak malas mengajaknya bermain di rumah dan Aisyah pun menjadi jauh lebih manja setelah mengetahui ada makhluk lain dalam perut Maminya yang harus diperhatikan keselamatannya. Mungkin akibat sikap over reactive saya juga yang sempat berteriak keras padanya ketika ia yang memang super aktif melompat dari balik sofa dan tepat menjatuhkan kepalan tangannya di perut saya yang saat itu masih sangat muda usia kehamilannya. Sejak itu, ia tidak mau mengelap handuk sendiri setelah saya membersihkannya seusai BAK atau BAB, bahkan menolak memakai celana sendiri. Padahal untuk anak seusia dia yang masih berusia 3 tahunan, dia cukup mandiri. Akhirnya saya biarkan ia dengan kemanjaannya dulu daripada dia berpikir bahwa sang calon adik akan merampas posisinya, sambil saya terus memberikannya pengertian padanya kalau dirinya akan menjadi kakak dan itu sangat luar biasa karena artinya dia sudah besar.

Pada tulisan kali ini, saya bukan ingin membahas mengenai kehamilan saya melainkan mengenai film yang layak tonton untuk anak seusia Aisyah. Kebanyakan orang tua mengabaikan karakter dari para tokoh di film  ataupun sinetron, kartun ataupun bukan, dan masih banyak yang berpendapat bahwa 'yang penting film kartun'. Saya tidak begitu membatasi tayangan televisi kepada Aisyah, asal isinya tidak ugal-ugalan, bukan tarian erotis atau dangdut-dangdut yang penyanyinya bergoyang tidak senonoh, sinetron atau film yang tidak ada adegan kekerasan. Kalau adegan dewasa di layar kaca, apalagi untuk film Indonesia saya rasa tidak ada, adapun sekedar berpelukan biasa dan bagi saya tidak begitu menjadi masalah. Karena dalam layar kaca, adegan berpelukannya pun biasa saja, anak balita hanya mengerti konsep kasih sayang di dalamnya, tidak mengetahui drama percintaan yang terjadi di hati masing-masing tokoh. Kecuali adegan berpelukan diiringi nafsu loh ya, tentu saya tak membiarkan anak saya menonton film tersebut.

Untuk film kartun sendiri pun, banyak yang saya blacklist, antara lain Tom and Jerry karena banyak sekali adegan brutal yang bisa ditiru oleh anak-anak. Seperti yang kita tahu bahwa Tom dan Jerry adalah musuh bebuyutan sejak jaman dahulu kala, dimana Tom sangat ingin memangsa Jerry dan Jerry selalu mencelakakan Tom. Dicelakakan berulang kali pun, Tom maupun Jerry tidak ada yang tewas, sangat rawan ditiru oleh anak-anak.

Kemudian Shincan, anak kecil yang porno (menurut saya). Masih kecil tapi sudah genit sama wanita-wanita dewasa, bahkan banyak kelakuan Shincan yang dapat ditiru oleh anak-anak seperti memperolok orang lain atau hewan dengan memperlihatkan bokongnya. Lalu ayah Shincan yang seorang pemabok dan peselingkuh. Rasanya bukan tontonan untuk anak-anak banget ya? Hanya saja dikemas dalam bentuk kartun, dan anak-anak deh yang jadi sasarannya.

Lalu ada Doraemon. Sebenarnya Doraemon ini tidak menjadi masalah sih jika tidak ada tokoh Giant yang kasar dan sangat semena-mena terhadap kawan-kawannya. Banyak pesan moral yang didapat. Meskipun ada juga cinta segitiga antara Nobita, Dekisugi, dan Shizuka .... padahal mereka hanya anak kelas 4 SD. Aduh ... malah ada cemburu-cemburuan dan tikung-tikungan pula dalam memperebutkan Shizuka. Adapula Suneo yang licik dan tukang pamer. Tokoh utamanya saja Nobita, anak yang dikisahkan malas belajar dan paling bodoh di kelas sehingga selalu tergantung pada alat-alatnya Doraemon.

