-->

Eksplor keindahan Bumi Pertiwi dari belahan Jawa Barat

Lembang, 8 Februari 2017

Angin semilir mencuri masuk melalui celah lengan jaket, meliuk bak labirin antara bulu-bulu halus yang melindungi kulit. Penulis bergidik digelitik oleh dinginnya udara saat itu.
Padang rumput hijau terang seolah kelabu tertutup embun. Hewan tinggi, tegap, gagah bak bangsawan mengibaskan rambutnya yang sempat basah terkena rintikan air hujan, ia tampak kesal akibat sebagian poni jatuh menghalangi pandangannya.
De Ranch, sebuah lokasi di Lembang, salah satu sudut Jawa Barat, menjadi salah satu tujuan para wisatawan domestik maupun internasional.
Penulis datang bersama anak yang masih berusia kurang dari 3 tahun, guna mengenalkannya dengan dunia luar, terbang menggunakan burung besi ke Pulau Dewata, kemudian lanjut ke Jakarta, dan sampailah kami di Kota Bandung dengan perjalanan darat selama 5 jam.
Sebagai anak batita, kegiatan traveling bisa jadi hal yang membosankan bagi dia, tetapi berbeda dengan Aisyah, ia sangat menikmati perjalanan ini, sehingga membuat penulis tidak ragu dengan mentalnya jika dibawa serta.
Dalam perjalanan yang setiap orang lakukan, tidak sekedar berfoto, tetapi 'sambil menyelam minum air', ambil manfaatnya, jangan biarkan lenyap begitu saja tinggal kenangan atau sekedar gambar berfigura hiasan dinding rumah.
Aisyah, seorang bocah perempuan yang cukup berani, menunggang kuda dan berkeliling tanpa pendampingan sang ibu.
Sebenarnya tidak masuk dalam rencana penulis untuk 'nyambi' berkunjung ke Kota Bunga ini, sebelumnya hanya untuk melewatkan Imlek bersama keluarga besar Tionghoa di Bali dan Tangerang, hanya saja sebagai penggemar traveling, sangat disayangkan jika melewatkan perjalanan satu daratan yang sangat banyak destinasi untuk dieksplor. Walaupun agak kurang tepat karena penulis berkunjung di musim hujan.

Perjalanan penulis dimulai tanggal 29 Januari 2017 menuju Bandara Internasional Ngurah Rai, berkumpul bersama keluarga besar di sebuah Guest House daerah Sunset Road, rekomendasi dari salah satu sepupu yang juga bergabung dalam trip tersebut.
Di Pulau Dewata pertama kalinya Aisyah mengalami berayun mengikuti ombak di atas mangkok kayu besar beralaskan kaca bening, terhuyung-huyung ketika berdiri, rambut berkibar terkena hembusan angin laut, dan diiringi deru mesin boat tersebut, sambil mengamati ikan berenang hilir mudik. Sesekali nahkoda speed boat membagikan roti untuk memberi makan ikan di tengah laut. Pasti menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Aisyah. Penulis dan kerabat menggunakan Tempered Glass Boat menuju ke Pulau Penyu.

Hari keempat burung besi membawa penulis kembali terbang menuju Ibukota RI tercinta untuk makan besar bersama keluarga sekaligus menjalin silaturahmi yang lama terputus karena terpisahkan jarak dan waktu, di rumah salah satu kerabat yang berlokasi di Tangerang.
Mami penulis masak Soto Banjar, makanan daerah khas Banjarmasin, kesukaan penulis di kampung halaman, Kota Balikpapan. Kebetulan banyak yang belum pernah mencicipinya. Mereka sering merasa penasaran ketika diupload di sosial media foto soto Banjar dengan kuah kaldu yang kental dan rasanya sangat gurih, berisi potongan lontong atau ketupat dan perkedel kentang, paruhan telur ayam atau telur bebek, suwiran ayam, ditambah su'un, dibubuhi daun sop, bawang goreng, perasan jeruk nipis dan sambel sesuai selera. Berdasarkan gambar saja sangat menggugah selera, apalagi jika sudah menyentuh lidah, memanjakan banget.

