Saya punya Blog satu lagi, sejak tahun 2009, disitu banyak sekali curahan hati saya sejak masih kuliah, masih pacaran, masih yang muda yang bercinta, sehingga saya jarang sekali mem-publish tulisan saya yang ada pada Blog tersebut ... bahkan seringkali juga luapan kemarahan saya ungkapkan dalam Blog tersebut.
Bombon Asam ini seperti hidup baru saya, saya ingin merubah image saya, dari remaja cupu yang hanya bisa ngomel dan nangis, menjadi seorang wanita dewasa, seorang Ibu dari anak balita yang cerdas. Apalagi untuk ukuran mahmud beranak balita 1, usia saya tidak termasuk yang muda banget. Bahkan teman-teman saya anaknya ada yang sudah pertengahan SD, bentar lagi punya anak abegeh.
Sebagai seorang Ibu yang baru memiliki 1 anak, saya lagi giat-giatnya belajar parenting. Sebenarnya sudah sejak saya hamil rajin ikut seminar parenting. Saya ingat waktu kandungan saya masih 1,5 bulan, saya ikut seminar parenting Pren*gen yang diadakan Food Court sebuah Mall, sayangnya saya tidak bisa ikut kegiatan Belly Dance nya karena masih sangat muda kandungannya. Pembicara waktu itu Dokter Ketut kalau tidak salah (saya agak-agak lupa karena sudah cukup lama).
Ketika kandungan saya masuk 7 bulan, saya ikut seminar Mor*naga yang diadakan di Grand Senyiur, itu bagus sekali topiknya, mengenai 1000 hari perkembangan anak sejak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Dibawakan oleh MC Balikpapan Ririn, kemudian Artis Novita Angie sebagai moderator sekaligus narasumber Ibu dengan 2 anak, dokter SPAK Ahmad Suryawan, dan Bunda Romi sebagai psikolog. Disitu dibahas mengenai seorang anak bukan hanya diharapkan berperilaku cerdas melainkan agar dapat cerdas berperilaku juga. Di situ saya sempat bertanya kepada Bunda Romi mengenai kedua orang ponakkan saya yang kondisinya orang tua sudah bercerai, tinggal bersama kakek dan neneknya, sang kakak sering sekali menyakiti adiknya yang terpaut pas setahun usianya dengan dia (ketika ia baru berusia 3 bulan, mamanya hamil adik perempuannya itu).
Ponakkan saya yang lelaki memang sangat menikmati menyakiti adik perempuannya ketika itu, baik memukul, menggigit maupun menyakar. Saya sebagai tante lumayan prihatin mengenai psikologis anak-anak korban Broken Home seperti para ponakkan saya itu. Apalagi orang tua saya bukan tipikal yang mau dan paham mengenai parenting yang baik, mereka hanya tahu mendidik anak dengan satu pola yaitu menasehati dan memarahi bahkan berteriak, sama seperti ketika saya dan adik saya kecil dulu (sampai sekarang, masih suka diteriakin, wkwkwkk). Sedangkan orang tua anak-anak itu sendiri adalah korban pernikahan dini, ketika bercerai masih ingin bebas satu sama lainnya. Mami dan Papa saya yang sudah berusia setengah abad lebih mengasuh dua orang anak balita (malah masih batita ketika saya ikut parenting tersebut) dengan cara orang dulu, tanpa ada perkembangan.
Ketika itu Bunda Romi hanya meminta agar si Kakak dikondisikan untuk menerima dan ikut mengasuh adiknya, seperti membantu nenek memasangkan kaos kaki adiknya dsb, bukan malah terus-terusan menyalahkan si Kakak atas sikap jeleknya terhadap sang adik, karena justru akan membuat si Kakak semakin membenci adiknya. Sayangnya bukan orang tua saya sendiri yang ikut seminar, mereka hanya mengatakan bahwa itu teori, dan untuk ukuran orang berusia mereka bukan lagi tertarik mengenai 'belajar' apalagi belajar parenting.
