-->

5 Tips agar seorang IBU bebas depresi


Menjadi seorang ibu adalah keinginan setiap wanita yang menikah, tetapi setelah sang bayi lahir, dunia ibu berubah drastis, ada sebagian yang mudah beradaptasi namun sebagian lagi merasa tidak biasa dan sering merasa jenuh dengan rutinitasnya merawat bayi.

Hal seperti ini tentunya harus menjadi perhatian bagi banyak orang, terutama bagi lingkungan sekitar si 'ibu' tadi, baik suami maupun orang tua. Jangan sampai berdampak buruk pada bayi atau anak-anak karena kejenuhan ibu yang dapat menyebabkannya menjadi depresi berat.

Banyak sekali sekarang yang kita jumpai, seorang ibu tega menyiksa bahkan membunuh buah hati yang ia lahirkan sendiri. Bukan hanya berasal dari pasangan yang belum menikah, melainkan juga dari pasangan menikah. Baru-baru ini terjadi di Tarakan, seorang ibu yang tega meletakkan bayinya sendiri di dalam freezer selama 3 bulan tanpa rasa penyesalan hanya karena alasan ekonomi dan menikah siri, setelah seorang ibu asal Sumbawa yang tinggal di Bali merekam dirinya sedang menyiksa bayinya sendiri karena ayah si bayi meninggalkannya.

Miris sekali mendengar berita seperti itu. Bayi yang seharusnya mendapatkan kehangatan dari ibunya sendiri, tempat ia mencari perlindungan di kala ketakutan sedang menyerang, justru menjadi neraka baginya. Saya pernah menonton sebuah video amatir yang direkam di China, seorang ibu yang tega menendang-nendang anak perempuannya (berusia balita) di jalanan sehingga beberapa orang yang kebetulan menyaksikan memanggil polisi demi keselamatan si anak. Tapi apa respon si anak ketika sekelompok polisi datang? Ia justru ketakutan dan bersembunyi di balik mantel sang ibu. Duh, miris banget ya? Video yang sangat sederhana tetapi bisa membuat air mata saya menetes. Bagaimanapun sikap si ibu terhadapnya, ia tetap membutuhkan perlindungannya. Lalu mengapa ibu tega bersikap kasar kepadanya?

Jauh sebelumnya, sekitar tahun 1999 pun pernah terjadi di Balikpapan, seorang Putri kebanggaan KalTim, juara 3 Putri Manuntung 1996, tertangkap karena membunuh dan kemudian membakar bayinya sendiri. Betapa kejamnya?! Kasus ini sempat menarik perhatian orang banyak karena yang melakukannya bukan orang biasa, melainkan wanita berprestasi. Motifnya tiada lain tiada bukan adalah rasa malu karena hamil di luar nikah. Ada lelaki yang tidak bertanggung jawab, maka lahirlah wanita yang tidak bertanggung jawab pula.

Sering kali kita hanya menyalahkan sang ibu, tetapi jangan lupa dibalik pelaku pembunuhan biasanya ada perencana. Orang-orang di sekitar ibu kejam tadi lah yang merencanakan pembunuhan yang dilakukan oleh ibu. Tidak ada pertanggung jawaban dari lelaki, tidak ada bantuan dari suami dalam membesarkan anaknya bersama-sama, serta tidak ada dukungan moril dari orang tua dan keluarga.

Tidak bisa dikatakan waras bagi seorang ibu yang membunuh buah hatinya sendiri, karena binatang saja yang tidak diberikan akal tak akan memakan bayinya sendiri bahkan di saat lapar melanda. Pernah mendengar Baby Blues Syndrome kan? Serangan yang dialami tiba-tiba oleh ibu yang baru saja melahirkan. Perubahan mood yang drastis, selalu merasa sedih, gelisah, kesulitan tidur, tidak sabar, dsb, yang berangsur hilang setelah kurang lebih 2 minggu pasca melahirkan, tetapi tetap harus dipertimbangkan adanya Post Natal Depression alias depresi berkelanjutan dari Baby Blues Syndrome yang membuat ibu menjadi membenci bayinya sendiri karena menganggap si bayi adalah sumber masalah dalam hidupnya. Dibutuhkan peran serta keluarga untuk mengembalikan mood sang ibu dan membuat senyum mengembang di bibirnya kembali.