Seusai acara kumpul berlangsung, sepupu penulis mengajak untuk makan sate yang paling terkenal enak daging maupun bumbu kacangnya, di salah satu Mall Jakarta, dan memang enak, sebelumnya papa penulis juga sering menceritakan kelezatan sate tersebut.
Cukup memanjakan lidah, penulis penggemar kuliner. Di samping sate itu, penulis juga penggemar salah satu restoran bakmi di Jakarta, pokoknya kalau disuruh makan, penulis nomor 1 deh, bisa dilihat dari bentuk tubuh.
Penulis juga diajak pergi melihat ketinggian dari menara Bay Walk Mall. Menurut penulis Mall nya sangat berkelas, yang terlihat hanya orang-orang keren dan memiliki urusan bisnis saja di sana.
Kata sepupu penulis, "Dari sini bisa melihat Apartment Gubernur kami, Bapak Ahok."

Sepanjang perjalanan kembali menuju ke rumah Awie (nama samaran), sepupu penulis, papa penulis mengatakan bahwa esok hari sudah harus membeli tiket pulang.
"Wah, buru-buru banget. Kenapa tidak ke Bandung dulu, kalau sudah di sana mudah menuju belahan Jawa Barat lainnya, bagus buat anak-anak kayak Aisyah untuk eksplorasi. Banyak destinasi."
Ke Bandung? Wah asyik banget. Terakhir penulis ke Bandung sekitar 10-11 tahun yang lalu ketika penulis tur Studi Banding semester 6 perkuliahan. Tempat yang sangat sejuk dengan panduduk yang ramah-ramah. Penulis dan rombongan sempat berbaur dengan anak-anak di Saung Angklung Mang Udjo, masih kecil sudah sangat pandai memainkan alat musik tradisional dan berbaur dengan pengunjung yang datang.

Masih jelas juga diingatan penulis, berkunjung ke Tangkuban Perahu, daerah di Jawa Barat, berjarak sekitar 30 kilometer ke utara Kota Bandung, juga yang terkait legenda Sangkuriang dan Ibundanya, Dayang Sumbi, telah dikisahkan turun-temurun karena terdapat pada kurikulum Sekolah Dasar.
Cerita tentang seorang anak bernama Sangkuring yang diusir oleh Ibundanya, Dayang Sumbi' karena tanpa sengaja membunuh ayah kandungnya sendiri yang berwujud hewan. Sangkuriang berkelana bertahun-tahun dan menjadi dewasa, tanpa sengaja bertemu Dayang Sumbi yang tetap awet muda dan semakin cantik, membuat Sangkuriang jatuh hati lalu bermaksud menikahi Dayang Sumbi. Sang bunda yang mengetahui bahwa Sangkuriang adalah anak kandungnya, melalui luka Sangkuriang yang disebabkan olehnya, memikirkan cara untuk menolak. Dayang Sumbi meminta Sangkuriang membuat perahu dan telaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung Sungai Citarium. Atas kepandaian Dayang Sumbi, Sangkuriang merasa telah gagal menyelesaikan tugasnya, sehingga dengan kemarahannya ia menendang perahu yang sudah dibuat hingga terbalik dan menjelma menjadi sebuah gunung (Tangkuban Perahu).

Bandung yang memiliki udara sangat sejuk, dikenal dengan kota bunga, banyak tempat leha-leha berkumpul bersama teman atau keluarga, serta banyak daerah tujuan untuk menghabiskan liburan, selalu merindukan untuk kembali.
Aah, sayang mepet banget, dan tidak punya rekanan untuk membantu booking-kan penginapan. "Tidak sempat Ko, lain kali kami rencanakan khusus untuk bepergian ke Jawa Barat."
Awie tersenyum kecil. "Apa yang tidak sempat, tinggal naik mobil pergi ke sana, dekat saja, tidak sampai tidur di perjalanan. Penginapan? Tidak usah khawatir, nanti aku pesankan."
Seketika mata penulis terbelalak. "Koko punya rekanan di sana?"
Ia tersenyum kembali. "Ini rekananku." Sambil memperlihatkan layar smartphone keluaran terbaru miliknya, yang sudah pasti mahal harganya. Awie adalah seorang General Manager di sebuah perusahaan 'raksasa' di Ibukota.
"Nih, kamu coba searching." Katanya lagi memberikan si HP sembari menunjukkan sebuah aplikasi.
Iseng penulis sentuh, dan ternyata sangat mudah untuk menemukan tiket pesawat maupun hotel sesuai kebutuhan, bahkan dapat sewa mobil hanya dengan sekali klik.