Ketika Aisyah, anak saya lahir, ternyata ia mengalami alergi susu sapi, duh rasanya batin saya sebagai orang tua ingin berteriak. Karena saya hamil dia sudah mengalami banyak sekali masalah, dari Placenta Previa, kemudian terputus saluran nutrisi 2 minggu sehingga di usia kandungan 7 bulanan BBJ nya hanya 900 gram, alhamdulillah setelah opname 2 minggu naik menjadi 1,25kg dan lagi-lagi saya dapat ujian ketika dokter mengatakan bahwa kepala anak saya terlambat berkembang, bisa berpotensi Mikrosepalus.
Tidak diberi waktu lama-lama untuk khawatir, saya kembali opname 3 hari karena pendarahan (padahal saya di RS ngga ada yang nungguin loh, sampai pakai adult diapers kayak orang jompo, karena bedrest ngga boleh ke toilet), selang seminggu keluar RS kembali pendarahan sehingga opname lagi, 3 hari di RS kembali pendarahan dan JEDERRR ... kata dokter harus Caesar sesegera mungkin tapi harus cari stok darah dulu. Duh, mencari stok darah di PMI tidak semudah yang dibayangkan. Seharusnya saya sudah Caesar jam 2 siang, diundur sampai jam 10 malam, alhamdulillah saya masuk kamar operasi tepat papa saya tiba di RS dari Jakarta. Bersyukur banget anak saya lahir tak kekurangan satu hal pun, normal dengan BB yang cukup, itu hal terindah dalam hidup saya. Dia anak yang kuat!
Sayang banget alergi susu sapi membuat pernafasannya tidak lancar, saya bolak-balik fisioterapi di Siloam. Seandainya saja ia mau ASI, pasti tidak sesengsara ini. ASI saya baru keluar pada hari kelima setelah Caesar, anak saya keburu bingung puting dan saya perah pun ASInya sangat sedikit. Hiks sedih. Sampai sudah konsultasi sama dokter Nina, dokter laktasi di Siloam, yang ada Aisyah teriak terus, dia kuat sekali minum.
Akhirnya usia Aisyah 3 bulanan, ikut seminar Pren*gen lagi berdua Aisyah di Food Court sebuah Mall. Tapi susah konsennya, ngga sempat tunjuk tangan pada sessi tanya jawab juga, apalagi mendadak Aisyah poop, welehhh. Padahal topiknya adalah topik yang saya butuhkan yaitu 'Alergi Susu Sapi pada Anak', dibawakan oleh dokter Anggun.
Ketika Aisyah usia 2 tahunan, saya ikut Seminar Parenting yang diadakan Mor*naga lagi di Novotel, kebetulan ada Playgroundnya jadi saya rasa tak masalah bawa Aisyah, tapi untuk jaga-jaga saya buka kamar di hotel tersebut juga. Ternyata Aisyah tertarik main di Playground saja, susah diajakin masuk ke dalam ruang seminar. Duh, seandainya saja saya punya suami yang mendukung saya secara moril dan mau bekerja sama dalam mendidik anak, paling tidak membantu saya jaga anak saja di Playground sementara saya mengikuti kegiatan seminar, tapi suami saya sama sekali tidak bisa diharapkan meluangkan waktu satu hari untuk itu. Untuk jaga saya waktu di RS saja dia kebanyakan ngomelnya, sampai saya memutuskan pakai adult diapers daripada saya tambah stres liat orang ngga punya perasaan, wkwkwk. Pertengahan seminar Aisyah malah ngantuk, akhirnya kami naik ke kamar buat tidur. Pas doorprize baru turun lagi, tapi ngga dapet, hikss.
Nah baru-baru ini saya ikut Seminarnya Ayah Edy di Grand Jatra ... sebelumnya saya ngga pernah tertarik dengan Ayah Edy, karena saya hanya tahu Ayah Edy melalui Facebook, saya lebih suka mendengarkan motivasi dari Mario Teguh. Bayangan saya, Ayah Edy itu sombong, hanya pandai berteori. Kalau tiket parentingnya mahal mungkin saya tidak akan pergi, syukurlah tiket Gold hanya 100rb karena subsidi dari salah satu perusahaan property di Balikpapan yang mengadakan seminar tersebut. Di samping itu, bisa berkumpul bersama Ibu-ibu teman sekolahnya Aisyah yang lain.
