The World of Married Couple versi Indonesia. Sumber Foto: Ist, Desain: Pribadi |
Aku pernah menuliskan artikel (atau lebih tepatnya opini) tentang Layangan Putus yang sempat viral sekitar dua tahun yang lalu. Kebetulan ketika itu proses perceraianku baru saja selesai dengan mantan suamiku.
Kuputuskan menulis bukan karena ingin 'aji mumpung' alias 'pansos' dengan pemberitaan tersebut, melainkan karena aku ingin curhat saja.
Pengalaman yang tak jauh berbeda, dalam artian masih seputar orang ketiga, membuatku sedikit gemas dan susah menahan diri untuk tidak ikut menuliskannya.
Kebetulan tujuan awalku ketika pertama kali di tahun 2009 aku memutuskan untuk mengelola sebuah blog, adalah sebagai media penyaluran emosiku.
Wanita yang minim teman sepertiku memang cenderung memilih diary sebagai tempat peluapan unek-unek di dada agar tak sempat menggunung.
Kisah Layangan Putus yang baru-baru ini viral kembali karena dibuat versi drama serinya, membuka ingatanku lagi akan tulisan lama tersebut.
Tulisan itu aku publish pada tanggal 15 November 2019 (akta ceraiku terbit pada bulan September 2019).
Kalau viralnya tulisan karya Mommy ASF itu, aku lupa tepatnya kapan, tapi mungkin tak begitu jauh waktunya dari ketika aku menerbitkan opini mengenai hal itu.
Baca juga: Kisah Mommy ASF dan Opini Mommy AFE
Sayangnya barusan aku melakukan sedikit pengeditan pada label, deskripsi, dan perubahan judul serta link, karena saat itu, sangking emosinya, aku menuliskan nama Mommy ASF pada judul dan link menjadi Mommy AFS. Terbalik antara F dan S.
Namun ternyata, karena efek pengeditan, tahun dan bulan pada link-nya malah ikut berubah, tertulis ter-publish tahun 2021, bulan 12.
Syukurlah pada dashboard blogku ini, masih tercantum tanggal yang sebenarnya, sehingga aku masih bisa mengenang masa itu.
Walau lumayan nyesal sih sempat ngedit-ngedit, padahal dibiarkan saja pun tak masalah.
Tapi ya daripada menyesal berpanjangan tak ada gunanya, yuk mari kita lupakan saja dulu, dan kembali ke persoalan Drama Seri Layangan Putus yang sedang viral.
Kisah yang melenceng cukup jauh dari cerita aslinya, justru malah semakin menyerupai kisah yang dulu pernah aku alami. Jadi tak jarang aku ikut berkomentar sinis ketika tayangan itu sedang berlangsung.
Drama Seri itu kan tayang setiap hari Jumat dan Sabtu pada jam 7 malam Waktu Indonesia Tengah di channel WeTV, sedangkan sambil menonton, netizen bisa ikut beramai-ramai menuliskan komentar juga di sana.
Jadilah muncul beragam komentar, dari yang lucu sampai yang julid sekalipun. Itu sih yang bikin seru.
Sayangnya, ternyata sebagian penonton yang tidak pernah ikut meramaikan channel dengan komentar-komentarnya, justru sedang merasa kecewa dengan tayangan Layangan Putus tersebut.
Hal itu mereka luapkan melalui media sosial. Kata mereka, dulu kisah nyata yang sempat dituliskan oleh Mommy ASF dan kemudian viral, tidak seperti itu. Apalagi vulgar seperti yang ditayangkan pada layar kaca.
Ya, menurut mereka, serial ini terlalu vulgar untuk ukuran film Indonesia.
Memang sih, kalau cerita tentang orang ketiga karya Mommy ASF dulu, mungkin tak sebobrok apa yang ditampilkan pada layar kaca, karena menurutku drama seri Layangan Putus lebih menyerupai drama seri korea yang berjudul World of Married Couple.
Kisah keluargaku saat itu justru lebih nyaris menyerupai cerita Layangan Putus versi layar kaca.
Sedikit mengenang aku ketika berbusana pengantin saat resepsi pernikahan. Sumber Foto: Dokumen Pribadi |
Suami yang terlalu berbelit-belit, banyak alasan, menutupi kebohongan satu dengan kebohongan lainnya, itu relate banget dengan apa yang ditampilkan pada serial ini.
Walau ada bedanya, yaitu tokoh Aris, masih pulang ke rumah dan menunjukkan sikap romantis serta perhatiannya pada sang istri yang sedang mengandung ketika itu.
