-->

POLA ASUH saya mengenai tayangan layak tonton.

Kartun
Sumber: http://www.infomenia.net/2016/05/pejabat-mesirpenyebab-terorisme-dan.html

Haii, ketemu lagi dengan Mami Keceh. Mumpung si unyu lagi bobo, boleh donk yaa Mami cuap-cuap cantik di Blog lagi. Kali ini saya ingin membahas mengenai 'membawa anak' ke bioskop.

Para Mami Keceh tentu butuh 'me time' juga sekali-kali dengan pergi menonton bioskop. Kalau ada yang bisa dititipin si kecil, seperti nenek atau mbak asuh di rumah, pasti bisa deh pergi berdua saja sama Dedi Keceh, serasa masih pacaran dulu. Nah, permasalahannya adalah, bagaimana kalau si kecil terpaksa dibawa ke bioskop?

Saya sendiri semenjak punya anak hampir tidak pernah pergi ke bioskop. Eh pernah dink, sekali doank waktu si baby masih bisa dibantu awasi neneknya di dalam baby box, alias masih bayi banget, supaya ngga stres, pergi berdua aja sama suami. Sejak si kecil sudah mulai bisa tengkurap, ngga pernah ninggalin lagi buat pergi ke bioskop berdua, maklum ... seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Mami saya diserahin dua balita hasil perceraian adik angkat saya untuk diasuh, ngga mungkin saya repotin lagi untuk menjaga anak saya, sedangkan saya ngga minat mengambil orang lain untuk diserahin 'harta' berharga saya satu-satunya yaitu Aisyah.


Nahh, sampai anak saya berusia hampir 3 tahun, barulah saya kembali mengunjungi ruang theater di bioskop, dengan membawa anak saya, malah hanya berdua saja tanpa Daddynya. Tau sendiri, kalau ngajakin Daddynya untuk ke tempat hiburan harus merengek dulu, sejak jadi Mami Keceh saya pantang merengek, hahahahhaaa, paling ngambek atau kalau udah kesel banget yaa ngomel.

Kebetulan ada film kartun the Baby Boss. Sebelumnya saya sempat mau mengajaknya nonton film kartun Ballerina, tapi entah mengapa nyali saya masih kecil ketika itu, wkwkwk, takut rugi baru 5 menit si anak sudah minta keluar ruangan. Mami kan pelit, perhitungan.

Saya sudah sedia cemilan nih buat di dalam ruangan, ada popcorn caramel XXI kesukaan saya juga donk, Sengaja masuk agak telat supaya anak ngga kelamaan nunggu filmnya mulai.

Begitu masuk ruang theater, respon Aisyah hanya satu, yaitu takjub dan berkata "Halloween House", dia memang sangat tertarik dengan Ghost, Zombie, Mummy, Skeleton, dll. Mungkin karena di youtube sering dengerin Halloween Nursery Rytme nya Pink Fong, Debbie Doo, dsb, yang kadang bertema Halloween.

Untung filmnya sudah mulai, jadi Aisyah langsung terpaku deh pada layar begitu sampai pada tempat duduk. Sesekali dia tertawa melihat adegan di film yang sebetulnya saya tidak suka, karena adegan film Baby Boss terkesan brutal dan kasar.

Saya memang sangat tidak suka melihat anak saya menyaksikan adegan kekerasan dibanding dia sekedar melihat adegan orang dewasa berciuman. Belum pernah sih dia melihat yang ada adegan orang dewasa berciuman selain di film kartun bertema Princess and Prince, tapi itupun saya memberi pengertiannya sangat mudah, yaitu "Mereka saling menyayangi ya Aisyah."

Sepanjang film Baby Boss, saya terus saja cekokin Aisyah dengan kalimat, "Aduh kasian, itu tidak baik dilakukan ya Aisyah, kasihan donk kakaknya jadi sakit karena dipukul.". Saya tidak tahu Aisyah mengerti atau tidak tapi sebagai orang tua kita tetap harus memberi pengertian apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Memang sangat jarang film kartun yang tidak menyelipkan adegan kasar di dalamnya hanya demi membuat adegan tersebut terlihat lucu. Kalau saya lebih suka melihat Mickey dan Minnie Mouse yang romantis, sejak jaman dahulu kala, dibandingkan menonton Tom and jerry, Doraemon, Shincan, dsb.

Banyak orang tua yang saya amati sangat tidak pantang ketika anaknya menonton film yang justru khusus-khusus bertema kekerasan, tetapi terlihat sangat khawatir ketika anaknya menonton film yang ada sebiji adegan kissing 'cuph' gitu. Mengapa? Padahal adegan kekerasan yang ia tonton bisa membawa dampak yang sangat besar bagi dirinya dan orang lain loh jika ia menganggapnya sebagai hal yang biasa.