Saya meminta orang tua saya menemani Aisyah dan para ponakkan saya di Playground Mall (pas di samping Hotel), kasihan sebenarnya kalau terlalu lama, tapi sayang banget kalau saya melewatkan seminar parenting dengan tiket terjangkau seperti ini. Saya ngga pakai Baby Sitter karena ketidak percayaan saya terhadap orang lain selain orang tua saya untuk menjaga anak saya dengan baik. Aisyah full saya jaga dengan tangan saya sendiri sejak ia masih bayi merah, sejak bekas operasi saya masih basah dan nyeri.
Seminar tersebut merubah pandangan saya terhadap Ayah Edy. Bagi saya Ayah Edy itu hebat, semua teorinya masuk di logika saya, dimana seorang anak jika dihargai, didukung sepenuh hati cita-citanya, pasti bisa mengantarkan kesuksesannya. Dan It works! Banyak anak yang dibawah didikan Ayah Edy berhasil meraih apa yang ia inginkan. Saya pun berburu buku Ayah Edy. Di Gramedia saya hanya menemukan buku Ayah Edy yang 'Mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur', sedangkan saya sangat ingin buku 'Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak'. Akhirnya saya membelinya secara online.
Sebenarnya pada malam itu, buku-buku Ayah Edy juga dijual, tapi orang tua saya sudah menelpon terus karena terlalu lama, akhirnya saya kabur duluan dari ruang seminar, hiksss.
Buku 'Rahasia Ayah Edy memetakan Potensi Unggul Anak' semakin memicu semangat saya untuk membesarkan dan mendidik anak saya secara demokratis. Harus menyingkirkan sedikit ego kita sebagai orang tua yang harus AMAT SANGAT dihormati oleh anak. Heheheee ... pokoknya kalau ortu jaman dulu 'Seng Ada Lawang', orang tua selalu benar, anak yang berbakti harus menurut sepenuhnya. Dua telinga untuk mendengar dan satu mulut untuk berbicara, hmmm kalau jaman dulu itu hanya berlalu bagi anak, sedangkan bagi orangtua hanya punya 1000 mulut untuk berbicara.
Tapi seperti kata Ayah Edy, tidak ada waktu untuk melihat ke belakang, maafkanlah masa lalu, para guru, orang tua kita, dan semua orang serta sistem yang sempat membuat kita tersesat begitu jauh. Saya saja sampai tidak tahu apa cita-cita saya sebenarnya, wkwkwkk, pokoknya dibilang pendidikan 'itu' bagus yaa bagus saja, manut wae kalo katanya orang Inggris.
Bismillah, masa depan anak ada di tangan kita. Let's make Indonesia Strong from Home jarnya Ayah Edy. -logat Banjar-
Bahkan jati diri saya ngga jelas, bahasanya campur aduk, hahahaaa ... karena tinggal di Balikpapan saja, kalau itu mah. -logat Sunda-
Sumber: https://www.vemale.com/galeri/10-wanita-tercantik-pada-zaman-china-kuno.html |
Saya baru saja menyelesaikan menonton drama seri Mandarin berjudul 'Wei ZiFu', kisah seorang penari yang bekerja di kediaman Putri Ping Yang, kakak kandung kaisar Wu, kaisar Han yang bertahta saat itu, dan kemudian dijadikan selir oleh kaisar. Ini adalah DVD kesekian seri kekaisaran yang saya tonton, sebelumnya saya juga sempat menonton kisah 'Dou YiFang', permaisuri kerajaan Han juga, istri dari Kaisar Wen (Liu Heng). Waktu jamannya Wei ZiFu, dia sudah menjadi nenek suri, karena Kaisar Wu adalah cucunya. Anak dari Dou YiFang adalah Kaisar Jing yang merupakan ayah dari Kaisar Wu.
Bukan sekedar menonton, karena berdasar rasa penasaran, saya jadi lebih banyak membaca dan mencari tahu seperti apa karakter dan kondisi mereka yang sebenarnya berdasarkan sejarah tertulis. Pada kisahnya di film, Wei ZiFu digambarkan sebagai permaisuri yang bijak bahkan anaknya yang diangkat sebagai putera mahkota juga dikisahkan pandai dan bijak seperti ibunya.