Tontonan saya sendiri ketika kecil saluran TVRI yang rutin menayangkan kartun Disney 'Mickey Mouse', kemudian serial keluarga Little House on the Praire, dan favorite saya adalah E.T the movie ... dimana semuanya ada pesan kebaikan yang sampai saya dewasa masih berbekas. Film E.T itu berkesan banget bagi saya, bahkan saya selalu menangis setiap mengulang menontonnya.

Saya ingin Aisyah seperti saya. Meskipun saya bukan orang yang baik seutuhnya, tapi saya punya rasa empati yang cukup tinggi terhadap kesusahan orang lain, bisa dibilang mudah iba. Bukan hanya kepada sesama manusia, terlebih kepada hewan, karena bagi saya hewan adalah makhluk yang paling lemah, tidak dapat mengutarakan keinginan dan perasaannya. Oleh karena itu saya berusaha menanamkan kebaikan-kebaikan padanya baik melalui sugesti positif  dan tontonan yang layak.

Nah berbicara mengenai bioskop, ketika beberapa orang tua sudah membawa anaknya pergi menonton ke bioskop sejak masih bayi, sementara saya rela ngga nonton bioskop hingga dia berusia 3 tahun, itupun saya mengajaknya menonton untuk mengembangkan imajinasinya mengingat ketertarikannya akan tayangan di youtube yang kadang mengkhawatirkan karena meskipun sudah diaktifkan parental control-nya, namun ada beberapa film dewasa dikemas kartun yang lolos, channel superhero yang sempat diviralkan karena memang menyelipkan adegan kekerasan dan pornografi di dalamnya.

_____________________________________________________________________________

THE BABY BOSS

Film pertama yang kami tonton The Baby Boss, kebetulan saya luput melihat trailer nya, hanya berdasarkan cerita orang-orang yang sudah nonton saja kalau film tersebut bagus. Bagus sih jalan ceritanya, dimana intinya seorang anak lelaki yang membenci kehadiran adik bayi di keluarganya. Tapi pengemasannya agak kurang apik nih, karena si bayi karakternya brutal banget karena tidak mengakui kodratnya sebagai bayi. Banyak adegan kasar yang dilakukan si bayi, tapi ending nya bagus banget deh. Akhirnya si kakak merindukan kehadiran bayi dalam keluarganya dan si bayi pun mau kembali ke kodratnya.

COCO

Untuk film kedua ini, saya lebih selektif memilih film. Selama punya anak, baru di tahun ketiga saya masuk theater bioskop lagi, itupun nonton film kartun saja karena selalu berdua dengan anak. Saya yang mengadakan untuk menonton film kedua ini, setelah mengetahui bahwa saya sedang hamil muda. Bagaimanapun saya tidak ingin Aisyah merasa bahwa saya tidak seperti dulu lagi yang selalu memanjakan dan membawanya dating berdua ke mall karena hamil, tapi untuk pergi berkeliling mall atau bermain di playground saat itu saya rasa belum memungkinkan, maka menonton bioskop adalah hal yang tepat untuk dipilih. Lagipula Aisyah seperti menikmati. Setiap lewat XXI ewalk, yang disinggung hanyalah Baby Boss.

Kali kedua kami menonton Disney Pixar COCO. Saya percayakan film kartun memang kepada Disney, biasanya bagus, apalagi tayang di bioskop. Hasil rekomendasi orang dan menonton trailer sih saya cukup tertarik dan ketika menontonnya saya menjadi sangat tertarik. Bahkan menjelang adegan terakhir, satu theater mewek dibuatnya termasuk Aisyah yang matanya menjadi berkaca-kaca. 

