-->

Belajar bersyukur - Kekaisaran China

Kekaisaran China
Sumber: https://www.vemale.com/galeri/10-wanita-tercantik-pada-zaman-china-kuno.html

            Saya baru saja menyelesaikan menonton drama seri Mandarin berjudul 'Wei ZiFu', kisah seorang penari yang bekerja di kediaman Putri Ping Yang, kakak kandung kaisar Wu, kaisar Han yang bertahta saat itu, dan kemudian dijadikan selir oleh kaisar.                    Ini adalah DVD kesekian seri kekaisaran yang saya tonton, sebelumnya saya juga sempat menonton kisah 'Dou YiFang', permaisuri kerajaan Han juga, istri dari Kaisar Wen (Liu Heng). Waktu jamannya Wei ZiFu, dia sudah menjadi nenek suri, karena Kaisar Wu adalah cucunya. Anak dari Dou YiFang adalah Kaisar Jing yang merupakan ayah dari Kaisar Wu.
            Bukan sekedar menonton, karena berdasar rasa penasaran, saya jadi lebih banyak membaca dan mencari tahu seperti apa karakter dan kondisi mereka yang sebenarnya berdasarkan sejarah tertulis. Pada kisahnya di film, Wei ZiFu digambarkan sebagai permaisuri yang bijak bahkan anaknya yang diangkat sebagai putera mahkota juga dikisahkan pandai dan bijak seperti ibunya.

