Sumber: https://news.detik.com/berita/d-4347590/iklan-kpu-tak-cantumkan-gelar-prabowo-sandi-kpu-sesuai-pendaftaran |
Hasil Quick Count Pemilu PilPres 2019 dan perhitungan suara yang terkini pada Web KPU sudah ada, sehingga gambaran hasil presiden dan wakil presiden terpilih untuk menjabat 2019-2024 sudah mulai jelas di benak setiap orang. Para pendukung Jokowi dan KH Ma'ruf Amin merayakan euforia kemenangan calon pasangan pilihan mereka yang diungkapkan secara terbuka melalui media sosial.
Sebagai 'kampret', begitu julukan yang mereka berikan untuk kami yang mendukung pasangan calon nomor 02 (Prabowo-Sandiaga Uno), perasaan kecewa tentu ada, bersarang di dada, tetapi malu? Tidak, kami tidak malu menunjukkan bahwa kami berdiri di sisi mereka. Kami jelas berada di pihak mereka, bukan sebagai tokoh abu-abu yang bersembunyi di balik kata ' netral', hanya demi menyingkirkan malu jika pasangan pilihannya gagal maju sebagai pemimpin negeri ini.
Pilihan berbeda itu biasa, menang dan kalah pun biasa saja. Dalam sebuah kompetisi, semuanya adalah pemenang, karena mereka orang-orang yang berani menampilkan diri. Apalagi pemilihan berdasarkan voting. Siapa yang berhasil mengambil hati sebagian besar rakyat Indonesia, dia yang terpilih. Saya tak percaya Mawar dan Kia bernyanyi lebih buruk daripada Ferry pada kontes menyanyi putaran pertama di salah satu televisi swasta, meskipun Ferry yang menjadi juaranya.
Saya menerima dengan besar hati jika pasangan calon pilihan saya tidak bisa maju menjadi pemimpin negeri ini, karena apa yang terjadi di dunia ini atas seijin Allah SWT, tetapi semoga saja hasil yang diperoleh adalah murni kejujuran dan asli pilihan sebagian besar rakyat Indonesia, tak ada sama sekali kecurangan di dalamnya. Kami sungguh khawatir negeri tercinta ini hancur akibat ketidak-jujuran.
Kerja kita mungkin hanya sebatas memilih dan mengantarkan pemimpin duduk di singgasananya, tetapi Allah tidak berhenti bekerja sampai di titik itu saja. Jika diawali dengan baik dan jujur, insyaAllah akan berakhir baik, namun ketika awalnya sudah buruk maka hasilnya juga tidak akan baik. Karena terpilihnya Presiden dan Wakil Presiden baru adalah awal dari segalanya, bukanlah akhir.
Kata 'cebong', begitu pula kami menyebut para pendukung pasangan calon nomor 01 tersebut, Prabowo itu orang yang ambisius, sampai meng-klaim dirinya menang dalam pilpres kali ini. Padahal, hasil yang ia terima memang seperti itu. Quick Count kan hanya sebuah gambaran saja dari beberapa sampel TPS yang diambil. Dan bagi umat muslim, sujud syukur kepada Allah itu perlu, ketika mendengarkan kabar yang baik datang. Jadi, dimana salahnya Prabowo melakukan sujud syukur?
Memang para pembenci tak akan pernah terharu atas pengorbanan orang yang tidak ia sukai tersebut. Padahal husnudzon sendiri ada 3 tahapan, yaitu husnudzon penuh, husnudzon bertahap, dan husnudzon sebagian. Tak pernahkah kita terpikir, "Apa Prabowo memang bersalah mengenai isyu sara yang terjadi pada tahun 98?"
Atau berpikiran, "Benarkah Pak Prabowo seambisius itu? Bukan hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Indonesia sekaligus memperbaiki namanya yang sempat rusak puluhan tahun silam?"
Karena sesungguhnya, 'fitnah keji' (begitu saya menyebutnya ketika memutuskan untuk husnudzon penuh) itulah satu-satunya alasan prabowo, seorang jenderal yang tampan dan pemberani, memiliki banyak haters.
Padahal hanya dengan menjadi pemimpin negeri ini, Prabowo bisa membuktikan bahwa dirinya tidak sekejam bayangan setiap orang yang termakan isyu 98. Dengan bekerja untuk Indonesia tanpa pamrih, Prabowo bisa menunjukkan pada setiap orang bahwa dia ada memang untuk memperbaiki negeri ini, bukan demi kekuasaan yang ada di pikiran para pembenci. Seandainya seluruh rakyat Indonesia bisa lebih terbuka mata hatinya dan berpikiran lebih luas.