Alasannya, adegan kissing bisa menjadikannya anak yang tidak bermoral ketika dewasa, lalu apakah adegan kekerasan tidak? Banyak yang menyangkutpautkan pemerkosaan disertai pembunuhan pyur karena anak-anak tersebut menonton adegan sex terus menerus, tetapi kenapa tak ada yang menyangkutpautkannya dengan adegan kekerasan yang mungkin mereka juga tonton, sehingga menjadi orang yang begitu sadis.

Saya juga tak membenarkan seorang anak menonton film bertema sex, tapi tentu begitupun dengan film bertema kekerasan. Bagi saya, film bertema sex dan bertema kekerasan sama pantangannya. Tetapi terkadang kita tidak menyangka bahwa film yang kita pilih terselip adegan antar pasangan suami istri, entah itu sekedar kissing atau grepe-grepe, kalau pyur porno saya rasa memang ngga ada di Bioskop Indonesia. Kalaupun ada, pasti sudah terlihat dari cover dan warning bahwa film tersebut adalah film Dewasa (Nih, sebagai emak-emak kita juga harus cermat ya membaca 'warning' dari bioskop, diperuntukan untuk penonton berusia berapa kah film tersebut.). Dan sebagai ortu yang wise, kita  juga tidak boleh marah jika petugas bioskop tidak menjualkan tiket kepada kita karena kita membawa anak yang tidak sesuai usia.

Berbeda dengan film kekerasan, apalagi film selain film kartun seperti Baby Boss tadi, bukannya kita pasti sudah tahu film tersebut mengusung tema kekerasan ya? Tapi mengapa kita tetap memaksa anak kita untuk ikut nonton bersama? Kalau Baby Boss, mana kita sangka film yang begitu bagus alur ceritanya mengandung banyak sekali adegan kebrutalan di dalamnya, bahkan adegan terakhir bikin terharu. Aisyah saja nyaris mewek saya lihat.

Seperti film bertema Super Hero, mengapa kita membawa anak kita menontonnya. Film Super Hero sudah pasti kita tahu ada duel antara si Super Hero dengan si Penjahat, bukannya tentu mengandung adegan kekerasan, mengapa kita tetap membawa anak kita untuk pergi nonton hanya karena kita ingin nonton?

Waktu film Beauty and the Beast, saya sempat update status di sebuah Sosial Media saya, "Aduhh pengen banget nonton Beauty and the Beast, secara Belle adalah princess favorite saya sejak kecil, tapi tidak mungkin membawa Aisyah karena belum tentu Aisyah betah."

Wah, saya langsung diingatkan mengenai film tersebut sedang marak isyu adegan LGBT, hati-hati jika membawa anak menonton. Tetapi kok ngga ada yang ingatkan saya mengenai film tersebut ada adegan keroyokan oleh pasukan Gaston menyerang istana the Beast ya? Padahal saya justru agak lupa adegan terakhir sedikit mengandung kekerasan.

Akhirnya saya nonton juga film Beauty and the Beast di rumah. Kalau adegan Gaston menyerang istana the Beast sih memang masih ada, persis seperti film kartunnya, tapi adegan LGBT nya yang mana??? Apa pikiran saya yang sebegitu positifnya sehingga tidak melihat ada diselipkan tema LGBT di sana. Karakter Lefou pada film kartunnya memanglah kemayu, tapi itupun bahkan tidak terlihat pada Beauty and the Beast versi manusia. Ataukah ada kalimat yang diucapkan oleh pemain yang mengandung unsur LGBT tapi terlewat oleh telinga saya? Kalaupun iya, berarti hanya seiprit dan telinga orang dewasa seperti saya saja memiliki daya rendah untuk menangkapnya, apalagi oleh anak kecil. Adegan dansa antar pria yang konon katanya ada pada film, terletak di bagian mana ya? Bahkan mata orang dewasa seperti saya kesulitan untuk menangkapnya, kecuali mungkin orang yang khusus mengamati dan menilai kualitas film tersebut, tapi kan saya hanya penonton biasa, heheheee.

