Ada pepatah di beberapa negara bahwa manusia mempunyai kembaran berbeda darah atau disebut dengan doppelganger. Tapi menurut saya jika kita semua berasal dari nenek moyang yang sama, berarti tetap sedarah yang persentasenya nyaris tak terlihat, hihihiii, cari pembenaran.
Dulu ada yang pernah bilang kalau salah satu teman sekampus berwajah mirip dengan saya, tapi ketika saya perhatikan sih tidak mirip, karena cantikan dia lah kemana-kemana, wkwkwkk. Saya mah apa atuh, hanya remahan rengginang. Lain kali kalau pilih 'kembaran' saya, yang wajahnya biasa-biasa saja ya, supaya saya nggak malu-malu banget.
Pada ulasan kali ini, saya akan membahas mengenai aktris Indonesia yang punya kembaran aktris Mandarin. Sudah lama saya ingin menulis ini sejak menonton Mandarin Drama Series (Kingdom) yang berjudul Schemes of a Beauty, karena menurut saya salah satu pemerannya mirip dengan artis Indonesia. Ditambah semakin banyaknya bintang serial Mandarin yang saya perhatikan mirip dengan aktris Indonesia, tercetuslah ide untuk berbagi tulisan ini.
1. Sezha Idris dan Deng Sha
Sezha Idris |
Deng Sha |
Deng Sha lahir di Zhuzou Hunan China pada tanggal 08 Desember 1986, tinggi badan 165 cm. Sedangkan Sezha Idris lahir di Jakarta pada tanggal 14 Oktober 1988.
Pertama kali saya melihat Drama Seri yang dibintangi oleh Deng Sha yaitu pada Serial Mandarin Kingdom yang berjudul Schemes of a Beauty sebagai Miao Ren yang berambisi menjadi ratu. Perannya sebagai wanita yang dicintai oleh Pangeran dan diangkat menjadi selir, kemudian sang Pangeran naik tahta dan terjadi perebutan posisi permaisuri kaisar Han. Deng Sha bermain antagonis sangat baik.
Tetapi yang menarik perhatian saya adalah kemiripannya dengan salah satu artis Indonesia Sheza Idris. Meski berbeda cara dandan, artis Indonesia suka dengan dandanan yang berat sedangkan artis Mandarin senang dengan dandanan ringan sehingga terkesan tidak dandan (natural).
Tetapi yang menarik perhatian saya adalah kemiripannya dengan salah satu artis Indonesia Sheza Idris. Meski berbeda cara dandan, artis Indonesia suka dengan dandanan yang berat sedangkan artis Mandarin senang dengan dandanan ringan sehingga terkesan tidak dandan (natural).
Menurut kalian, Sezha Idris dan Deng Sha mirip atau tidak? Komen ya?
2. Ayu Dewi dan Zhang Jia Ni
Ayu Dewi |
Zhang Jia Ni |
Entah apa yang menurut saya mereka ini mirip. Mungkin mata kucing dan cara mereka tersenyum, susunan gigi pun hampir sama.
Banyak sekali film Kingdom yang saya tonton dibintangi oleh Zhang Zia Ni, salah satunya adalah Allure Snow dimana dia berperan kembar dengan beda sifat. Di film tersebut dia menjadi salah satu tokoh inti juga yang hampir setiap scenes muncul.
Zhang Jia Ni lahir di Chengdu Sichuan 22 Juni 1987, tinggi badannya 164 cm. Sedangkan Ayu Dewi lahir di Jakarta pada tanggal 7 September 1984.
3. Nycta Gyna dan Dong Jie
Nycta Gyna |
Dong Jie |
Dong Jie yang cantik dan imut, berperan sebagai tokoh utama di film Allure Snow, mirip karakternya dengan Nicta Gyna yang juga imut dan tidak bisa diam. Ditambah beberapa ekspresi wajah Dong Jie di film yang saya lihat mirip sekali dengan artis muda Indonesia yang satu ini.
Dong Jie lahir di Dalian Liaoning China pada tanggal 19 April 1980 bernama lain Angel Dong. Wow senior juga ya ternyata, tetapi masih imut kan? Sedangkan Nycna Gyna kelahiran Jakarta tanggal 03 November 1984, lebih muda 4 tahun dari Dong Jie.
Menurut kalian, mereka mirip atau tidak?
4. Tsania Marwa dan Deng Jia Jia
Tsania Marwa |
Deng Jia Jia |
Mereka berdua memiliki kemiripan bentuk dagu dan bibir. Hampir setiap sesi foto mereka terlihat mirip.Bahkan saya membayangkan jika film Mandarin yang dibintangi Deng Jia Jia dibuat versi Indonesia, mungkin yang cocok memerankannya adalah Tsania Marwa, tapi tergantung pada sutradaranya lagi dan si pemeran sendiri.
Saya suka menonton serial Mandarin karena make up artisnya alami dan yang memerankannya pun tidak kaku dalam akting. Imutnya tidak seperti dibuat-buat, tetapi seolah-olah memang si tokoh karakternya seperti itu.
Deng Jia Jia lahir pada tanggal 17 Mei 1983 di Neijiang China. Dia berperan sebagai Kuang Chunni di Four Women Conflict. Sedangkan Tsania Marwa lahir 5 April 1991, juara 2 Gadis Sampul 2005 dan cukup banyak membintangi beberapa judul sinetron.