Minimnya pengetahuan mengenai Sindrom dan Depresi pasca bersalin ini membuat beberapa orang menganggap enteng dan cuek dengan perubahan mood yang sedang dialami oleh si ibu tadi. Setelah terjadi sesuatu dengan sang bayi, barulah beramai-ramai menghujat ibu yang kejam tanpa pernah peduli dengan kondisi kejiwaan dan mentalnya sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa tragis itu.

Mengapa tidak mencegah sebelum terjadi? Orang tua, mertua, dan suami ikut menghujat dan memaki? Mengapa tidak menyalahkan diri sendiri saja ketika sudah terjadi? Karena ketika mendengar peristiwa-peristiwa seperti itu, bathin saya seketika berteriak, "Itu salah kalian!" (Ibu bayi, ayah bayi, kakek dan nenek bayi, ... semuanya adalah orang-orang yang berdosa!)

Jangan sampai kita mengalami ini ya Mommies ... bayi itu kan anugerah yang tak ternilai harganya dari yang maha kuasa. Banyak yang berharap agar dikaruniai kehamilan dan bayi, tetapi belum dipercayai olehNya, sedangkan para Mami yang langsung diberi penghargaan olehNya malah menyia-nyiakan. Apalagi bagi pasangan yang mendapatkan bayi di luar pernikahan, sesungguhnya Allah ingin kalian bertobat dan merawat titipanNya itu dengan baik untuk membayar dosa kalian sebelumnya, bukan malah menambah dosa yang baru.

Ada satu hal yang udah lama sekali saya ingin sampaikan ...
Wahai orang tua ... apa yang kalian pikirkan ketika anak kalian hamil di luar nikah? Aib atau dosa? Kalau dosa, rangkullah anak anda, jangan salahkan dia, kalau harus ada yang bersalah maka salahkan saja diri anda yang telah gagal mendidik, mintalah ia untuk solat tobat, tetap membuka rumah anda untuknya, terimalah bayinya di tengah hangatnya keluarga, kemudian bersama-sama menjadi satu keluarga yang solid menjalani hidup baru, lupakan masa lalu dan hindari selalu mengungkit dosa yang sempat ia perbuat. Intinya ikhlas dengan apa yang sudah terjadi.
Tidak ada yang namanya kehadiran seorang bayi menjadi aib dalam sebuah keluarga, yang ada hanyalah kebahagiaan, bayi adalah sumber kebahagiaan terbesar dalam sebuah keluarga. Jadi yang perlu dipahami oleh setiap orang tua dan anak muda yang memadu kasih adalah: 'hindarilah zina karena itu perbuatan yang dimurkai oleh Allah SWT (dosa)', bukannya 'hindarilah zina karena kalau kamu hamil mau ditaruh mana muka ibu - bapak ini (aib)'.

Sindrom dan Depresi pasca bersalin yang dialami oleh ibu yang sudah menikah biasanya terjadi karena ayah bayi yang seharusnya menjadi orang terdekat bagi ibu, tidak memberi perhatian yang lebih kepada ibu, tidak merawat bayinya bersama-sama, selalu membawa masalah kerjaannya ke rumah, jarang berada di rumah untuk quality time bersama ibu dan bayi, tidak pernah membantu pekerjaan rumah ibu, tidak pernah mengajak ibu piknik atau memberi waktu bagi ibu untuk ke salon-spa-dsb ('me time') tanpa dirempongin dengan bayi.

Saya perhatikan semakin minim 'ayah' jaman sekarang yang peduli dengan perkembangan anak dan kebahagiaan istri. Bukan hanya suami saya semata, beberapa ibu yang juga teman saya pun berbagi pengalaman yang sama. Berbeda dengan papa saya, papa saya bisa menggendong bayi merah (yang baru lahir), memasak nasi, mencuci botol susu, mencuci piring, membuat susu bayi di botol, bahkan memasak nasi goreng, yang tidak ada satupun bisa dilakukan oleh Daddy-nya Aisyah. Papa saya bisa membawa anak - istri bahkan cucu (sekarang) untuk piknik di dalam kota atau berlibur di luar kota sekalipun, sedangkan Daddy nya Aisyah berada di rumah saja untuk quality time jarang (tidur pun di ruko setiap malam, tempat kami membuka Game Online).