Pada catatan sejarahnya, tidak terlalu jelas digambarkan mengenai karakter Wei ZiFu, tetapi miris ketika membaca akhir dari kisah hidupnya, ia bunuh diri menyusul anaknya yang juga bunuh diri karena kalah dalam pemberontakan. Catatan sejarahnya adalah sang putera mahkota memberontak karena ibunya telah kehilangan kasih sayang ayahnya, Kaisar Wu.
Gadis-gadis dibawa masuk ke istana, ditiduri oleh kaisar sekali, kemudian syukur-syukur didatangin lagi, bahkan setelahnya kaisar sudah lupa sama kehadiran mereka, hanya selir kecil yang menunggu gila dan mati di istana belakang. Kalau yang sudah diangkat menjadi nyonya (selir besar) masih lumayan, bisa berdandan dengan mewah dan mondar-mandir datangi kaisar, masih ada kemungkinan kaisar datang kembali menidurinya sehingga berkesempatan melahirkan anak keturunan untuk kaisar (agar memiliki 'akar' untuk tetap kokoh berdiri) serta memiliki kesempatan untuk diangkat menjadi permaisuri.
Cara masuk para gadis ke istana pun sangat unik, selain mengikuti pemilihan gadis istana setiap tahunnya. Seperti We ZiFu, gadis dari golongan rakyat dan miskin, yang diminta secara langsung oleh Putri Ping Yang melayani kaisar, kemudian dibawa ke istana untuk menjadi selirnya. Dulu Dou YiFang pun begitu, gadis yang tidak jelas asal usulnya namun diangkat menjadi permaisuri dan akhirnya selalu ikut campur masalah kenegaraan, malah jadi wanita yang paling berkuasa di kerajaan Han sampai akhir hidupnya. Dou YiFang diceritakan akhir hidupnya pada serinya Wei ZiFu.
Wanitanya kaisar, baik yang menjabat sebagai permaisuri, sebagai nyonya, apalagi tingkatan selir-selir lainnya dari yang tinggi sampai yang paling kecil (sudah kayak jenjang karir ya), sama menderitanya, karena harus berbagi kasih satu sama lain, tidak akan sama adilnya. Ketika kaisar jatuh cinta dengan seorang wanita, tiap malam ia bisa hanya tidur dengan wanita itu saja, begitupun ketika wanita baru datang yang lebih menarik dan pandai mencari perhatian kaisar, yang lama pun ditinggalkan begitu saja. Permaisuri biasanya mendapat penghargaan lebih dan dipercayai mengurus istana belakang karena ia sudah banyak berkorban untuk kaisar, salah satunya adalah 'berjasa' karena telah melahirkan anak keturunan (laki-laki) untuk kaisar.
Betapa sedihnya ketika Wei ZiFu, seorang permaisuri, harus menunggu semalaman dengan makanan kesukaan kaisar yang sudah dihidangkan di dalam kediamannya, sementara kaisar tak kunjung hadir karena sedang bermadu kasih dengan selirnya yang lain. Saya menontonnya saja bisa gemas sendiri. Entah apa yang ada di pikiran kaisar (dan mungkin setiap lelaki memang begitu), yang bisa dengan mudah menumbuhkan hasrat dan nafsu bahkan cinta kepada wanita lain tanpa (beban) memikirkan perasaan wanita yang seumur hidup sudah setia serta banyak berkorban untuknya.
Belum lagi intrik para wanita istana belakang, oleh karena itu butuh permaisuri yang bijak untuk mengatasinya, bahkan permaisuri pun tak luput dari perbuatan licik para selir demi menjatuhkan dan menggantikan kedudukannya.
Bagi saya kisah Dou YiFang dan Wei ZiFu paling menarik karena selain saling berkaitan melalui satu jalur keturunan kekaisaran Han, yang paling diekspos adalah kehidupan para wanitanya.