Jauh lebih junior daripada Deng Jia Jia ya, tapi sayang make up menjadikannya terlihat jauh lebih dewasa dibandingkan Deng Jia Jia yang imut.
5. Fanny Ghassani dan Wang Li Kun
Fanny Ghassani |
Wang Li Kun |
Tidak jauh berbeda dengan Tsania Marwa dan Deng Jia Jia, yang membuat Fanny Ghassani dan Wang Li Kun tampak mirip adalah bentuk dagu, bentuk bibir, cara tersenyum, bentuk mata (meskipun yang satu besar dan yang satu sipit), bahkan bentuk hidung. Keduanya nyaris sama.
Wang Li Kun lahir di Chifeng China pada tanggal 22 Maret 1985, tinggi badan 167 cm. Saya menonton dia pada peran antagonis di film Schemes of a Beauty, menjadi wanita yang sangat licik dan berambisi, meskipun ketika berperan sebagai anaknya, karakternya pada film menjadi protagonis.
Perfilman China selalu serius ketika membuat sebuah karya, bahkan untuk film seri yang ditayangkan di televisi saja (biasa di Indonesia kita kenal dengan Sinetron). Karakter tokoh dan setting tempatnya sangat kuat, para pemainnya pun berkualitas, sehingga drama seri mereka bisa terkenal hingga ke mancanegara. Semoga kelak Indonesia bisa menghasilkan sinetron yang sama luar biasanya.
Fanny Ghassani terkenal melalui perannya di Cinta Fitri, sinetron kesukaan saya ketika kuliah dulu (berhubung di kos saya hanya masuk satu channel televisi yang menayangkan Cinta Fitri). Di situ saya suka melihat dia, karena cantik dan pandai akting meskipun tergolong baru di dunia sinetron.
Dia lahir di Jakarta pada tanggal 19 Februari 1991, tinggi badan 166 cm. Wah, selisih 1 cm ya tinggi badannya, meskipun usinya 6 tahun lebih muda dari Wang Li Kun.
Dia lahir di Jakarta pada tanggal 19 Februari 1991, tinggi badan 166 cm. Wah, selisih 1 cm ya tinggi badannya, meskipun usinya 6 tahun lebih muda dari Wang Li Kun.
Nah, menurut kalian semua, diantara mereka berlima, siapa yang paling mirip ya? Kalau menurut Mami Keceh sih mirip semuanya. Semoga kelak ada salah satu aktris Mandarin cantik yang dibilang orang mirip saya, heheheheee... (tutup muka, malu)
Komen dan bagikan dong jika setuju kalau mereka ini memang punya 'kembaran' di China sana. Kembar beda ayah dan beda ibu tentunya.
Note: Foto-foto hasil kumpulan dari Mbah Google.
Komen dan bagikan dong jika setuju kalau mereka ini memang punya 'kembaran' di China sana. Kembar beda ayah dan beda ibu tentunya.
Note: Foto-foto hasil kumpulan dari Mbah Google.
Lembang, 8 Februari 2017
Angin semilir mencuri masuk melalui celah lengan jaket, meliuk bak labirin antara bulu-bulu halus yang melindungi kulit. Penulis bergidik digelitik oleh dinginnya udara saat itu.
Padang rumput hijau terang seolah kelabu tertutup embun. Hewan tinggi, tegap, gagah bak bangsawan mengibaskan rambutnya yang sempat basah terkena rintikan air hujan, ia tampak kesal akibat sebagian poni jatuh menghalangi pandangannya.
De Ranch, sebuah lokasi di Lembang, salah satu sudut Jawa Barat, menjadi salah satu tujuan para wisatawan domestik maupun internasional.
Penulis datang bersama anak yang masih berusia kurang dari 3 tahun, guna mengenalkannya dengan dunia luar, terbang menggunakan burung besi ke Pulau Dewata, kemudian lanjut ke Jakarta, dan sampailah kami di Kota Bandung dengan perjalanan darat selama 5 jam.
Saya sedang merenggangkan kaki di atas tempat tidur, melunturkan penat yang membuat seluruh tubuh saya turut merasa pegal, ketika ponsel saya berdering. Aisyah terlelap di sebelah saya, hari itu sudah cukup sore, akhir-akhir ini saya agak kesulitan menidurkan ia, baik di waktu siang maupun malam.
Suara seorang wanita, "Ibu diundang untuk datang ke Workshop kepenulisan di Aston, apa bisa?"
Kalimat permintaan konfirmasi yang membuat saya tersentak. Jika disuruh membeli tiket pun mungkin saya beli jika kebetulan diadakan di Kota tercinta ini. Apalagi 'sekedar' diminta konfirmasi kehadiran saja.
Suara seorang wanita, "Ibu diundang untuk datang ke Workshop kepenulisan di Aston, apa bisa?"
Kalimat permintaan konfirmasi yang membuat saya tersentak. Jika disuruh membeli tiket pun mungkin saya beli jika kebetulan diadakan di Kota tercinta ini. Apalagi 'sekedar' diminta konfirmasi kehadiran saja.
Setelah ditunggu-tunggu selama sebulan lamanya, akhirnya kemarin Aisyah resmi menjadi murid Yamaha Music School alias first time menginjakkan kaki di Kelas Musik.