Waktu dulu berada di kamar rumah sakit seorang diri dalam kondisi hamil 8 bulan karena pendarahan Placenta Previa, saya pernah tertangkap basah sedang meneteskan air mata oleh seorang suster yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Saya sampai malu sendiri, karena suster tersebut menegur saya sambil tersenyum, "Ibu kenapa sedih?". Saya tidak menjawab, bahkan pura-pura tidak mendengar.

Suami saya sibuk, sementara orang tua saya tidak bisa terus-terusan menunggui saya di rumah sakit karena ada 2 anak batita yang di bawah pengasuhan mereka, anak-anak hasil perceraian adik saya dan mantan istrinya. Ibu mertua pun ada cucu yang harus dijaga, sedangkan saya juga tidak nyaman jika ibu mertua yang harus mengurusi pipis saya. Saya bedrest sehingga tidak boleh turun naik dari tempat tidur untuk pergi ke toilet, dan suami selalu ngomel di rumah sakit (karena tidak bisa pergi kerja, sibuk ngurusin saya yang bolak-balik masuk RS saja), akhirnya saya memberikan solusi bagi diri saya sendiri dan semua orang bahwa saya harus pakai adult diapers.

Sumpah, ngga enak banget, belum jompo sudah harus pipis di tempat, pipis menggenang dulu sebelum terserap oleh diapers. Pipisnya orang dewasa kan banyak banget. Jadi sering menyesali nasib di dalam kamar RS seorang diri sambil menonton drama keluarga yang mewek-mewek di ind*siar, wkwkwkkk. Yang ada ngga konsen sama jalan ceritanya, malah konsen sama apa yang dirasakan sendiri, ngga sadar jatuh deh air mata.

Saya bersyukur sekali tidak menjadi bagian dari Baby Blues Syndrome yang bisa berdampak mengerikan jika berkelanjutan, tetapi tetap ada sesuatu hal yang saya rasakan seusai kehamilan saya yang cukup menyulitkan bathin dan mental karena tidak memiliki satupun dukungan moril di sekitar saya yaitu kebencian dalam hati saya.

Setelah melahirkan saya sangat menyayangi buah hati saya, malah saya takut sekali meninggalkannya seorang diri, saya merasa sangat bangga bisa menjadi seorang ibu dari Aisyah, tetapi saya menjadi benci sekali sama suami saya, adik lelaki saya, dan terutama sama mantan adik ipar saya, sehingga terkadang membawa kekesalan saya kepada keponakkan-keponakkan saya. Saya merasa kesialan saya disebabkan oleh mereka semua.

Adik saya dan mantan adik ipar saya menikah dini karena pergaulan bebas, anak pertama belum genap 3 bulan sudah hamil anak kedua, dan anak kedua baru beberapa bulan sudah bercerai. Anak-anak mereka dirawat oleh orang tua kandung saya. Adik saya sendiri kami adopsi sejak masih berusia 15 hari, dengan kata lain keturunan biologis Mami saya hanyalah saya dan Aisyah sebagai cucu kandung. Sedangkan saat saya butuh mereka, mereka tidak bisa dengan alasan yang saya tidak bisa terima pada saat itu, yaitu kehadiran cucu-cucunya itu yang menurut saya tidak pantas.

Seiring waktu baru saya bisa membangun kepercayaan diri saya kembali, tanpa bantuan siapapun, saya hanya berusaha menerima dan ikhlas dengan apa yang ditentukan oleh Allah SWT. Seperti yang sempat saya ceritakan sebelumnya, dengan situasi yang tidak mendukung, orang tua dan suami saya  pun juga bukan tipe orang-orang yang penuh perhatian dan peduli akan dukungan moril terhadap orang-orang di sekitarnya, termasuk kepada saya, selaku anak maupun istri, oleh karena itulah saya harus bekerja keras sendiri untuk membangun diri saya dengan utuh.