Kisah Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing juga menarik, tetapi yang diekspos adalah perebutan kekuasaan oleh anak-anaknya. Kebetulan ia memiliki banyak anak lelaki, ada 35 anak lelaki berdasarkan catatan sejarahnya di wikipedia. Meskipun kelihatan sebagai anak-anak kaisar yang patuh, namun sesungguhnya mereka terpisah dalam kelompok masing-masing dan saling menyusun strategi untuk menyikut kelompok yang lain.
Kaisar menyayangi Pangeran ke 14, dan desas-desusnya akan diangkat untuk menggantikan putera mahkota. Putera mahkota, anak pertama dari permaisurinya, adalah orang yang kurang bisa diharapkan dan licik. Pangeran ke 14 lebih baik hati sehingga bisa membuat tenang hati kaisar agar tidak terjadi saling bunuh antar saudara. Pangeran ke 14 sendiri bersama Pangeran ke 9 dan 10 mendukung pangeran 8 untuk menjadi putera mahkota (calon pengganti kaisar). Sementara Pangeran ke 13 mendukung Pangeran ke 4. Pangeran ke 4 sikapnya lebih tenang, namun ternyata sudah punya strategi secara diam-diam untuk menjatuhkan yang lainnya, karena pada akhir hidup Kaisar Kangxi, pada wasiat tertulis bahwa Pangeran ke 4 yang diputuskan untuk menggantikannya. Tidak ada yang percaya dengan keputusan Kangxi tersebut, bahkan isunya Pangeran ke 4 telah memalsukan wasiat Kangxi.
Dari sisi manapun kehidupan di istana sangat menyeramkan ya, penuh intrik. Belum lagi karena kesalahan kecil bisa dihukum pancung. Hanya tidak sengaja menjatuhkan gelas di hadapan selir saja, pelayan bisa sangat ketakutan dan berkata sambil sujud-sujud "Hamba pantas mati.". Ketemu selir yang gila karena galau tidak didatang-datangi sama kaisar, bisa dibunuh betulan itu pelayan.
Beruntunglah kita hidup di jaman ini, di Indonesia pula, meskipun korupsi besar-besaran tidak sampai dihukum penggal, bahkan predator anak pun belum tentu mendapat hukuman mati, apalagi penggal, karena tidak sesuai dengan sila ke dua Pancasila "Kemanusiaan yang adil dan beradab", meskipun sebenarnya kan kemanusiaan itu hanya berlaku bagi orang yang memanusiakan manusia. Kalau pembunuh sih bagi saya (sebagai rakyat Indonesia) tidak berlaku lagi sila kedua.
Tapi bagaimanapun seremlah menjadi bagian dari kehidupan istana pada jaman kekaisaran Tiongkok. Saya suka menikmati sejarahnya, drama serinya, tetapi sama sekali tak pernah bermimpi menjadi bagian di dalamnya. Pada jaman dinasti Tang, selir kaisar saja bisa mencapai 3000 orang, ada yang sampai mati tidak pernah bertemu dengan kaisar, sebagian pasti menjadi gila dulu sebelum mati. Kasihan ...
Fiksi
“Ais, this is Tanet, 21 years old. Orang Thailand loh, he’s a cute, right?” Ais membaca tulisan di belakang foto yang diselipkan di dalam amplop surat yang baru diterimanya dari tukang pos siang itu.
Kemudian perlahan tapi pasti dia membuka selembar kertas yang ditulis dengan rapi oleh sang pengirim. “Dear Ais...kangen banget aku! Sudah cukup lama ya kita tak bertemu? Sejak mama dan aku pindah ke Gold Coast-Aussie three years ago.
"Pertamanya sih aku kesepian, tapi lama-lama aku betah juga setelah masuk ke universitas. Sudah lihat kan fotonya? Dia Tanet, sudah lima bulan aku berhubungan dengannya. Dia cowok terseksi yang pernah aku lihat."
"Di samping itu dia ikut pegang saham di restoran milik keluarganya, orang tuanya pengusaha rumah makan, punya banyak sekali restoran. Aku sudah dibawa ketemu mamanya, orangnya sangat ramah."
"Makanya Ais, cari cowok dong! Kamu pasti kesepian juga kan ngga ada aku? Kalo sudah punya cowok, ngga bakal deh kesepian lagi. Kapan nih kamu ke Gold Coast, di sini cowoknya handsome-handsome, you know? Ntar aku kenalin deh!"