Di Kelas Musik Aisyah bertemu lagi dengan Kemangi, anak blesteran/indo barat, yang kebetulan sempat bersama di Ballet Class, trus pas mau pulang juga bertemu dengan Grace yang dulu sekelas di Ballet juga tetapi Grace sudah masuk semester 2. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa Aisyah tidak lanjut Ballet karena susah sekali diajak masuk ke dalam studio.
Di Kelas Musik Aisyah bertemu lagi dengan Kemangi, anak blesteran/indo barat, yang kebetulan sempat bersama di Ballet Class, trus pas mau pulang juga bertemu dengan Grace yang dulu sekelas di Ballet juga tetapi Grace sudah masuk semester 2. Seperti yang saya sampaikan sebelumnya bahwa Aisyah tidak lanjut Ballet karena susah sekali diajak masuk ke dalam studio.
Hallo Mommy Keceh semuanya ... semingguan ngga nulis Blog kok rasanya sudah rindu ya?
Sesuai judulnya, di sini saya ingin memberi informasi kepada para Mommy Keceh, bahwa tes STIFIn bukan merupakan tes untuk mencari minat dan bakat anak, melainkan untuk mengetahui Karakter Genetik (bawaan) anak agar mempermudah orang tua menjalankan proses belajar - mengajarnya dengan anak.
Ide menulis tentang ini datang dari beberapa Mom yang kontra dengan tes STIFIn yang saya lakukan, sampai harus berkonsultasi dengan psikolog segala. Heheheee ...
Sebenarnya itu hak masing-masing Mom sih, tapi di sini saya ingin memberi penjelasan mengenai tes STIFIn berdasarkan buku-buku yang saya baca dan penjelasan dari Griya STIFIn nya langsung. Buat yang awam, mungkin bisa membeli bukunya, dibaca dan dipahami lebih dalam.
Ide pergi ke dokter gigi anak tercetus ketika ponakkan saya mengalami sakit gigi yang sangat parah. Tetapi malang sekali karena dia merasakannya seminggu menjelang hari raya Idul Fitri, dimana para dokter mengambil cuti guna menyambut hari raya.
Sebelumnya kami sudah melakukan pencarian nama-nama dan tempat praktek dokter gigi anak di Kota Balikpapan, kemudian menemukan nama drg Evi yang beralamatkan di Wika. Namun ketika mami saya berkunjung ke sana membawa Sachio, ponakkan saya tersebut, rumahnya kosong, sehingga mencoba mencari alternatif lainnya.
Kami menemukan nama drg Helsa yang mana spesialis gigi anak recommended juga di Kota Balikpapan, dan alhamdulillah praktek di klinik dekat rumah saya. Saya memutuskan untuk ikut memeriksakan gigi Aisyah sekalian.
Sebelumnya kami sudah melakukan pencarian nama-nama dan tempat praktek dokter gigi anak di Kota Balikpapan, kemudian menemukan nama drg Evi yang beralamatkan di Wika. Namun ketika mami saya berkunjung ke sana membawa Sachio, ponakkan saya tersebut, rumahnya kosong, sehingga mencoba mencari alternatif lainnya.
Kami menemukan nama drg Helsa yang mana spesialis gigi anak recommended juga di Kota Balikpapan, dan alhamdulillah praktek di klinik dekat rumah saya. Saya memutuskan untuk ikut memeriksakan gigi Aisyah sekalian.
Halo,
Ketemu lagi dengan Mami Keceh ... jangan bosan-bosan yaa ... ^_*
Aisyah sudah liburan menjelang hari raya nih Moms, sekaligus memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi bermain di Paud. Awalnya merasa sayang banget karena Aisyah banyak sekali perkembangannya di Paud tersebut, disamping itu guru-gurunya baik-baik banget lagi. Orang tua murid pun asyik-asyik semua, teman-teman Aisyah juga ngga ada yang kasar-kasar baik dari segi bahasa maupun sikap. Lingkungannya kompeten untuk anak-anak usia dini yang mudah meniru. Bukan hanya Aisyah yang betah, tapi Maminya pun betah karena bagi ibu-ibu yang belum sepenuhnya tega meninggalkan buah hatinya, ada ruang tunggu khusus Moms yang dilengkapi wifi dan CCTV keadaan anak-anak di kelas. Satu kelas hanya berisi 10 murid. Ini recommended school dari saya (bagi para orang tua yang masih belum ada gambaran mengenai Homeschooling dan belum siapkan kurikulum yang tepat untuk buah hati). Langsung melakukan observation saja Moms di SBC Learning Center (Bubble Bee)
Ketemu lagi dengan Mami Keceh ... jangan bosan-bosan yaa ... ^_*
Aisyah sudah liburan menjelang hari raya nih Moms, sekaligus memutuskan untuk tidak melanjutkan lagi bermain di Paud. Awalnya merasa sayang banget karena Aisyah banyak sekali perkembangannya di Paud tersebut, disamping itu guru-gurunya baik-baik banget lagi. Orang tua murid pun asyik-asyik semua, teman-teman Aisyah juga ngga ada yang kasar-kasar baik dari segi bahasa maupun sikap. Lingkungannya kompeten untuk anak-anak usia dini yang mudah meniru. Bukan hanya Aisyah yang betah, tapi Maminya pun betah karena bagi ibu-ibu yang belum sepenuhnya tega meninggalkan buah hatinya, ada ruang tunggu khusus Moms yang dilengkapi wifi dan CCTV keadaan anak-anak di kelas. Satu kelas hanya berisi 10 murid. Ini recommended school dari saya (bagi para orang tua yang masih belum ada gambaran mengenai Homeschooling dan belum siapkan kurikulum yang tepat untuk buah hati). Langsung melakukan observation saja Moms di SBC Learning Center (Bubble Bee)
Tempra Syrup
Sebagai orang tua, kita selalu ingin membuat anak tersenyum. Melihat anak riang menjadi kebahagiaan tersendiri juga bagi kita, letih saat pulang kantor atau seusai mengurus rumah tangga terbayarkan hanya dengan mendengar ia tertawa. Tetapi sayang, sebagian dari kita sering lupa caranya, sehingga hanya berorientasi pada 'uang' untuk membahagiakannya.