Aplikasi 'Skyscanner', sesampainya di rumah Awie, penulis segera download juga, agar ketika sungguhan jadi liburan ke Bandung, penulis tidak kesulitan. Dan ternyata berhasil juga menginjakkan Kota Bandung bersama Aisyah serta kakek dan neneknya, menyewa satu unit apartment 2 bedroom di sudut kota.

Hari pertama dengan menyusuri bagian Selatan Jawa Barat, yaitu Lembang dan Maribaya, diawali berkunjung ke Farm House yang sangat terkenal akan susu sapi segarnya dan pemandangan yang sungguh memanjakan mata penulis, serta menyegarkan jiwa si anak balita aktif. Ia tertarik dengan bebek, burung, kelinci, bahkan domba, ... dieksplor dengan puas olehnya.
Penulis ingin ikut-ikutan seperti orang-orang yang menyewa pakaian noni belanda, sayangnya antriannya seperti ular naga, tidak tega terlalu lama meninggalkan Aisyah bersama nenek dan kakeknya. Padahal harga sewanya berkisar 75rb loh perjam, tetapi tetap tak menyurutkan minat wisatawan untuk menyewa, sekedar digunakan berfoto di kawasan Farm House yang tak kalah indah dari negeri kincir angin itu.
Setiap tiket dapat ditukarkan dengan susu segarnya. Nikmat banget, ada yang murni juga ada yang sudah diolah menjadi susu coklat maupun strawberry.

Keluar dari Farm House, penulis dimampiri oleh driver ke Taman Bunga Begonia. Duh, indah banget, apalagi gapura bunganya. Penulis dibuat terpukau karenanya. Sayang, selalu saja rintik hujan menemani. Syukurlah ketika turun dari mobil ada penjaja topi bulu untuk anak-anak.
Lihat saja penulis berfoto dan bergaya bak Anak Baru Gede alias remaja muda yang bercinta di bawah gapura bunga dan lampion berjejer, merasa seperti berada di istana para selir kaisar jaman Dinasti dulu, sambil menunggu waktu 'besuk' kaisar. Romantis sekali, meskipun hanya berlaku bagi selir kesayangan. Sekedar Intermezzo supaya tidak tegang. Hehehee...
Tapi penulis memang sungguhan penyuka bunga, bisa dibilang ada emosi romantis dalam diri penulis yang susah diungkapkan dengan kata-kata.

De Ranch, adalah tujuan selanjutnya penulis dan keluarga, sudah diceritakan di awal tulisan, bagaimana sejuknya udara saat itu. Hamparan padang rumput dan kegiatan berkuda yang dilakukan oleh pengunjung membuat saya membayangkan berada di Kualoa Ranch - Hawaii, lokasi syuting film Kong:Skull Island berlangsung. Banyak sekali tempat yang indah di belahan bumi Indonesia, seperti kata-katanya Enno Lerian jaman penulis kecil dulu, "Semua ada di sini.". Save lagu anak, hehehee.
Bagi pecinta bonsai, di sini juga tersedia bonsai yang lucu-lucu sebagai oleh-oleh. Buah berry ungu dan merahnya adalah favorit penulis, sudah pasti kalau ke daerah pegunungan membeli buah ini, hanya 10rb/mika besar, isinya pun padat.
Pulang dari De Ranch, penulis menukar tiketnya dengan susu dan yogurt. Yogurtnya enak banget, dijamin ketagihan deh.