"Ok Ais, aku tunggu loh kabarnya, baik tentang cowok maupun tentang rencana kedatanganmu ke Gold Coast. See you, Babe.....Your Sweetie Cousin, Nita.”
Ais tersenyum sendiri setelah selesai membaca surat dari sepupunya itu. Dia membayangkan wajah Nita yang sedang bersemu merah, bahagia, sambil menulis surat untuknya itu.
Kembali dilihatnya wajah sejoli yang ada di dalam foto. Ais jadi membayangkan seandainya ia yang berada di samping cowok tampan itu.
Bukan hanya tampan, ia juga pastinya kaya raya, bisa dilihat dari penampilannya yang necis abis dan foto mobil porches berwarna merah yang ada di belakang Nita dan Tanet tersebut.
Ah, beruntungnya Nita, pikir Ais.
Nita adalah sepupu Ais yang sangat akrab. Selain karena mereka bersepupuan sekali, papanya Ais dan mamanya Nita adalah bersaudara kandung, dulu mereka juga tinggal bersebelahan di kawasan perumahan elit Balikpapan Baru.
Sampai suatu ketika papa dan mamanya Nita bercerai, kemudian mamanya Nita menikah lagi dengan seorang pria berwarga-negaraan Australia, Raymond Cross namanya yang kebetulan mengadakan perjalanan bisnis di Balikpapan.
Oleh karena itu, mau tidak mau setelah urusan bisnis Raymond selesai di Balikpapan, Nita dan mamanya ikut pindah ke Gold Coast.
Sementara Nita pindah ke Gold Coast, Ais pindah ke Bali, karena papanya seorang pengusaha dan sedang memiliki proyek untuk membangun villa di daerah Bedugul.
Akibat ketertarikannya pada pariwisata dan ingin menjadi pengelola villa milik papanya kelak, Ais kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua dan tinggal di sana karena cukup melelahkan bolak-balik kampus ke rumahnya di Tabanan yang bisa menempuh waktu sampai dua jam perjalanan.
Ais cukup enjoy kos sendiri, karena ia bisa lebih mandiri. Yang membuatnya jadi tidak enjoy lagi adalah setelah membaca surat dari Nita barusan, yaitu ‘tentang cowok’.
Ia memang sudah terobsesi pada cowok bule sejak lama, tapi ia juga tidak ingin pacaran dengan sembarang cowok bule. Apalagi jika melihat adik-adik tingkatnya pulang - pergi dengan bule-bule tua yang penampilannya tidak karuan. Hiii....Ais bergidik ngeri. Amit-amit! Pikirnya.
Ais membayangkan cowok bule yang muda dan tampan, yah paling tidak biar bisa dipamerkan juga-lah pada Nita, sepupunya itu. Kalau hanya cowok Indonesia sih dari dulu sudah banyak yang menginginkan Ais menjadi pacarnya.
Ais memang cantik dan ber-body bagus. Tapi Ais selalu jual mahal pada mereka semua. Ia selalu bilang pada teman-temannya sekelasnya di kampus, “Cowok Indonesia bukan tipeku. Aku suka yang putih dan berhidung mancung.”
“Joy, clubbing yuk ntar malam. Hard Rock Cafe ato Double Six deh, terserah. Ajak si Michan tuh, dia pasti mau. Dia kan ratunya dugem.” Pinta Ais pada Joy, teman satu indekosnya.
Joy melirik curiga pada Ais. “Sudah setaon ga dugem, trus tiba-tiba ngajak lagi, ada apa neh?”
Ais tersenyum penuh arti. “Ada yang mengingatkan lagi nih ‘bout obsesiku dengan cowok bule.”
Joy menepuk jidatnya. “Ya ampun, Ais. Belum kapok juga. Tuh si Revi dapetnya cuman bule tua. Mana ada bule muda cari cewek di Indonesia. Perbandingannya bisa seribu banding satu tuh. Hard to wish, Honey...”
Revi adalah nama salah satu adik tingkat Ais dan Joy di kampus.
“Joy...plisssss...” Mohon Ais dengan wajah yang sengaja dibuatnya terlihat memelas.