Terkadang kita tidak bisa terlalu berharap dukungan datang dari orang lain, karena tidak semua orang memahami itu, bahkan ketika kita bercerita pun mereka hanya bisa mendengar tetapi tidak akan bisa mengerti dengan apa yang sedang kita alami. Kita harus keluar dari keterpurukan kita sendiri.

Ada beberapa tips yang ingin saya bagikan agar Mommies tetap 'waras' dalam menjalani kesehariannya bersama buah hati tercinta. Setidaknya ini yang berhasil saya lakukan.

1. Maafkan dan Menerima (Ikhlas)

Yang pertama perlu dilakukan adalah memaafkan dan menerima. Memaafkan bukan sekedar menerima permohonan maaf dari orang lain, melainkan menerima apa yang sudah terjadi, memaafkan kesalahan diri sendiri, kesalahan orang lain, dan keadaan yang 'telanjur' terjadi.

Hamil di luar nikah solusinya adalah bertaubat kepada Allah SWT, memaafkan diri sendiri, memaafkan 'dia' yang ingkar tanggung jawab, dan menerima kehadiran bayi dalam hidup anda.

Begitupun solusi bagi ibu rumahan yang memiliki suami tidak perhatian, orang tua yang jauh atau sama tidak pedulinya, maafkan saja, berusaha untuk menerima ketetapan Allah SWT.

2. Mendekatkan diri pada Allah SWT

Hanya Allah yang maha mengetahui, maha mendengar, maha memaafkan, dan maha menguasai dunia serta segala isinya. Dengan mendekatkan diri kepadaNya, hati menjadi lebih tenang dan tidak mudah cemas. Dengan semakin percaya kepadaNya, maka akan menghindarkan diri dari semua perbuatan yang Ia murkai dan melaksanakan segala perintahNya.

3. Piknik

Piknik tetap perlu bagi setiap ibu yang jenuh dengan rutinitas. Tidak perlu menunggu 'diajak'  suami untuk pergi keluar rumah, tetapi masukkan saja dalam agenda untuk pergi piknik bersama anak, entah sekedar ke taman dekat rumah atau pergi ke pantai sekaligus mengajaknya bermain pasir.

Bukan hanya dengan pergi keluar rumah loh, tetapi bisa juga dengan mengabaikan seluruh pekerjaan rumah tangga, bermalas-malasan sambil menonton televisi dan ngemil bersama si kecil di rumah.

Berusaha tutup mata saja dengan segala keribetan di dalam rumah tangga, biarkan saja lantai kotor belum dipel, setrikaan menumpuk siapa takut, rumah berantakan toh ngga ada yang lihat juga selain diri sendiri. Intinya, abaikan. Heheheee ... yang penting bahagia. Anak senang, Mamipun senang.

4. 'Me Time'

Kalau ini tergantung masing-masing Mami menyikapinya. Kalau saya sendiri disamping suka menulis Blog dan keluyuran di Sosial Media seperti Facebook dan Instagram, saya juga suka bernyanyi. Karena tidak mungkin saya karaokean di rumah pada siang hari sementara anak saya butuh saya menemaninya bermain, dan tidak mungkin juga saya menitipkan anak saya sekedar untuk pergi ke family karaoke bersama teman-teman (lagipula sejak menikah saya nyaris tidak punya teman, hehehee), akhirnya saya aktif kembali deh di Smule (aplikasi menyanyi di HP).

Saya gabung di Smule sudah sejak pertengahan 2013, suami saya yang memperkenalkannya, tetapi jarang aktif karena lagu yang tersedia pun masih sedikit, ada beberapa lagu saja yang sempat saya nyanyikan karena kebanyakan lagu barat yang saya tidak tahu. Sejak Aisyah lahir, saya mulai aktif lagi di Smule, hampir tiap malam setelah Aisyah tidur saya refreshing dengan bernyanyi, banyak sekali rekaman suara saya, serasa menjadi penyanyi beneran nih.