Sebagai orang tua, kita selalu ingin membuat anak tersenyum. Melihat anak riang menjadi kebahagiaan tersendiri juga bagi kita, letih saat pulang kantor atau seusai mengurus rumah tangga terbayarkan hanya dengan mendengar ia tertawa. Tetapi sayang, sebagian dari kita sering lupa caranya, sehingga hanya berorientasi pada 'uang' untuk membahagiakannya.
Koleksi mainan mahal menumpuk di rumah, bahkan berserakan tidak karuan. Makanan-makanan yang ia inginkan terbeli semua meski tidak dimakan. Pergi ke public playground besar dan mahal di Mall juga dilakukan agar dia bisa bermain dengan puas, selain itu agar si Mami bisa bebas dari ngemong anak seharian, ngawasin tapi sambil duduk saja, ngga perlu ikut lari sini-sana dan terlalu khawatir anak terluka, heheheee ... pengalaman pribadi nih kayaknya.
Sambil menunggu anak di sekolah dengan setengah mata hampir tertutup, saya memutuskan untuk mengisi Blog saja. Lagi semangat nihh ... berbicara mengenai parenting tiada habisnya yaa ... untuk anak gitu loh. Ibu mana sih yang ngga ingin yang terbaik untuk anaknya?
Sehari sebelum ulang tahun Aisyah kemarin, saya iseng melakukan Finger Test pada Aisyah, saya ingin tahu karakter Genetiknya dia. Teman-teman mungkin sudah pernah dengar mengenai STIFIn test (Sensing Thinking Intuiting Feeling Instinct). Dari STIFIn itu, masing-masingnya terbagi menjadi 2 lagi yaitu Introvert atau Extrovert.
Aisyah anak yang aktif, pada awalnya saya berpikir dia anak tipe Sensing yang ulet dan daya khayalnya tinggi karena bukan tipikal yang bisa duduk tenang. Tipe permainan yang ia sukai yang berhubungan dengan olah tubuh seperti berlari, melompat, memanjat, juga menari. Di samping itu dia juga suka bernyanyi. Ketika mencoba web tool Smart Strength Finder, hasilnya adalah Body Smart, People Smart, dan Music Smart.
Rasanya sudah lama sekali saya tidak menungkan pikiran saya ke dalam tulisan panjang, sejak saya menikah, lalu kemudian punya anak.
Saya punya Blog satu lagi, sejak tahun 2009, disitu banyak sekali curahan hati saya sejak masih kuliah, masih pacaran, masih yang muda yang bercinta, sehingga saya jarang sekali mem-publish tulisan saya yang ada pada Blog tersebut ... bahkan seringkali juga luapan kemarahan saya ungkapkan dalam Blog tersebut.
Bombon Asam ini seperti hidup baru saya, saya ingin merubah image saya, dari remaja cupu yang hanya bisa ngomel dan nangis, menjadi seorang wanita dewasa, seorang Ibu dari anak balita yang cerdas. Apalagi untuk ukuran mahmud beranak balita 1, usia saya tidak termasuk yang muda banget. Bahkan teman-teman saya anaknya ada yang sudah pertengahan SD, bentar lagi punya anak abegeh.
Sebagai seorang Ibu yang baru memiliki 1 anak, saya lagi giat-giatnya belajar parenting. Sebenarnya sudah sejak saya hamil rajin ikut seminar parenting. Saya ingat waktu kandungan saya masih 1,5 bulan, saya ikut seminar parenting Pren*gen yang diadakan Food Court sebuah Mall, sayangnya saya tidak bisa ikut kegiatan Belly Dance nya karena masih sangat muda kandungannya. Pembicara waktu itu Dokter Ketut kalau tidak salah (saya agak-agak lupa karena sudah cukup lama).
Ketika kandungan saya masuk 7 bulan, saya ikut seminar Mor*naga yang diadakan di Grand Senyiur, itu bagus sekali topiknya, mengenai 1000 hari perkembangan anak sejak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Dibawakan oleh MC Balikpapan Ririn, kemudian Artis Novita Angie sebagai moderator sekaligus narasumber Ibu dengan 2 anak, dokter SPAK Ahmad Suryawan, dan Bunda Romi sebagai psikolog. Disitu dibahas mengenai seorang anak bukan hanya diharapkan berperilaku cerdas melainkan agar dapat cerdas berperilaku juga. Di situ saya sempat bertanya kepada Bunda Romi mengenai kedua orang ponakkan saya yang kondisinya orang tua sudah bercerai, tinggal bersama kakek dan neneknya, sang kakak sering sekali menyakiti adiknya yang terpaut pas setahun usianya dengan dia (ketika ia baru berusia 3 bulan, mamanya hamil adik perempuannya itu).