Joy menjadi tidak tega dibuatnya. “Hard Rock deh....”
Ais bersorak kegirangan dengar jawaban Joy.
“Come on Gals, enjoy!” Ais nge-dance bak kuda lepas sesampainya di Hard Rock Cafe.
Michan, sahabat Ais asal Jakarta, yang memang ratunya clubbing langsung ikut enjoy bersama kawannya itu. Sementara Joy hanya duduk bertemankan soft drink, karena memang ia tidak begitu menyukai dunia gemerlap dan bising seperti itu.
“Lama gue tidak fun seperti ini!” Kata Ais pada Michan setengah berteriak, karena suasana yang memang sangat bising, sambil terus menggoyangkan badannya.
“Lagian, diajakin nolak terus sih!” Balas Michan, setengah berteriak juga.
Sedang asyik-asyiknya dance sambil ngobrol dengan Michan, tiba-tiba seorang cowok bermata sipit menarik tangan Ais dan mengajaknya menari berputar-putar.
“Wo zen de zen de hen ai ni!” Teriak cowok tersebut pada Ais.
Ais bergidik ngeri karena tampaknya cowok China itu sedang mabuk. Papa Ais keturunan Tionghoa sehingga ia sedikit mengerti bahasa Mandarin. Ais terus dance sambil perlahan menyingkir dari cowok itu.
Baru saja terbebas dari cowok aneh, tiba-tiba seseorang menariknya lagi dan mengajaknya dance bersama. “Anata wa kirei desu!” Teriak cowok itu sambil tersenyum manis.
“Arigato gozaimasu!” Balas Ais. Ia sedikit mengerti bahasa Jepang karena sempat mengambil bahasa Jepang sebagai bahasa pilihan di kampusnya.
“Watashi wa Yoko desu. Anata wa dare desu ka?” Tanyanya lagi, tepat di telinga Ais sehingga ia tak perlu berteriak.
“Ais desu.” Jawab Ais singkat untuk mengakhiri komunikasi, karena Ais khawatir jika si Jepang mulai berbicara panjang lebar dan ia tidak mengerti.
Sesekali Ais melirik pada Michan yang ternyata sudah hanyut dengan seorang bule yang cukup tampan, memiliki kumis tipis di atas bibirnya. Kemesraan tampak di antara mereka berdua.
Sementara itu Joy sedang terlibat pembicaraan yang menarik bersama seseorang yang sepertinya orang Indonesia saja. Joy memang kurang agresif dibandingkan Michan.
Perlahan Ais mulai menyingkir dari orang Jepang itu dan ingin mencari pasangan dance lain. Samar masih terdengar orang Jepang itu berteriak, “Ude no mise-dokoro!”
Saat sedang menikmati musik seorang diri, tak jauh dari pandangannya seorang cowok bule muda dan sangat tampan sedang duduk menikmati minumannya. Dengan agresif Ais mendekat, meminta sang bule untuk menemaninya berdansa.
Meski awalnya sempat bingung dan menunjukan sikap penolakan terhadap ajakan Ais, tapi akhirnya ia ikut hanyut juga menikmati dentaman musik.
“Where are you from?!” Ais mendekatkan bibirnya ke telinga sang bule agar suaranya terdengar.
“Aussie.” Bule itu tertawa.
“Wow, great! My cousin live at Gold Coast! I am Ais.” Teriak Ais girang sambil memperkenalkan diri.
Pembicaraan bertambah seru karena mendapat poin plus untuk lebih mendekatkan diri dengan si bule tampan. Bule itu bernama Christ, asal Cairn.
Mereka sedang terlibat pembicaraan seru ketika tiba-tiba datang seorang cewek bule cantik bermata biru yang langsung menarik tangan Christ dan menatap sinis pada Ais.
Ais sedikit kecewa karena ternyata Christ sudah memiliki pacar. Ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukan pukul dua pagi.
Sudah dari jam sepuluh malam mereka berada di situ. Ais duduk di samping Joy yang terlihat cukup lelah karena teman ngobrolnya juga sudah pergi meninggalkannya.
“Siapa tadi, Joy?” Tanya Ais penasaran.
“Gerry.” Sahut Joy.