Kemudian, setelah ulang tahun anak saya yang ke 3 kemarin, saya membelikannya In Line Skate, kebetulan saya suka juga bermain In Line Skate (sewaktu usia saya 11 tahun papa membelikan saya Roller Blade sehingga saya pun bisa memainkannya), jadi deh saya beli untuk diri saya sendiri juga. Bisa jadi bagian dari Me Time saya juga donk, malah sambil mengajaknya bermain bersama.

5. Bergabung di Komunitas

Bergabung di Komunitas bisa membuat kita merasa tidak sendirian dan punya teman, tapi tidak mungkin juga seorang ibu mengabaikan anaknya untuk bisa sekedar bergabung dengan komunitas offline, jadi saya bergabung di komunitas online saja.

Sesuai dengan kesukaan saya akan menyanyi, saya bergabung dengan Komunitas Smulenesians, dimana di sini kegiatan kami semua adalah hal-hal positif yang berkaitan dengan menyanyi, menemukan teman dari seluruh Indonesia yang suka bernyanyi dan sering mengadakan kolaborasi bareng. Duh serasa penyanyi beneran deh.

Selain itu saya juga suka menulis, sehingga saya bergabung dengan Komunitas Blogger Perempuan, dimana di situ bisa saling tukar pikiran dalam dunia Blogging. Sebelumnya saya juga sudah bergabung dengan 'Mentoring Menulis Online' melalui Whatsapp yang dimentorkan oleh penulis buku Brilli Agung sampai menelorkan sebuah Novel berjudul 'Melupakan 98', dan kemudian bergabung dengan 'Komunitas Menulis Online' di Whatsapp juga dengan Coach Tendi Murti, semuanya adalah suhu dalam dunia corat-coret. Jadi Komunitas menulis saya banyak, heheheee.

Kalau di Facebook, saya juga banyak bergabung dengan komunitas para orang tua yang peduli dengan dunia parenting dan psikologi anak sehingga membuat saya lebih semangat dalam mengisi Blog saya yang seputar dunia anak.

Bersama beberapa teman saya semasa kuliah yang sesama wanita pun kami bentuk grup BB maupun Whatsapp khusus untuk saling curhat seputar rumah tangga dan tukar pikiran mengenai apapun.

Ibu juga manusia biasa yang butuh teman, selama teman yang membawa dukungan moril dan semangat dalam menjalani keseharian, serta perkumpulan ke arah positif, tidak menjadi masalah. Ibu jangan pernah merasa sendiri ya agar tidak selalu bersedih, cemas berlebihan, dan meratapi nasib, karena bukan hanya berdampak pada kondisi psikis ibu sendiri melainkan juga bisa mengorbankan buah hati tercinta yang membuat ibu baru menyesal di kemudian hari.

Sebagai seorang ibu, saya bukan hanya sadar bahwa anak saya sangat membutuhkan kehadiran saya dan perlindungan saya, tetapi saya juga sadar bahwa di saat semua orang meninggalkan saya, dia selalu ada dan mengikuti kemanapun saya pergi. Dia bukan pengganggu dalam hidup saya, justru dia adalah malaikat yang memberikan saya kehidupan dan kebahagiaan.

Saat ini saya yang ia butuhkan, kelak saya yang membutuhkannya sebagai tempat berlindung dan tempat mencari kehangatan keluarga. Saya tidak ingin menjadi seorang ibu yang dibutuhkan saat saya bisa 'memberi' saja, tetapi saya ingin menjadi seorang ibu yang dibutuhkan anak saya sebagai tempat berbagi kasih sayang. Ada yang namanya mantan suami, apalagi mantan pacar ---> banyakk, heheheee ... tetapi tidak ada yang namanya mantan anak atau mantan ibu.

Lupakan segelintir 'objek penderita' dalam hidup ibu, ... entah itu pacar yang tidak bertanggung jawab, suami yang tidak perhatian, orang tua dan saudara yang semakin jauh ... tetapi anak yang ibu lahirkan, adalah harapan terbesar bagi ibu. Rawat ia dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa, maka insyaAllah ia akan menjadi satu-satunya orang yang tidak akan mengecewakan dalam hidup ibu.










You Might Also Like

0 comments