Ponakkan saya yang lelaki memang sangat menikmati menyakiti adik perempuannya ketika itu, baik memukul, menggigit maupun menyakar. Saya sebagai tante lumayan prihatin mengenai psikologis anak-anak korban Broken Home seperti para ponakkan saya itu. Apalagi orang tua saya bukan tipikal yang mau dan paham mengenai parenting yang baik, mereka hanya tahu mendidik anak dengan satu pola yaitu menasehati dan memarahi bahkan berteriak, sama seperti ketika saya dan adik saya kecil dulu (sampai sekarang, masih suka diteriakin, wkwkwkk). Sedangkan orang tua anak-anak itu sendiri adalah korban pernikahan dini, ketika bercerai masih ingin bebas satu sama lainnya. Mami dan Papa saya yang sudah berusia setengah abad lebih mengasuh dua orang anak balita (malah masih batita ketika saya ikut parenting tersebut) dengan cara orang dulu, tanpa ada perkembangan.
Ketika itu Bunda Romi hanya meminta agar si Kakak dikondisikan untuk menerima dan ikut mengasuh adiknya, seperti membantu nenek memasangkan kaos kaki adiknya dsb, bukan malah terus-terusan menyalahkan si Kakak atas sikap jeleknya terhadap sang adik, karena justru akan membuat si Kakak semakin membenci adiknya. Sayangnya bukan orang tua saya sendiri yang ikut seminar, mereka hanya mengatakan bahwa itu teori, dan untuk ukuran orang berusia mereka bukan lagi tertarik mengenai 'belajar' apalagi belajar parenting.
Ketika Aisyah, anak saya lahir, ternyata ia mengalami alergi susu sapi, duh rasanya batin saya sebagai orang tua ingin berteriak. Karena saya hamil dia sudah mengalami banyak sekali masalah, dari Placenta Previa, kemudian terputus saluran nutrisi 2 minggu sehingga di usia kandungan 7 bulanan BBJ nya hanya 900 gram, alhamdulillah setelah opname 2 minggu naik menjadi 1,25kg dan lagi-lagi saya dapat ujian ketika dokter mengatakan bahwa kepala anak saya terlambat berkembang, bisa berpotensi Mikrosepalus.
Saya punya Blog satu lagi, sejak tahun 2009, disitu banyak sekali curahan hati saya sejak masih kuliah, masih pacaran, masih yang muda yang bercinta, sehingga saya jarang sekali mem-publish tulisan saya yang ada pada Blog tersebut ... bahkan seringkali juga luapan kemarahan saya ungkapkan dalam Blog tersebut.
Bombon Asam ini seperti hidup baru saya, saya ingin merubah image saya, dari remaja cupu yang hanya bisa ngomel dan nangis, menjadi seorang wanita dewasa, seorang Ibu dari anak balita yang cerdas. Apalagi untuk ukuran mahmud beranak balita 1, usia saya tidak termasuk yang muda banget. Bahkan teman-teman saya anaknya ada yang sudah pertengahan SD, bentar lagi punya anak abegeh.
Sebagai seorang Ibu yang baru memiliki 1 anak, saya lagi giat-giatnya belajar parenting. Sebenarnya sudah sejak saya hamil rajin ikut seminar parenting. Saya ingat waktu kandungan saya masih 1,5 bulan, saya ikut seminar parenting Pren*gen yang diadakan Food Court sebuah Mall, sayangnya saya tidak bisa ikut kegiatan Belly Dance nya karena masih sangat muda kandungannya. Pembicara waktu itu Dokter Ketut kalau tidak salah (saya agak-agak lupa karena sudah cukup lama).
Ketika kandungan saya masuk 7 bulan, saya ikut seminar Mor*naga yang diadakan di Grand Senyiur, itu bagus sekali topiknya, mengenai 1000 hari perkembangan anak sejak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Dibawakan oleh MC Balikpapan Ririn, kemudian Artis Novita Angie sebagai moderator sekaligus narasumber Ibu dengan 2 anak, dokter SPAK Ahmad Suryawan, dan Bunda Romi sebagai psikolog. Disitu dibahas mengenai seorang anak bukan hanya diharapkan berperilaku cerdas melainkan agar dapat cerdas berperilaku juga. Di situ saya sempat bertanya kepada Bunda Romi mengenai kedua orang ponakkan saya yang kondisinya orang tua sudah bercerai, tinggal bersama kakek dan neneknya, sang kakak sering sekali menyakiti adiknya yang terpaut pas setahun usianya dengan dia (ketika ia baru berusia 3 bulan, mamanya hamil adik perempuannya itu).
Ponakkan saya yang lelaki memang sangat menikmati menyakiti adik perempuannya ketika itu, baik memukul, menggigit maupun menyakar. Saya sebagai tante lumayan prihatin mengenai psikologis anak-anak korban Broken Home seperti para ponakkan saya itu. Apalagi orang tua saya bukan tipikal yang mau dan paham mengenai parenting yang baik, mereka hanya tahu mendidik anak dengan satu pola yaitu menasehati dan memarahi bahkan berteriak, sama seperti ketika saya dan adik saya kecil dulu (sampai sekarang, masih suka diteriakin, wkwkwkk). Sedangkan orang tua anak-anak itu sendiri adalah korban pernikahan dini, ketika bercerai masih ingin bebas satu sama lainnya. Mami dan Papa saya yang sudah berusia setengah abad lebih mengasuh dua orang anak balita (malah masih batita ketika saya ikut parenting tersebut) dengan cara orang dulu, tanpa ada perkembangan.