“Kebetulan sama-sama orang Ambon, jadi akrab. Sudah tukeran nomer, orangnya perhatian banget.” Sambung Joy dengan wajah merah merona dan tersenyum. Yang dimaksud dengan ‘nomer’ oleh Joy, tentu saja nomer HP.
“Cie...yang lagi senang.” Olok Ais yang kemudian kembali terlihat lesu.
“Kamu sendiri ketemu siapa aja tadi? Asik banget kelihatannya. Apalagi Michan tuh.” Tunjuk Joy pada Michan yang masih nempel pada bule berkumis tipis tadi.
“Ngga ada yang menarik.” Jawab Ais singkat.
Michan menghampiri teman-temannya. “Gals, gue misah dulu ya, si John ngajak gue kumpul bareng teman-temannya dulu di Hotel tempat dia nginap.
“Yaa deh yang lagi pada hepi.” Jawab Ais asal sambil beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kedua temannya.
Michan mengkerutkan keningnya melihat sikap Ais, namun sebelum sempat Michan bertanya, Joy sudah memberi kode kalau malam ini Ais tidak bertemu siapapun yang dia harapkan.
Sambil sedikit meringis, Michan menyolek punggung Ais untuk pamitan karena ia sudah telanjur berjanji pada John. “Gue cabut dulu ya?”
Ais tidak menanggapinya dan jalan duluan untuk nongkrong di mini market 24 jam yang letaknya tepat di sebelah Hard Rock.
Joy masih melirik kepada Michan memberi tanda untuk tidak meninggalkannya dalam suasana hati Ais yang sedang tidak bersahabat ketika tiba-tiba ada suara gaduh di depan mereka.
“Aduuh...hati-hati dong!” Ais tersungkur di lantai dan langsung melampiaskan kemarahan kepada orang yang menyebabkan ia jatuh.
“Oh, I’m so sorry.” Kata seseorang sambil membantu Ais berdiri.
Joy dan Michan langsung menghampiri Ais.
“Kamu ditabrak dia, Ais?” Tanya Joy sambil membantu Ais membersihkan kakinya dan melirik sinis pada si penabrak. Michan hanya diam saja terpana menatap pria yang menabrak sahabatnya itu.
“It’s my fault. I’m sorry.” Orang itu tampak sangat menyesal. Sementara itu Ais baru menyadari kalau yang menabraknya adalah seorang cowok bule yang masih muda dan sangat tampan.
Ais buru-buru menyikut Joy dan tersenyum dengan sangat manis. “Oh, never mind.”
Michan masih memandang si bule tampan sebelum akhirnya John menarik tangannya untuk segera pergi.
Joy memandang wajah Ais yang bersemu merah dengan heran. Ia belum pernah melihat orang yang habis tertabrak dan mengalami lecet pada lutut bisa tersenyum dengan sangat ramah, melebihi wajah cute seekor anak kucing.
“I’m Ais.” Kata Ais lagi sambil mengulurkan tangannya.
“Uh...a good name. I’m James Collins, from Gold Coast.” Jawab cowok itu, menyambut uluran tangan Ais.
Ais terbelalak menatap sang bule tak percaya. “Gold Coast in Aussie???!!!” Tanyanya.
“Certainly!” Jawab si bule yang menyebabkan Ais berteriak kegirangan.
“Hm...what’s the problem?” Tanya bule tersebut bingung melihat sikap Ais.
Wajah Ais memerah begitu menyadari semua orang di sekitar situ memperhatikannya. “Nothing, my cousin live there, I hear Gold Coast have many good place to visit.”
“Yes you right. Can you tell me about Bali?” Jawab James sambil mengajak Ais duduk berdua.
Ais tertawa kegirangan di dalam hati.
Tak sabar rasanya ia ingin segera menulis surat pada Nita untuk menceritakan kisah Semalam di Hard Rock, lebih tepatnya di samping Hard Rock Café, bersama James Collins, seorang mahasiswa bidang studi Manajemen Perhotelan, Resort, dan Pariwisata di Bond University yang sedang berlibur bersama teman-temannya sekaligus studi banding pariwisata yang ada di Bali dengan Gold Coast.