-->

Cerita Pendek - Semalam di Hard Rock Bali


Fiksi


Semalam di Hard Rock
Oleh: marga Tang


            Ais, this is Tanet, 21 years old. Orang Thailand loh, he’s a cute, right?” Ais membaca tulisan di belakang foto yang diselipkan di dalam amplop surat yang baru diterimanya dari tukang pos siang itu.  

    Kemudian perlahan tapi pasti dia membuka selembar kertas yang ditulis dengan rapi oleh sang pengirim. “Dear Ais...kangen banget aku! Sudah cukup lama ya kita tak bertemu? Sejak mama dan aku pindah ke Gold Coast-Aussie three years ago.

    "Pertamanya sih aku kesepian, tapi lama-lama aku betah juga setelah masuk ke universitas. Sudah lihat kan fotonya? Dia Tanet, sudah lima bulan aku berhubungan dengannya. Dia cowok terseksi yang pernah aku lihat."

    "Di samping itu dia ikut pegang saham di restoran milik keluarganya, orang tuanya pengusaha rumah makan, punya banyak sekali restoran. Aku sudah dibawa ketemu mamanya, orangnya sangat ramah."

    "Makanya Ais, cari cowok dong! Kamu pasti kesepian juga kan ngga ada aku? Kalo sudah punya cowok, ngga bakal deh kesepian lagi. Kapan nih kamu ke Gold Coast, di sini cowoknya handsome-handsome, you know? Ntar aku kenalin deh!"

    "Ok Ais, aku tunggu loh kabarnya, baik tentang cowok maupun tentang rencana kedatanganmu ke Gold Coast. See you, Babe.....Your Sweetie Cousin, Nita.”

    Ais tersenyum sendiri setelah selesai membaca surat dari sepupunya itu. Dia membayangkan wajah Nita yang sedang bersemu merah, bahagia, sambil menulis surat untuknya itu.

    Kembali dilihatnya wajah sejoli yang ada di dalam foto. Ais jadi membayangkan seandainya ia yang berada di samping cowok tampan itu.

    Bukan hanya tampan, ia juga pastinya kaya raya, bisa dilihat dari penampilannya yang necis abis dan foto mobil porches berwarna merah yang ada di belakang Nita dan Tanet tersebut.

    Ah, beruntungnya Nita, pikir Ais.

            Nita adalah sepupu Ais yang sangat akrab. Selain karena mereka bersepupuan sekali, papanya Ais dan mamanya Nita adalah bersaudara kandung, dulu mereka juga tinggal bersebelahan di kawasan perumahan elit Balikpapan Baru.

    Sampai suatu ketika papa dan mamanya Nita bercerai, kemudian mamanya Nita menikah lagi dengan seorang pria berwarga-negaraan Australia, Raymond Cross namanya yang kebetulan mengadakan perjalanan bisnis di Balikpapan.

    Oleh karena itu, mau tidak mau setelah urusan bisnis Raymond selesai di Balikpapan, Nita dan mamanya ikut pindah ke Gold Coast.

    Sementara Nita pindah ke Gold Coast, Ais pindah ke Bali, karena papanya seorang pengusaha dan sedang memiliki proyek untuk membangun villa di daerah Bedugul.

    Akibat ketertarikannya pada pariwisata dan ingin menjadi pengelola villa milik papanya kelak, Ais kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua dan tinggal di sana karena cukup melelahkan bolak-balik kampus ke rumahnya di Tabanan yang bisa menempuh waktu sampai dua  jam perjalanan.

    Ais cukup enjoy kos sendiri, karena ia bisa lebih mandiri. Yang membuatnya jadi tidak enjoy lagi adalah setelah membaca surat dari Nita barusan, yaitu ‘tentang cowok’.

    Ia memang sudah terobsesi pada cowok bule sejak lama, tapi ia juga tidak ingin pacaran dengan sembarang cowok bule. Apalagi jika melihat adik-adik tingkatnya pulang - pergi dengan bule-bule tua yang penampilannya tidak karuan. Hiii....Ais bergidik ngeri. Amit-amit! Pikirnya.

            Ais membayangkan cowok bule yang muda dan tampan, yah paling tidak biar bisa dipamerkan juga-lah pada Nita, sepupunya itu. Kalau hanya cowok Indonesia sih dari dulu sudah banyak yang menginginkan Ais menjadi pacarnya.

    Ais memang cantik dan ber-body bagus. Tapi Ais selalu jual mahal pada mereka semua. Ia selalu bilang pada teman-temannya sekelasnya di kampus, “Cowok Indonesia bukan tipeku. Aku suka yang putih dan berhidung mancung.”