Ketika itu Bunda Romi hanya meminta agar si Kakak dikondisikan untuk menerima dan ikut mengasuh adiknya, seperti membantu nenek memasangkan kaos kaki adiknya dsb, bukan malah terus-terusan menyalahkan si Kakak atas sikap jeleknya terhadap sang adik, karena justru akan membuat si Kakak semakin membenci adiknya. Sayangnya bukan orang tua saya sendiri yang ikut seminar, mereka hanya mengatakan bahwa itu teori, dan untuk ukuran orang berusia mereka bukan lagi tertarik mengenai 'belajar' apalagi belajar parenting.
Ketika Aisyah, anak saya lahir, ternyata ia mengalami alergi susu sapi, duh rasanya batin saya sebagai orang tua ingin berteriak. Karena saya hamil dia sudah mengalami banyak sekali masalah, dari Placenta Previa, kemudian terputus saluran nutrisi 2 minggu sehingga di usia kandungan 7 bulanan BBJ nya hanya 900 gram, alhamdulillah setelah opname 2 minggu naik menjadi 1,25kg dan lagi-lagi saya dapat ujian ketika dokter mengatakan bahwa kepala anak saya terlambat berkembang, bisa berpotensi Mikrosepalus.
Duhh Allah ... ini anak pertama saya, tega banget sih, seolah hati saya berteriak ketika itu. Tapi apapun yang terjadi, dia tetap anak saya, sayang banget sama si jabang bayi, tutup telinga rapat-rapat mengenai pendapat orang.
Tidak diberi waktu lama-lama untuk khawatir, saya kembali opname 3 hari karena pendarahan (padahal saya di RS ngga ada yang nungguin loh, sampai pakai adult diapers kayak orang jompo, karena bedrest ngga boleh ke toilet), selang seminggu keluar RS kembali pendarahan sehingga opname lagi, 3 hari di RS kembali pendarahan dan JEDERRR ... kata dokter harus Caesar sesegera mungkin tapi harus cari stok darah dulu. Duh, mencari stok darah di PMI tidak semudah yang dibayangkan. Seharusnya saya sudah Caesar jam 2 siang, diundur sampai jam 10 malam, alhamdulillah saya masuk kamar operasi tepat papa saya tiba di RS dari Jakarta. Bersyukur banget anak saya lahir tak kekurangan satu hal pun, normal dengan BB yang cukup, itu hal terindah dalam hidup saya. Dia anak yang kuat!
Sayang banget alergi susu sapi membuat pernafasannya tidak lancar, saya bolak-balik fisioterapi di Siloam. Seandainya saja ia mau ASI, pasti tidak sesengsara ini. ASI saya baru keluar pada hari kelima setelah Caesar, anak saya keburu bingung puting dan saya perah pun ASInya sangat sedikit. Hiks sedih. Sampai sudah konsultasi sama dokter Nina, dokter laktasi di Siloam, yang ada Aisyah teriak terus, dia kuat sekali minum.
Akhirnya usia Aisyah 3 bulanan, ikut seminar Pren*gen lagi berdua Aisyah di Food Court sebuah Mall. Tapi susah konsennya, ngga sempat tunjuk tangan pada sessi tanya jawab juga, apalagi mendadak Aisyah poop, welehhh. Padahal topiknya adalah topik yang saya butuhkan yaitu 'Alergi Susu Sapi pada Anak', dibawakan oleh dokter Anggun.
Ketika Aisyah usia 2 tahunan, saya ikut Seminar Parenting yang diadakan Mor*naga lagi di Novotel, kebetulan ada Playgroundnya jadi saya rasa tak masalah bawa Aisyah, tapi untuk jaga-jaga saya buka kamar di hotel tersebut juga. Ternyata Aisyah tertarik main di Playground saja, susah diajakin masuk ke dalam ruang seminar. Duh, seandainya saja saya punya suami yang mendukung saya secara moril dan mau bekerja sama dalam mendidik anak, paling tidak membantu saya jaga anak saja di Playground sementara saya mengikuti kegiatan seminar, tapi suami saya sama sekali tidak bisa diharapkan meluangkan waktu satu hari untuk itu. Untuk jaga saya waktu di RS saja dia kebanyakan ngomelnya, sampai saya memutuskan pakai adult diapers daripada saya tambah stres liat orang ngga punya perasaan, wkwkwk. Pertengahan seminar Aisyah malah ngantuk, akhirnya kami naik ke kamar buat tidur. Pas doorprize baru turun lagi, tapi ngga dapet, hikss.
Nah baru-baru ini saya ikut Seminarnya Ayah Edy di Grand Jatra ... sebelumnya saya ngga pernah tertarik dengan Ayah Edy, karena saya hanya tahu Ayah Edy melalui Facebook, saya lebih suka mendengarkan motivasi dari Mario Teguh. Bayangan saya, Ayah Edy itu sombong, hanya pandai berteori. Kalau tiket parentingnya mahal mungkin saya tidak akan pergi, syukurlah tiket Gold hanya 100rb karena subsidi dari salah satu perusahaan property di Balikpapan yang mengadakan seminar tersebut. Di samping itu, bisa berkumpul bersama Ibu-ibu teman sekolahnya Aisyah yang lain.