Sementara kami sudah pisah rumah sejak anak pertama lahir, dengan beragam alasan yang dicari-cari pembenarannya.
Kami tidak pernah tidur malam bersama lagi, tak ada quality time seperti menonton dan mengobrol bersama layaknya keluarga, seolah-olah sekedar menikah untuk status dan halal dalam berhubungan suami istri saja.
Tapi sudahlah, cerita kami sudah usai. Aku juga sudah mulai bisa berdamai dengan takdir. Yang jelas, setiap buku kehidupanku bersama seseorang yang telah ditutup, sangat jarang ingin aku buka kembali.
Apalagi bukuku yang isinya perjalanan kisah antara aku dan mantan suami dari awal. Tak terbersit sedikit pun keinginan dalam benak untuk mengulang itu semua.
Satu-satunya hal yang membuatku tak menyesal pernah menikah dengannya, hanyalah kehadiran kedua anakku dalam kehidupan kami.
Tapi ya walaupun buku kehidupanku sudah ditutup, setiap buku yang pernah kita baca pasti meninggalkan kesan dalam benak, baik kesan menyenangkan, sendu, ataupun kemarahan.
Sementara kesan yang aku ambil dari buku terakhir yang aku tutup, hanyalah kemarahan, sehingga drama seri ini juga mampu mengocok kembali emosiku karena membangkitkan ingatanku lagi akan ledakan hati yang marah.
Bagaimana tidak, seorang Kinan yang diperankan oleh Putri Marino, berprofesi dokter, cantik dan cerdas, telah memiliki seorang anak perempuan yang juga cantik seperti ibunya, masih bisa membuat iman suaminya goyah dengan kehadiran wanita lain.
Aris, nama suaminya itu, yang sebelumnya bukan siapa-siapa, lalu diangkat derajadnya menjadi suami seorang dokter, dicintai oleh sang istri sepenuh hati, diberikan keturunan yang manis, sungguh tega masih mendua hati, bahkan bermain tanpa rasa bersalah dengan wanita lain di belakang istrinya.
Wanita itu bernama Lidya, seorang psikolog, terkesan angkuh namun ternyata lihai memainkan peranannya sebagai perempuan penggoda suami orang.
Anya Geraldine sukses memerankan tokoh Lidya, dengan lekuk tubuhnya yang indah, wajahnya yang rupawan, suara halusnya, kulitnya yang putih bersih, dan gestur tubuhnya nan menggoda, saat sedang bersama Reza Rahardian, sang pemeran Aris.
Anya Geraldine memainkan peranannya sebagai Lidya. Sumber Foto: Instagram Anya Geraldine |
Memang tak jauh berbeda dengan drakor A World of Married Couple yang sempat saya sebutkan juga di atas, dari segi alur dan reka yang lumayan banyak adegan ranjang walau masih episode-episode awal, sehingga di kalangan warganet Indonesia pun terjadi pro dan kontra.
"Tidak cocok film Indonesia seperti ini, terlalu vulgar."
Begitu pendapat sebagian netizen ketika pertama kali menyaksikan trailer-nya, ataupun setelah menonton episode-episode awal drama seri ini.
Tapi aku bukan sepenuhnya bagian dari penonton yang kontra akan serial ini.
Kalau mengenai 'film Indonesia kok banyak adegan ranjangnya', kebetulan aku sudah hidup di masa dulu film Indonesia dewasa lebih parah dari ini.
Inneke Koesherawati, adalah nama salah satu bintang dewasa Indonesia pada masanya. Banyak adegan ranjang yang dulu pernah dia jalankan sebagai bagian dari pekerjaannya yang memang seorang aktris profesional. Dia selalu totalitas dalam menjalankan peranannya.
Lagipula lembaga sensor film Indonesia dahulu, sepertinya tidak seketat jaman sekarang yang sudah lebih banyak mematuhi norma, sehingga produsen perfilman jaman dulu juga mungkin merasa tak perlu terlalu membatasi pengambilan gambar.
Jadi untuk ukuran film dewasa, Layangan Putus sangat realistis, dan tidak vulgar.
Film Indonesia genre dewasa yang rilis tahun 1994. Sumber Foto: Ist, Desain: Pribadi |
Kalau mau mengaitkan sebuah karya perfilman dengan norma yang ada dalam agama tertentu, memang tidak bisa relate sama sekali.
Misalnya saja dalam ajaran Agama Islam.
Pria dan wanita yang bukan pasangan sah bekerja dalam satu frame, bertemu setiap hari, sering mengobrol dan saling menatap, beradu akting, kemungkinan terjadinya affair atau mengundang fitnah ada, belum lagi S3 marketing yang butuh gimmick untuk menaikkan rating.