    “Joy, clubbing yuk ntar malam. Hard Rock Cafe ato Double Six deh, terserah. Ajak si Michan tuh, dia pasti mau. Dia kan ratunya dugem.” Pinta Ais pada Joy, teman satu indekosnya.

Joy melirik curiga pada Ais. “Sudah setaon ga dugem, trus tiba-tiba ngajak lagi, ada apa neh?”

    Ais tersenyum penuh arti. “Ada yang mengingatkan lagi nih ‘bout obsesiku dengan cowok bule.”

    Joy menepuk jidatnya. “Ya ampun, Ais. Belum kapok juga. Tuh si Revi dapetnya cuman bule tua. Mana ada bule muda cari cewek di Indonesia. Perbandingannya bisa seribu banding satu tuh. Hard to wish, Honey...

    Revi adalah nama salah satu adik tingkat Ais dan Joy di kampus.

   “Joy...plisssss...” Mohon Ais dengan wajah yang sengaja dibuatnya terlihat memelas.

    Joy menjadi tidak tega dibuatnya. “Hard Rock deh....”

    Ais bersorak kegirangan dengar jawaban Joy.

  Come on Gals, enjoy!” Ais nge-dance bak kuda lepas sesampainya di Hard Rock Cafe.

    Michan, sahabat Ais asal Jakarta, yang memang ratunya clubbing langsung ikut enjoy bersama kawannya itu. Sementara Joy hanya duduk bertemankan soft drink, karena memang ia tidak begitu menyukai dunia gemerlap dan bising seperti itu.

    “Lama gue tidak fun seperti ini!” Kata Ais pada Michan setengah berteriak, karena suasana yang memang sangat bising, sambil terus menggoyangkan badannya.

  “Lagian, diajakin nolak terus sih!” Balas Michan, setengah berteriak juga.

    Sedang asyik-asyiknya dance sambil ngobrol dengan Michan, tiba-tiba seorang cowok bermata sipit menarik tangan Ais dan mengajaknya menari berputar-putar.

    Wo zen de zen de hen ai ni!” Teriak cowok tersebut pada Ais.

    Ais bergidik ngeri karena tampaknya cowok China itu sedang mabuk. Papa Ais keturunan Tionghoa sehingga ia sedikit mengerti bahasa Mandarin. Ais terus dance sambil perlahan menyingkir dari cowok itu.

   Baru saja terbebas dari cowok aneh, tiba-tiba seseorang menariknya lagi dan mengajaknya dance bersama. “Anata wa kirei desu!” Teriak cowok itu sambil tersenyum manis.

    Arigato gozaimasu!” Balas Ais. Ia sedikit mengerti bahasa Jepang karena sempat mengambil bahasa Jepang sebagai bahasa pilihan di kampusnya.

       Watashi wa Yoko desu. Anata wa dare desu ka?” Tanyanya lagi, tepat di telinga Ais sehingga ia tak perlu berteriak.

    Ais desu.” Jawab Ais singkat untuk mengakhiri komunikasi, karena Ais khawatir jika si Jepang mulai berbicara panjang lebar dan ia tidak mengerti.

    Sesekali Ais melirik pada Michan yang ternyata sudah hanyut dengan seorang bule yang cukup tampan, memiliki kumis tipis di atas bibirnya. Kemesraan tampak di antara mereka berdua.

    Sementara itu Joy sedang terlibat pembicaraan yang menarik bersama seseorang yang sepertinya orang Indonesia saja. Joy memang kurang agresif dibandingkan Michan.

    Perlahan Ais mulai menyingkir dari orang Jepang itu dan ingin mencari pasangan dance lain. Samar masih terdengar orang Jepang itu berteriak, “Ude no mise-dokoro!

    Saat sedang menikmati musik seorang diri, tak jauh dari pandangannya seorang cowok bule muda dan sangat tampan sedang duduk menikmati minumannya. Dengan agresif Ais mendekat, meminta sang bule untuk menemaninya berdansa.

    Meski awalnya sempat bingung dan menunjukan sikap penolakan terhadap ajakan Ais, tapi akhirnya ia ikut hanyut juga menikmati dentaman musik.

    Where are you from?!” Ais mendekatkan bibirnya ke telinga sang bule agar suaranya terdengar.

    “Aussie.” Bule itu tertawa.

    Wow, great! My cousin live at Gold Coast! I am Ais.” Teriak Ais girang sambil memperkenalkan diri.

    Pembicaraan bertambah seru karena mendapat poin plus untuk lebih mendekatkan diri dengan si bule tampan. Bule itu bernama Christ, asal Cairn.

    Mereka sedang terlibat pembicaraan seru ketika tiba-tiba datang seorang cewek bule cantik bermata biru yang langsung menarik tangan Christ dan menatap sinis pada Ais.