Saya meminta orang tua saya menemani Aisyah dan para ponakkan saya di Playground Mall (pas di samping Hotel), kasihan sebenarnya kalau terlalu lama, tapi sayang banget kalau saya melewatkan seminar parenting dengan tiket terjangkau seperti ini. Saya ngga pakai Baby Sitter karena ketidak percayaan saya terhadap orang lain selain orang tua saya untuk menjaga anak saya dengan baik. Aisyah full saya jaga dengan tangan saya sendiri sejak ia masih bayi merah, sejak bekas operasi saya masih basah dan nyeri.
Seminar tersebut merubah pandangan saya terhadap Ayah Edy. Bagi saya Ayah Edy itu hebat, semua teorinya masuk di logika saya, dimana seorang anak jika dihargai, didukung sepenuh hati cita-citanya, pasti bisa mengantarkan kesuksesannya. Dan It works! Banyak anak yang dibawah didikan Ayah Edy berhasil meraih apa yang ia inginkan. Saya pun berburu buku Ayah Edy. Di Gramedia saya hanya menemukan buku Ayah Edy yang 'Mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur', sedangkan saya sangat ingin buku 'Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak'. Akhirnya saya membelinya secara online.
Sebenarnya pada malam itu, buku-buku Ayah Edy juga dijual, tapi orang tua saya sudah menelpon terus karena terlalu lama, akhirnya saya kabur duluan dari ruang seminar, hiksss.
Buku 'Rahasia Ayah Edy memetakan Potensi Unggul Anak' semakin memicu semangat saya untuk membesarkan dan mendidik anak saya secara demokratis. Harus menyingkirkan sedikit ego kita sebagai orang tua yang harus AMAT SANGAT dihormati oleh anak. Heheheee ... pokoknya kalau ortu jaman dulu 'Seng Ada Lawang', orang tua selalu benar, anak yang berbakti harus menurut sepenuhnya. Dua telinga untuk mendengar dan satu mulut untuk berbicara, hmmm kalau jaman dulu itu hanya berlalu bagi anak, sedangkan bagi orangtua hanya punya 1000 mulut untuk berbicara.
Tapi seperti kata Ayah Edy, tidak ada waktu untuk melihat ke belakang, maafkanlah masa lalu, para guru, orang tua kita, dan semua orang serta sistem yang sempat membuat kita tersesat begitu jauh. Saya saja sampai tidak tahu apa cita-cita saya sebenarnya, wkwkwkk, pokoknya dibilang pendidikan 'itu' bagus yaa bagus saja, manut wae kalo katanya orang Inggris.
Bismillah, masa depan anak ada di tangan kita. Let's make Indonesia Strong from Home jarnya Ayah Edy. -logat Banjar-
Bahkan jati diri saya ngga jelas, bahasanya campur aduk, hahahaaa ... karena tinggal di Balikpapan saja, kalau itu mah. -logat Sunda-
Tidak diberi waktu lama-lama untuk khawatir, saya kembali opname 3 hari karena pendarahan (padahal saya di RS ngga ada yang nungguin loh, sampai pakai adult diapers kayak orang jompo, karena bedrest ngga boleh ke toilet), selang seminggu keluar RS kembali pendarahan sehingga opname lagi, 3 hari di RS kembali pendarahan dan JEDERRR ... kata dokter harus Caesar sesegera mungkin tapi harus cari stok darah dulu. Duh, mencari stok darah di PMI tidak semudah yang dibayangkan. Seharusnya saya sudah Caesar jam 2 siang, diundur sampai jam 10 malam, alhamdulillah saya masuk kamar operasi tepat papa saya tiba di RS dari Jakarta. Bersyukur banget anak saya lahir tak kekurangan satu hal pun, normal dengan BB yang cukup, itu hal terindah dalam hidup saya. Dia anak yang kuat!
Sayang banget alergi susu sapi membuat pernafasannya tidak lancar, saya bolak-balik fisioterapi di Siloam. Seandainya saja ia mau ASI, pasti tidak sesengsara ini. ASI saya baru keluar pada hari kelima setelah Caesar, anak saya keburu bingung puting dan saya perah pun ASInya sangat sedikit. Hiks sedih. Sampai sudah konsultasi sama dokter Nina, dokter laktasi di Siloam, yang ada Aisyah teriak terus, dia kuat sekali minum.
Akhirnya usia Aisyah 3 bulanan, ikut seminar Pren*gen lagi berdua Aisyah di Food Court sebuah Mall. Tapi susah konsennya, ngga sempat tunjuk tangan pada sessi tanya jawab juga, apalagi mendadak Aisyah poop, welehhh. Padahal topiknya adalah topik yang saya butuhkan yaitu 'Alergi Susu Sapi pada Anak', dibawakan oleh dokter Anggun.