Ceritanya bagus banget, tokoh utamanya bernama Miguel, tapi kerumitan yang dialami oleh Miguel ada sejak peristiwa buyut-buyutnya, dimana nenek buyutnya yang masih hidup bernama Coco (Miguel memanggilnya Mama Coco), mengalami hal pahit dalam hidupnya yaitu ayah kandungnya yang seorang musisi mendadak hilang tanpa jejak, membuat ibunya yang bernama Imelda Rivera membenci ayahnya seumur hidup dan melarang adanya musik dalam keluarga mereka. Padahal mereka orang Meksiko yang sangat dekat dengan musik. Permasalahannya, si cucu yang bernama Miguel ini sangat menyukai musik dan ingin menjadi musisi. Miguel sendiri tidak mengetahui nama kakek buyutnya, karena tidak ada sepotong fotopun yang ia miliki, namun seorang musisi idolanya yang meninggal dunia pada masa kejayaannya bernama Ernesto, menggunakan gitar yang sama dengan yang digunakan kakek buyutnya pada potongan foto tanpa kepala karena dirobek oleh Mama Imeda, istrinya.

Petualangan Miguel dimulai karena ia terdampar di dunia lain yaitu dunianya tengkorak, dan menjadi kesempatannya untuk mencari tahu apa yang terjadi pada masa itu sehingga Ernesto pergi meninggalkan keluarganya sehingga menyisakan luka yang dalam secara turun-temurun. Miguel ditemani oleh Hektor, tengkorak yang tidak diterima setiap perayaan jasad dan terancam menghilang untuk selamanya dari dunia tengkorak sekalipun (karena tak ada seorang pun keluarganya yang ingat dan mendoakannya), dalam pencariannya, sampai akhirnya ia bertemu sungguhan dengan Ernesto. Tapi betapa kecewanya ketika ia mengetahui bahwa Ernesto bukan seorang yang baik, melainkan sangat picik. Syukurlah kenyataan tetap seindah mimpi bagi Miguel karena kesalah-pahaman sesaat. Ternyata kakek buyut Miguel bukan Ernesto melainkan Hektor. Mereka pun bekerja sama melawan Ernesto untuk mendapatkan foto Hektor kembali dan dibawa ke dunia manusia sebelum Mama Coco melupakan wajah ayah kandungnya.

Miguel gagal mendapatkan foto Hektor, sementara tubuh Hektor semakin melemah dan Miguel  harus segera kembali ke dunia manusia. Sesampainya di rumah, Miguel segera menemui Mama Coco yang mulai pikun untuk mengingatkannya, namun Mama Coco tidak memberi respon sama sekali sehingga membuat Miguel nyaris putus asa. Pada akhirnya Miguel mengingat lagu 'Remember Me' yang biasa dinyanyikan Hektor saat Coco masih kecil. Air mata seluruh penonton pun meleleh karena adegan mengharukan tersebut. Bahkan potongan foto tanpa kepala itu ternyata disimpan oleh Coco di laci mejanya. Akhirnya foto keluarga Hektor, Imelda, dan Coco pun utuh kembali, diletakkan di meja perjamuan orang meninggal (leluhur turun-temurun) dalam rumahnya dan disembahyangin kubur setiap tahunnya. Hektor tidak jadi menghilang dari dunia tengkorak, bahkan pada tahun berikutnya Coco pun menyusul (meninggal dunia) sehingga bersatu kembali bersama kedua orang tuanya di dunia lain.

FERDINAND

Film ketiga yang kami nonton adalah Ferdinand. Lihat cover filmnya di bioskop saja langsung tau kalau ini film layak tonton banget untuk anak-anak. Covernya itu bergambar anak perempuan sedang memeluk banteng dengan lembut dan ekspresi penuh kasih sayang, indah banget.