            Pada catatan sejarahnya, tidak terlalu jelas digambarkan mengenai karakter Wei ZiFu, tetapi miris ketika membaca akhir dari kisah hidupnya, ia bunuh diri menyusul anaknya yang juga bunuh diri karena kalah dalam pemberontakan. Catatan sejarahnya adalah sang putera mahkota memberontak karena ibunya telah kehilangan kasih sayang ayahnya, Kaisar Wu.
            Gadis-gadis dibawa masuk ke istana, ditiduri oleh kaisar sekali, kemudian syukur-syukur didatangin lagi, bahkan setelahnya kaisar sudah lupa sama kehadiran mereka, hanya selir kecil yang menunggu gila dan mati di istana belakang. Kalau yang sudah diangkat menjadi nyonya (selir besar) masih lumayan, bisa berdandan dengan mewah dan mondar-mandir datangi kaisar, masih ada kemungkinan kaisar datang kembali menidurinya sehingga berkesempatan melahirkan anak keturunan untuk kaisar (agar memiliki 'akar' untuk tetap kokoh berdiri) serta memiliki kesempatan untuk diangkat menjadi permaisuri.
            Cara masuk para gadis ke istana pun sangat unik, selain mengikuti pemilihan gadis istana setiap tahunnya. Seperti We ZiFu, gadis dari golongan rakyat dan miskin, yang diminta secara langsung oleh Putri Ping Yang melayani kaisar, kemudian dibawa ke istana untuk menjadi selirnya. Dulu Dou YiFang pun begitu, gadis yang tidak jelas asal usulnya namun diangkat menjadi permaisuri dan akhirnya selalu ikut campur masalah kenegaraan, malah jadi wanita yang paling berkuasa di kerajaan Han sampai akhir hidupnya. Dou YiFang diceritakan akhir hidupnya pada serinya Wei ZiFu.
            Wanitanya kaisar, baik yang menjabat sebagai permaisuri, sebagai nyonya, apalagi tingkatan selir-selir lainnya dari yang tinggi sampai yang paling kecil (sudah kayak jenjang karir ya), sama menderitanya, karena harus berbagi kasih satu sama lain, tidak akan sama adilnya. Ketika kaisar jatuh cinta dengan seorang wanita, tiap malam ia bisa hanya tidur dengan wanita itu saja, begitupun ketika wanita baru datang yang lebih menarik dan pandai mencari perhatian kaisar, yang lama pun ditinggalkan begitu saja. Permaisuri biasanya mendapat penghargaan lebih dan dipercayai mengurus istana belakang karena ia sudah banyak berkorban untuk kaisar, salah satunya adalah 'berjasa' karena telah melahirkan anak keturunan (laki-laki) untuk kaisar.
            Betapa sedihnya ketika Wei ZiFu, seorang permaisuri, harus menunggu semalaman dengan makanan kesukaan kaisar yang sudah dihidangkan di dalam kediamannya, sementara kaisar tak kunjung hadir karena sedang bermadu kasih dengan selirnya yang lain. Saya menontonnya saja bisa gemas sendiri. Entah apa yang ada di pikiran kaisar (dan mungkin setiap lelaki memang begitu), yang bisa dengan mudah menumbuhkan hasrat dan nafsu bahkan cinta kepada wanita lain tanpa (beban) memikirkan perasaan wanita yang seumur hidup sudah setia serta banyak berkorban untuknya.
            Belum lagi intrik para wanita istana belakang, oleh karena itu butuh permaisuri yang bijak untuk mengatasinya, bahkan permaisuri pun tak luput dari perbuatan licik para selir demi menjatuhkan dan menggantikan kedudukannya.
            Bagi saya kisah Dou YiFang dan Wei ZiFu paling menarik karena selain saling berkaitan melalui satu jalur keturunan kekaisaran Han, yang paling diekspos adalah kehidupan para wanitanya.
            Kisah Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing juga menarik, tetapi yang diekspos adalah perebutan kekuasaan oleh anak-anaknya. Kebetulan ia memiliki banyak anak lelaki, ada 35 anak lelaki berdasarkan catatan sejarahnya di wikipedia. Meskipun kelihatan sebagai anak-anak kaisar yang patuh, namun sesungguhnya mereka terpisah dalam kelompok masing-masing dan saling menyusun strategi untuk menyikut kelompok yang lain.
            Kaisar menyayangi Pangeran ke 14, dan desas-desusnya akan diangkat untuk menggantikan putera mahkota. Putera mahkota, anak pertama dari permaisurinya, adalah orang yang kurang bisa diharapkan dan licik. Pangeran ke 14 lebih baik hati sehingga bisa membuat tenang hati kaisar agar tidak terjadi saling bunuh antar saudara. Pangeran ke 14 sendiri bersama Pangeran ke 9 dan 10 mendukung pangeran 8 untuk menjadi putera mahkota (calon pengganti kaisar). Sementara Pangeran ke 13 mendukung Pangeran ke 4. Pangeran ke 4 sikapnya lebih tenang, namun ternyata sudah punya strategi secara diam-diam untuk menjatuhkan yang lainnya, karena pada akhir hidup Kaisar Kangxi, pada wasiat tertulis bahwa Pangeran ke 4 yang diputuskan untuk menggantikannya. Tidak ada yang percaya dengan keputusan Kangxi tersebut, bahkan isunya Pangeran ke 4 telah memalsukan wasiat Kangxi.
            Dari sisi manapun kehidupan di istana sangat menyeramkan ya, penuh intrik. Belum lagi karena kesalahan kecil bisa dihukum pancung. Hanya tidak sengaja menjatuhkan gelas di hadapan selir saja, pelayan bisa sangat ketakutan dan berkata sambil sujud-sujud "Hamba pantas mati.". Ketemu selir yang gila karena galau tidak didatang-datangi sama kaisar, bisa dibunuh betulan itu pelayan.
            Beruntunglah kita hidup di jaman ini, di Indonesia pula, meskipun korupsi besar-besaran tidak sampai dihukum penggal, bahkan predator anak pun belum tentu mendapat hukuman mati, apalagi penggal, karena tidak sesuai dengan sila ke dua Pancasila "Kemanusiaan yang adil dan beradab", meskipun sebenarnya kan kemanusiaan itu hanya berlaku bagi orang yang memanusiakan manusia. Kalau pembunuh sih bagi saya (sebagai rakyat Indonesia) tidak berlaku lagi sila kedua.
            Tapi bagaimanapun seremlah menjadi bagian dari kehidupan istana pada jaman kekaisaran Tiongkok. Saya suka menikmati sejarahnya, drama serinya, tetapi sama sekali tak pernah bermimpi menjadi bagian di dalamnya. Pada jaman dinasti Tang, selir kaisar saja bisa mencapai 3000 orang, ada yang sampai mati tidak pernah bertemu dengan kaisar, sebagian pasti menjadi gila dulu sebelum mati. Kasihan ...


You Might Also Like

0 comments