Hal-hal itu tentunya sangat melenceng dari apa yang diperintahkan oleh agama mengenai batasan antara pria dan wanita yang bukan mahram, juga tentang kejujuran.
Tapi sudah menjadi rahasia umum kalau itu semua memang menjadi bagian dari dunia hiburan.
Kadang kala, walau sudah tahu akan gimmick sekalipun, sebagian besar dari kita tetap saja ikut menikmatinya bukan?
Jadi kalau memang mau menghidupkan dunia perfilman Indonesia, sebagai penonton, kita jangan terlalu membatasi dan mengait-ngaitkan sebuah karya dengan hal lainnya.
Sedikit-sedikit memboikot, sedikit-sedikit membuat petisi, sedikit-sedikit protes, dan sebagainya.
Hidup itu kan pilihan. Sama halnya seperti seorang Inneke Koesherawati yang dulunya terkenal sebagai bintang panas, pada akhirnya memilih untuk kembali pada hakikatnya sebagai seorang muslimah, walau kini namanya tidak sebesar dahulu.
Apalagi kita yang hanya sebagai penonton, tentulah sangat bisa untuk memilih dan memilah, tayangan mana yang ingin kita tonton dan tayangan mana yang tidak masuk dalam akal sehat kita untuk kita tonton.
Sebuah drama dalam film, kan pasti mengangkat hal-hal yang biasa terjadi di dalam masyarakat. Perselingkuhan adalah salah satunya.
Aku punya kisah sendiri, Mommy ASF juga memiliki ceritanya sendiri, begitupun dengan mereka, siapa saja yang ada di dunia ini.
Seperti kasus yang baru-baru ini juga terjadi, yaitu seorang istri sah memergoki suaminya sedang bersama wanita lain yang seorang pramugari, berduaan di dalam kamar.
Tidak mungkin bukan jika pria dan wanita itu berada berdua di dalam kamar tanpa pasangan sahnya, hanya untuk bermain catur?
Oleh karenanya, ketika suatu saat kisah itu diangkat ke layar kaca, tentu adegan pasangan peselingkuh yang sedang berada di dalam kamar itu juga direka. Karena memang begitulah real-nya.
Aku tipe yang realistis soalnya. Dalam menikmati sebuah tayangan film atau drama seri, lebih cenderung memilih yang masuk akal.
Seperti halnya ketika aku menonton film yang berbau Islami, namun diperankan oleh wanita yang kesehariannya sungguhan berhijab juga, justru sering kali kurang sreg di hatiku.
Kalaupun ada tokoh utama yang pemeran wanitanya memang berhijab, tolong dilewatkan saja pengambilan gambar atau adegan tidur di malam hari.
Kenapa?
Karena tidak ada wanita yang walau berhijab, namun ketika tidur berdua dengan suaminya di ranjang tetap menggunakan hijabnya dari malam sampai pagi menjelang. Jadi terkesan tidak realistis, membuat malas nontonnya.
Itu bagiku pribadi.
Dua Iman Satu Hati adalah drama seri Indonesia Islami yang cukup realistis menurutku. Walau endingnya kurang greget, tapi diperankan oleh Nikita Willy yang kesehariannya belum menggunakan hijab.
Jadi ketika pengambilan gambar dia sedang berada di rumah berdua saja dengan ayahnya, dia tidak menggunakan hijab.
Kalau movie, aku cukup terkesan dengan Wedding Agreement, yang diperankan oleh Indah Permatasari. Realistis, karena ketika sedang bersama dengan suaminya ya dia tampil apa adanya juga.
Nikita Willy dan Indah Permatasari ketika menjalankan perannya masing-masing. Sumber Foto: Ist, Desain: Pribadi |
Jadi aku cukup pro sih dengan apa yang ditampilkan oleh drama seri Layangan Putus ini, karena realistis itu tadi.
Apa sih yang dicari seorang lelaki ketika berselingkuh?
Jika kenyamanan atau cinta yang dia cari, mungkin dia akan memutuskan menceraikan istrinya dahulu dan menikahi wanita itu, atau meminta sang istri agar mengijinkannya berpoligami.
Tetapi ketika dia memutuskan berselingkuh, tentu tak lebih dari sekedar merasakan kenikmatan seks yang lain, bukan untuk cinta ataupun hal lainnya lagi.
Kalaupun pada akhirnya bersanding di pelaminan juga, mungkin hanya karena kecanduan, dimana ketika pada akhirnya dia bertemu wanita lain yang lebih sensual, dia akan kembali mencoba, lalu kecanduan dengan 'barang' terbarunya itu, sementara meninggalkan yang lama.