Ferdinand ini bercerita mengenai seekor anak banteng yang tinggal di peternakan banteng yang dikhususkan untuk bertarung bersama dengan ayahnya, banteng petarung tangguh, hingga suatu saat ayahnya dikirim ke arena petarungan dan tidak kembali lagi ke peternakan. Banteng yang tidak kembali, dipasikan sudah mati karena kalah. Ferdinand yang mencintai hidup damai dan tenang melarikan diri dari peternakan tersebut dan nyasar di sebuah desa yang indah, terdapat kebun bunga warna-warni, kebetulan Ferdinand sangat menyukai bunga. Di sana ia berkenalan dengan Nina, anak perempuan yang menyayangi Ferdinand dengan sepenuh hati hingga ketika Ferdinand dewasa dan menyusul Nina ke kota untuk berjualan bunga, ia disangka banteng berbahaya, lalu ditangkap dan dikembalikan ke peternakan. Di sana ia bertemu dengan kawan-kawan lamanya yang tidak bersahabat karena memang dibesarkan sebagai banteng petarung dan seekor kambing yang selalu membantunya menyesuaikan diri.

Ferdinand yang baik hati akhirnya berhasil membawa kedamaian di hati kawan-kawannya dan mengajak kawannya untuk melarikan diri, karena di peternakan banteng petarung itu hanya terdapat dua pilihan yaitu harus menjadi petarung tangguh atau menjadi daging guna dikonsumsi manusia. Ferdinand dan kawan-kawannya pun tinggal di desa tempat Nina tinggal.

_____________________________________________________________________________

Dari ketiga film di atas, mana nih yang paling membuat kalian tertarik untuk mengajak anak menonton? Heheheee ... anak saya terkesan sekali dengan ketiga film di atas. Ingin mengajak dia menonton lagi tapi hingga saat ini belum ada film yang tepat, padahal perut saya sudah semakin besar. Sebenarnya saya tidak masalah mengajak dia menonton filmnya saya, toh saya tidak menonton film yang vulgar juga pastinya, nonton film action apalagi, ngga banget deh ya bawa anak untuk menonton film action, horror, dan sadis-sadis lainnya,. Paling nonton film Indonesia yang promonya sangat gencar itu (tetap harus cek trailer nya juga ya), tapi takut juga kalau Aisyah merasa jenuh. Kalau film kartun, tentu Aisyah merasa lebih bersemangat dan ada manfaatnya buat daya imajinasinya dia. Aisyah ini tipikal anak yang banyak sekali ide, saya sangat kagum dengannya, oleh karena itu saya ingin mengasah kemampuannya dia saja agar menjadi lebih tajam.

Mengasuh anak memang harus seringkali menyingkirkan ego pribadi, misalnya ya mengalah untuk hal-hal yang disukai atau tidak disukai demi dia. Bahkan saat sedang ribut dengan pasangan pun sebaiknya tidak di depan anak. Duh, gampang-gampang sulit ya? Apalagi jika si Mommy sudah mengalah, tapi si Daddy terus nyerocos tidak karuan, ngga dibalas seolah kalah tapi dibalas ngga enak sama anak, heheheee.

Semoga kita semua menjadi orang tua yang bijak bagi anak-anak kita semua, terutama dalam memilih tayangan yang pantas ia konsumsi atau tidak. Tanya pada diri sendiri saja, kamu begitu takut anak-anakmu menonton film Indonesia yang isinya masih wajar dan masih bisa BO (Bimbingan Orangtua) atau karena kamu memang tidak suka menontonnya? Lalu, ketika kamu memutar film barat action, kamu tidak khawatir anakmu ikut menontonnya atau karena kamu tidak bisa meninggalkan genre film kesukaanmu itu?

Nah lohhh ... be wise yaa Ayah-Bunda ... setiap orang tua pasti tau lah yang terbaik untuk anak mereka. Masalahnya hanya ada pada ego. Yuk introspeksi diri lagi.

Semangat mengasuh anak yaaa???

Silakan share dan komen juga ya pengalaman pribadinya masing-masing mengenai tayangan layak tonton anak versi Ayah dan Bunda.




You Might Also Like

1 comments