    Ais sedikit kecewa karena ternyata Christ sudah memiliki pacar. Ia melirik jam di pergelangan tangan kirinya, waktu sudah menunjukan pukul dua pagi.

    Sudah dari jam sepuluh malam mereka berada di situ. Ais duduk di samping Joy yang terlihat cukup lelah karena teman ngobrolnya juga sudah pergi meninggalkannya.

    “Siapa tadi, Joy?” Tanya Ais penasaran.

    “Gerry.” Sahut Joy.

    “Kebetulan sama-sama orang Ambon, jadi akrab. Sudah tukeran nomer, orangnya perhatian banget.” Sambung Joy dengan wajah merah merona dan tersenyum. Yang dimaksud dengan ‘nomer’ oleh Joy, tentu saja nomer HP.

    “Cie...yang lagi senang.” Olok Ais yang kemudian kembali terlihat lesu.

    “Kamu sendiri ketemu siapa aja tadi? Asik banget kelihatannya. Apalagi Michan tuh.” Tunjuk Joy pada Michan yang masih nempel pada bule berkumis tipis tadi.

    “Ngga ada yang menarik.” Jawab Ais singkat.

    Michan menghampiri teman-temannya. “Gals, gue misah dulu ya, si John ngajak gue kumpul bareng teman-temannya dulu di Hotel tempat dia nginap.

    “Yaa deh yang lagi pada hepi.” Jawab Ais asal sambil beranjak dari tempat duduknya meninggalkan kedua temannya.

    Michan mengkerutkan keningnya melihat sikap Ais, namun sebelum sempat Michan bertanya, Joy sudah memberi kode kalau malam ini Ais tidak bertemu siapapun yang dia harapkan.

    Sambil sedikit meringis, Michan menyolek punggung Ais untuk pamitan karena ia sudah telanjur berjanji pada John. “Gue cabut dulu ya?”

    Ais tidak menanggapinya dan jalan duluan untuk nongkrong di mini market 24 jam yang letaknya tepat di sebelah Hard Rock.    

    Joy masih melirik kepada Michan memberi tanda untuk tidak meninggalkannya dalam suasana hati Ais yang sedang tidak bersahabat ketika tiba-tiba ada suara gaduh di depan mereka.

    “Aduuh...hati-hati dong!” Ais tersungkur di lantai dan langsung melampiaskan kemarahan kepada orang yang menyebabkan ia jatuh.

    Oh, I’m so sorry.” Kata seseorang sambil membantu Ais berdiri.

    Joy dan Michan langsung menghampiri Ais.

    “Kamu ditabrak dia, Ais?” Tanya Joy sambil membantu Ais membersihkan kakinya dan melirik sinis pada si penabrak. Michan hanya diam saja terpana menatap pria yang menabrak sahabatnya itu.

    It’s my fault. I’m sorry.” Orang itu tampak sangat menyesal. Sementara itu Ais baru menyadari kalau yang menabraknya adalah seorang cowok bule yang masih muda dan sangat tampan.

    Ais buru-buru menyikut Joy dan tersenyum dengan sangat manis. “Oh, never mind.”

    Michan masih memandang si bule tampan sebelum akhirnya John menarik tangannya untuk segera pergi.

    Joy memandang wajah Ais yang bersemu merah dengan heran. Ia belum pernah melihat orang yang habis tertabrak dan mengalami lecet pada lutut bisa tersenyum dengan sangat ramah, melebihi wajah cute seekor anak kucing.

    I’m Ais.” Kata Ais lagi sambil mengulurkan tangannya.

    Uh...a good name. I’m James Collins, from Gold Coast.” Jawab cowok itu, menyambut uluran tangan Ais.

    Ais terbelalak menatap sang bule tak percaya. “Gold Coast in Aussie???!!!” Tanyanya.

    Certainly!” Jawab si bule yang menyebabkan Ais berteriak kegirangan.

    Hm...what’s the problem?” Tanya bule tersebut bingung melihat sikap Ais.

    Wajah Ais memerah begitu menyadari semua orang di sekitar situ memperhatikannya. “Nothing, my cousin live there, I hear Gold Coast have many good place to visit.”

    Yes you right. Can you tell me about Bali?” Jawab James sambil mengajak Ais duduk berdua.

    Ais tertawa kegirangan di dalam hati.

    Tak sabar rasanya ia ingin segera menulis surat pada Nita untuk menceritakan kisah Semalam di Hard Rock, lebih tepatnya di samping Hard Rock Café, bersama James Collins, seorang mahasiswa bidang studi Manajemen Perhotelan, Resort, dan Pariwisata di Bond University yang sedang berlibur bersama teman-temannya sekaligus studi banding pariwisata yang ada di Bali dengan Gold Coast.

You Might Also Like

0 comments