Yang jelas, memanjakan birahi adalah hal yang paling pertama terlintas di benak, ketika seorang pria nekad melakukan perselingkuhan dan bermain api di belakang istrinya.
Kalau cinta, dia akan memperjuangkan mati-matian, walau harus berhadapan langsung dengan istri sahnya, bukan sembunyi-sembunyi.
Seperti salah satu adegan yang ada pada drama seri tersebut, yaitu ketika Aris menelpon Lidya, selingkuhannya.
Lidya berkata bahwa dia baru akan mandi, sehingga si Aris spontan meminta agar Lidya menerima panggilan video darinya, agar dia bisa ikut menikmati.
Kemudian ketika menyadari kehadiran istrinya, Aris langsung bersandiwara seolah-olah sedang berbicara dengan orang yang lain.
Sementara adegan lainnya, ketika Aris dan Lidya baru bertemu di muka pintu apartemen Lidya, yang pertama kali mereka lakukan adalah ciuman panas dengan akhir pergulatan di ranjang.
itu realistis. Apa yang mau dilakukan oleh pasangan dewasa yang berselingkuh di belakang istri atau suami sahnya selain untuk hal- hal itu?
Apakah pacaran layaknya anak SMA? Nongkrong di tepi pantai, mengobrol menghabiskan sore bersama? Atau bermain berdua di taman hiburan?
Tentu tidak kan? Kalau hanya untuk hal-hal itu, bersama keluarga atau orang-orang tercinta barulah dapat dilakukan dan lebih menyenangkan. Tapi rata-rata perselingkuhan terjadi bukan karena dilandasi oleh cinta.
Aku belum tahu sih kelanjutan kisah Layangan Putus ini seperti apa, karena baru akan masuk episode 5, yaitu tayang pada hari ini jam 6 sore Waktu Indonesia Barat.
Apakah si Aris memang cinta, ataukah dia hanya butuh sisi sensual Lidya, masih belum diketahui dengan pasti.
Tapi bisa jadi juga sih jika dia memang dikisahkan memiliki cinta pada Lidya, tapi berat untuk melepaskan Kinan karena harta.
Dalam serial ini kan memang diceritakan kalau Aris hanyalah pemuda miskin sebelum menikah dengan Kinan.
Walau agak kecewa sih karena terlalu 'lebay' dalam menggambarkan sosok Aris sebelum bersama Kinan, yaitu dari segi penampilannya yang terkesan 'gembel' banget.
Tapi sejauh ini cukup baiklah menurutku dari pengemasannya yang sesuai tema perselingkuhan, yaitu ketika Aris bertemu dengan Lidya, sang selingkuhan, yang mereka lakukan ya hubungan layaknya sepasang suami-istri, tak ada yang lain.
Karena memang pada kenyataannya, begitulah jalannya perselingkuhan. Kalau cinta, pasti menikah. Kalau cinta, dia tak akan takut untuk jujur pada istri sahnya.
Hanya saja, kekurangan dari dunia perfilman Indonesia, yaitu suka sekali mengadaptasi cerita dari luar, khususnya cerita drama asal Asia Timur seperti Korea Selatan dan Taiwan.
Layangan Putus ini saja walau katanya terinspirasi dari cerita kehidupan Mommy ASF, tapi ceritanya justru lebih mirip ke 'The World of Married Couple'.
Kalau aku sih berharap, perfilman Indonesia kelak bisa punya ide baru dan alur cerita yang unik agar gantian Korsel atau Taiwan yang adaptasi cerita kita ke dalam versi mereka.
Ngomongin soal unik, aku lagi ngikutin drama seri Korea yang ceritanya unik, seru, dan alurnya tidak mudah ketebak dalam setiap episode nih.
Drakornya lucu tapi juga romantis. Para pemainnya pun watak banget.
Ceritanya tentang dua orang berwajah mirip yang memiliki sifat bertolak belakang, yang satu anggun sementara yang lainnya barbar. Karena sesuatu hal, yang barbar malah terdampar sebagai si anggun. Duh, ruwet.
Habis tulisan ini di-publish, aku rencana bahas drakor tersebut. Seru soalnya.
Tapi walau suka drakor dan film luar lainnya, jangan lupa juga buat mendukung dunia perfilman Indonesia ya?
Yang belum nonton Layangan Putus, boleh dicoba nonton dulu, namun pastikan kalian sudah berusia 18 tahun ke atas ya? Ini drama seri dengan label 'dewasa', jadi harus bijak, dan jangan sampai pas nonton malah kepergok sama anak-anak di rumah.