Ketika Aisyah usia 2 tahunan, saya ikut Seminar Parenting yang diadakan Mor*naga lagi di Novotel, kebetulan ada Playgroundnya jadi saya rasa tak masalah bawa Aisyah, tapi untuk jaga-jaga saya buka kamar di hotel tersebut juga. Ternyata Aisyah tertarik main di Playground saja, susah diajakin masuk ke dalam ruang seminar. Duh, seandainya saja saya punya suami yang mendukung saya secara moril dan mau bekerja sama dalam mendidik anak, paling tidak membantu saya jaga anak saja di Playground sementara saya mengikuti kegiatan seminar, tapi suami saya sama sekali tidak bisa diharapkan meluangkan waktu satu hari untuk itu. Untuk jaga saya waktu di RS saja dia kebanyakan ngomelnya, sampai saya memutuskan pakai adult diapers daripada saya tambah stres liat orang ngga punya perasaan, wkwkwk. Pertengahan seminar Aisyah malah ngantuk, akhirnya kami naik ke kamar buat tidur. Pas doorprize baru turun lagi, tapi ngga dapet, hikss.
Nah baru-baru ini saya ikut Seminarnya Ayah Edy di Grand Jatra ... sebelumnya saya ngga pernah tertarik dengan Ayah Edy, karena saya hanya tahu Ayah Edy melalui Facebook, saya lebih suka mendengarkan motivasi dari Mario Teguh. Bayangan saya, Ayah Edy itu sombong, hanya pandai berteori. Kalau tiket parentingnya mahal mungkin saya tidak akan pergi, syukurlah tiket Gold hanya 100rb karena subsidi dari salah satu perusahaan property di Balikpapan yang mengadakan seminar tersebut. Di samping itu, bisa berkumpul bersama Ibu-ibu teman sekolahnya Aisyah yang lain.
Saya meminta orang tua saya menemani Aisyah dan para ponakkan saya di Playground Mall (pas di samping Hotel), kasihan sebenarnya kalau terlalu lama, tapi sayang banget kalau saya melewatkan seminar parenting dengan tiket terjangkau seperti ini. Saya ngga pakai Baby Sitter karena ketidak percayaan saya terhadap orang lain selain orang tua saya untuk menjaga anak saya dengan baik. Aisyah full saya jaga dengan tangan saya sendiri sejak ia masih bayi merah, sejak bekas operasi saya masih basah dan nyeri.
Seminar tersebut merubah pandangan saya terhadap Ayah Edy. Bagi saya Ayah Edy itu hebat, semua teorinya masuk di logika saya, dimana seorang anak jika dihargai, didukung sepenuh hati cita-citanya, pasti bisa mengantarkan kesuksesannya. Dan It works! Banyak anak yang dibawah didikan Ayah Edy berhasil meraih apa yang ia inginkan. Saya pun berburu buku Ayah Edy. Di Gramedia saya hanya menemukan buku Ayah Edy yang 'Mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur', sedangkan saya sangat ingin buku 'Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak'. Akhirnya saya membelinya secara online.
Sebenarnya pada malam itu, buku-buku Ayah Edy juga dijual, tapi orang tua saya sudah menelpon terus karena terlalu lama, akhirnya saya kabur duluan dari ruang seminar, hiksss.
Buku 'Rahasia Ayah Edy memetakan Potensi Unggul Anak' semakin memicu semangat saya untuk membesarkan dan mendidik anak saya secara demokratis. Harus menyingkirkan sedikit ego kita sebagai orang tua yang harus AMAT SANGAT dihormati oleh anak. Heheheee ... pokoknya kalau ortu jaman dulu 'Seng Ada Lawang', orang tua selalu benar, anak yang berbakti harus menurut sepenuhnya. Dua telinga untuk mendengar dan satu mulut untuk berbicara, hmmm kalau jaman dulu itu hanya berlalu bagi anak, sedangkan bagi orangtua hanya punya 1000 mulut untuk berbicara.
Tapi seperti kata Ayah Edy, tidak ada waktu untuk melihat ke belakang, maafkanlah masa lalu, para guru, orang tua kita, dan semua orang serta sistem yang sempat membuat kita tersesat begitu jauh. Saya saja sampai tidak tahu apa cita-cita saya sebenarnya, wkwkwkk, pokoknya dibilang pendidikan 'itu' bagus yaa bagus saja, manut wae kalo katanya orang Inggris.
Bismillah, masa depan anak ada di tangan kita. Let's make Indonesia Strong from Home jarnya Ayah Edy. -logat Banjar-
Bahkan jati diri saya ngga jelas, bahasanya campur aduk, hahahaaa ... karena tinggal di Balikpapan saja, kalau itu mah. -logat Sunda-
Masih minimnya kesadaran kita untuk mendidik anak tanpa kekerasan membuat kita beranggapan bahwa itu adalah hal yang biasa. Seperti ketika guru yang menghukum anak menggunakan penggaris untuk memukul telapak tangannya, mencubit dada anak lelaki atau lengan anak perempuan hingga berbekas (biru), menjewer telinga hingga berbunyi, menendang kaki hingga terjatuh ... beberapa dari kita menganggap bahwa hal tersebut wajar ... sampai akhirnya kita dengar seorang siswa meninggal akibat kekerasan yang dilakukan oleh sang guru. Tidak menutup kemungkinan awalnya guru tersebut hanya mencubit, memukul pakai penggaris, hingga kebablasan, memanjakan nafsu setannya untuk menghajar anak muridnya tersebut sampai sang anak kehilangan nyawa, seperti yang terjadi di Ternate pada tahun 2015.