Jika tak bisa husnudzon secara penuh padanya, lakukanlah bertahap. Jangan sampai kita menjadi seseorang yang berdosa karena telah berburuk sangka sejak puluhan tahun yang lalu padanya, atas segala sesuatu yang hingga kini tidak dapat terbukti kebenarannya.
Bahkan Gus Dur, Presiden ke empat RI sempat membuat pernyataan di media elektronik pada tahun 2009 bahwa Prabowo adalah orang yang paling ikhlas pada rakyat Indonesia.
Apa kita masih punya alasan meragukan pernyataan Gus Dur ketika Duta Besar Palestina untuk Indonesia, Fariz N Mehdawi, turut memberi pernyataan pada tahun 2014, bahwa Prabowo pernah menyumbang dari uang pribadinya sebesar 500 juta Rupiah ketika Palestina diinvasi oleh Israel. Semua kebaikan yang Prabowo lakukan, berdasarkan 'kata' orang lain, bukan 'katanya' sendiri, sesuai dengan amalan ikhlas itu sendiri yaitu tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu.
Prabowo kasar dan pemarah, begitu katanya, selalu saja ada bahan yang 'digoreng' oleh sebagian besar pembencinya untuk memberi-tahu kepada seluruh dunia bahwa Prabowo tidak pantas memiliki simpatisan karena terlalu arogan.. Padahal, ketika Mantan Gubernur DKI, Basuki Tjahya Purnama (Ahok) marah, memaki, menggebrak meja, dan bersikap arogan pada wartawan serta rakyat biasa, katanya itu sikap tegas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Kalau menurut saya, manusiawi jika setiap individu memiliki emosi dan bisa merasa tersinggung, yang terpenting tetap memiliki wibawa sebagai seorang pemimpin, mampu mengayomi semua rakyatnya dan menyerukan sikap toleransi antar umat beragama, tanpa pernah berkomentar yang menunjukkan sikap intolerasi dan bisa memecah belah persatuan bangsa.
Tetapi seperti kata-katanya Ali bin Abu Thalib, "Jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapapun karena yang mencintaimu tidak butuh itu dan yang membencimu tidak percaya itu."
Sumber: https://www.islamcendekia.com/2016/10/ali-bin-abi-thalib-jangan-menjelaskan-tentang-dirimu-kepada-siapapun.html |
Begitupula yang Prabowo bawa sepanjang sisa usianya sejak isyu 'kesalahan 98', tak ada gunanya menjelaskan apapun kepada orang-orang yang sudah telanjur membencinya.
Prabowo di mata saya, sebagai salah satu pendukung, adalah sosok yang kebapakan, kolaborasi yang pas dengan Sandiaga Uno yang hangat, seperti layaknya ayah dan anak yang harmonis. Bahkan KH Ma'ruf Amin, cawapres 01, terlihat ikut terharu saat Sandiaga dan Prabowo berpelukan dengan hangatnya pasca debat terakhir.
Sumber: http://www.tribunnews.com/pilpres-2019/2019/04/15/foto-prabowo-sandi-dan-anies-baswedan-sandi-pelukan-viral-jubir-bpn-tulis-sejarah-terulang |
Kisah kasih antara Prabowo dan Titiek Soeharto (Salah satu putri Presiden kedua RI), mantan suami-istri, yang hingga kini pun masih sama-sama melajang juga sungguh mengharukan bagi kami yang mencintainya.
Tak ada alasan bagi kami yang husnudzon untuk membencinya. Dia bahkan belum diberi kesempatan untuk membuktikan ucapannya, membuktikan janji-janjinya pada negeri ini jika terpilih, sehingga belum terbukti ingkar janji kepada kami yang mendukungnya.
Apapun itu, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno tetap menang di hati kami, tak akan pernah berubah. Bahkan sebelum sosok 'netral yang dulu bersembunyi namun kini meneriakkan kemenangan pasangan calon nomor 01, kami sudah terlebih dahulu memasang dada kami menunjukkan dukungan pada pasangan calon nomor 2 dengan berani..
Apa perlu kami malu dan Prabowo malu karena tidak maju sebagai pemimpin? Tentu tidak, karena kami mendukung orang yang gagah berani, dan Prabowo pun memiliki pendukung yang pemberani.