Terkadang orang mengkhawatirkan yang seharusnya tidak begitu dikhawatirkan, tapi tidak khawatir mengenai yang jelas-jelas sangat mengkhawatirkan. Waktu saya masih mengandung Aisyah, saya menemani suami saya nonton, tapi saya lupa judulnya karena film pilihan suami, saya sampai menutup mata dan istighfar berulang kali sambil elus-elus perut saya, filmnya sadis banget dari awal sampai akhir. Seperempat film, saya melihat ada seorang Ibu menggendong bayi dan membawa tiga orang anaknya pergi keluar ruang theater juga, alhamdulillah ada yang sadar mengenai tontonan yang tidak layak untuk anak juga. Apa ibu itu sebelum membawa anak-anaknya nonton tidak tahu ya bahwa itu film mengandung kekerasan, sama seperti saya? Tapi paling tidak ia tidak sayang 'rugi' uang tiket ketimbang rugi dengan masa depan anak-anaknya kelak.

Yang perlu kita sadari sebagai orang tua, moral bukan melulu mengenai sex, anak yang doyan bully temannya, yang kasar pada temannya, yang besarnya menjadi orang yang kasar, sadis, ikut geng motor, ... adalah orang-orang yang tidak bermoral juga. Pemerkosaan adalah sex disertai paksaan dan kekerasan, berbeda dengan zina yang atas dasar suka dengan suka. Jika ia melakukan zina, mungkin ia sering menonton dan mencontoh adegan pada film porno. Tetapi jika dia memperkosa (apalagi jika sampai membunuh), ia sudah terbiasa dengan adegan kekerasan, entah pada film atau melihat adegan di dunia nyata seperti ayahnya yang sering memukuli ibunya, atau orang tuanya sering memaksanya melakukan hal-hal yang tidak ia sukai.

Mengapa ketika ada murid berprestasi yang memperkosa dan membunuh menggunakan gagang pacul (naudzubillahi min dzalik), kita hanya menyalahkan pornografi dan minum-minuman keras, mengapa jarang sekali saya dengar ada yang menyalahkan tayangan kekerasan pada televisi atau yang tersebar di youtube.

Seperti channel Super Hero yang dibuat oleh para bule sakit jiwa di youtube, ... banyak yang fokus hanya pada adegan ciuman, adegan porno, adegan hamil para bule yang memakai kostum tokoh kartun ... tapi tak ada satupun yang khawatir dengan adegan kekerasan di dalamnya. Apa hanya saya yang miris dengan adegan kepala joker di dalam lubang toilet, joker kejar-kejar Princess Elsa pakai pisau berlumur darah, dsb. Duhh, itu sama buruknya dengan pornografi untuk anak, bahkan jauh lebih buruk. Entah bagaimana caranya agar channel itu tidak bisa muncul di youtube lagi. Karena meski sudah setting Strict Mode, channel tersebut tetap muncul karena pornografi dan kekerasannya diselipnya dibalik topeng film anak-anak. Entah orang jahat macam apa yang ada di balik pembuatan film-film tersebut. Tujuan tidak ada lain selain menciptakan generasi mendatang yang tidak bermoral. Semoga segera dilaknat Allah.

Saya suka gemas deh dengan orang-orang seperti itu. Sementara para ibu sibuk mempersiapkan moral yang terbaik untuk anak-anaknya, mereka malah dengan sengaja menciptakan tayangan untuk anak-anak yang sangat tidak bermutu, dengan tujuan yang sangat buruk. Entah bagaimana cara mereka dibesarkan dan bagaimana kelak mereka membesarkan anak-anak mereka. Semoga segera diberi hidayah oleh Allah SWT.

Ingat yaa Mami Keceh, pantangkan anak bukan hanya dalam menonton tayangan pornografi melainkan juga tayangan yang mengandung unsur kekerasan, karena keduanya sama-sama menyeramkan, sama-sama berdampak buruk bagi masa depan anak-anak kita kelak.

Trus satu lagi, banyak orang tua yang pantang dengan perceraian, alasan klise 'kasian anak-anak'. Tapi tak pernahkah berpikir bahwa lebih kasian anak hidup dalam keluarga yang tidak bahagia dibandingkan hidup dengan single parent yang bahagia. Punya suami suka mukul, rela aja dipukulin sama suaminya dengan disaksikan oleh anak-anaknya daripada minta cerai, duhhh miris, padahal bisa membawa pengaruh yang kuat dalam kehidupan si anak kelak.

Sebagai orang tua, bukan masanya mikirin sekedar 'cinta' antar suami istri lagi (apalagi cinta berat sebelah), tetapi telah hadir cinta yang baru yaitu anak-anak yang lebih harus dipikirkan masa depan dan kebahagiaannya. Mungkin banyak 'ayah' yang tidak sadar dengan parenting dan pola asuh anak, tapi saya yakin setiap ibu sangat sadar dengan itu semua. Kebahagiaan dan masa depan anak sepenuhnya di tangan kita loh para Mami Keceh. Mmuaaachhh, tetap semangat yaaa!

You Might Also Like

0 comments