Terlalu banyak aktivitas dan perjalanan yang ditempuh, membuat Aisyah kelelahan, sehingga sesampainya di Maribaya, penulis tidak ikut turun ke air terjun, numpang duduk dan berteduh di tepi kolam air panas sambil memangku Aisyah yang terlelap. Memberi kesempatan kepada si kakek dan nenek menikmati bulan madu keduanya berduaan turun sambil bergandengan tangan menuju air terjun. Ah indahnya. Semoga setiap pasangan kelak ketika bersama menua bisa tetap sama romantisnya seperti orang tua penulis, aamiin.
Perjalanan penulis pada hari itu berakhir di Maribaya, sangat berkesan karena sepanjang perjalanan darat saja, penulis disuguhi sawah dan kebun teh yang terbentang luas berwarna hijau cerah, sangat indah dan menyegarkan pikiran, dari balik kaca kendaraan, dan angin sejuk masuk melalui celahnya yang sengaja tidak ditutup rapat.

Hari kedua penulis berniat membawa Aisyah ke puncak tertinggi yaitu Kawah Putih di daerah Ciwidey, terletak di utara Kota Bandung. Cukup lama perjalanan yang ditempuh, ditambah waktu yang kurang tepat karena musim penghujan.
Jalan yang meliuk-liuk, semakin naik, mendaki pegunungan ala roda empat, hingga sulit mengenali lokasi, juga susah memperhatikan sekitar karena kabutnya kian tebal tergayut pegunungan tertinggi. 
Aisyah hanya berbekal pakaian lengan panjang, celana panjang, dan mantel bulu pink-nya yang ternyata tidak cukup mengobati rasa menggigil akibat dingin yang menusuk kulit. Papa penulis yang merasa paling tahan terhadap udara dingin sehingga tidak berbekal jaket satupun sampai tidak berani turun dari mobil. Hanya penulis, Aisyah dan neneknya yang turun untuk menikmati lingkungan sekitar, itupun terpaksa menyewa jaket lagi seharga Rp.30.000,- persatuannya. Aisyah lumayan rewel ketika itu, mungkin karena tidak sanggup melawan dingin.
Penulis menuju bibir kawah diiringi oleh rintik hujan dan dihalau oleh banyaknya genangan air sepanjang anak tangga, hanya sempat membayar fotografer untuk mengabadikannya sebelum kembali karena Aisyah yang sangat aktif rawan berada di sana.

Ke Bandung saja merupakan rencana tak terduga dari penulis, apalagi ke Little Venice dan Taman Bunga Nusantara, karena kedua tempat itu masuk dalam susunan acara penulis sekembalinya ke Tangerang.
Penulis jadi semakin bersemangat untuk melakukan perjalanan bersama keluarga ke tempat baru yang sama sekali belum pernah berkunjung sebelumnya. Penulis pernah ke Bogor, tapi waktu kedua destinasi wisata itu belum ada. Dan moment yang sangat tepat karena datang bersama anak.
Pertama kami berkunjung ke Little Venice. Pembaca pasti sudah familiar dengan Gondola Romantis di Venezia, membawa pasangan kasmaran menyusuri sungai yang lengkap dengan pemandangan indah di setiap sisinya, diiringi oleh nyanyian Italy Romantic oleh sang Gondolier.
Di Indonesia juga ada loh, namanya 'Little Venice, berlokasi di daerah Cianjur, pembaca dapat memilih gondola, perahu naga, atau ketinting. Penulis memilih perahu naga mengingat bepergian dengan anak balita, sebenarnya ingin sekali mencoba naik gondola. Nantilah, jika diberi umur datang lagi bersama anak yang telah remaja.
Yang jelas Aisyah merasa sangat bahagia kala itu, ia sampai melarang penulis yang terus merangkulnya karena khawatir ia terjatuh saking girangnya dan penasarannya ia ingin berkaca pada air sungai, seolah-olah ia juga sama dewasanya dengan penulis dan rombongan lainnya.
Semoga menjadi liburan yang tak terlupakan bagi Aisyah, karena selama berlibur dia mempelajari hal-hal yang baru.

Dari Little Venice, penulis melanjutkan perjalanan ke Taman Bunga Nusantara yang tidak kalah indahnya. Seluruh bunga mekar bersemi ketika penulis dan rombongan datang, seolah menyambut kedatangan dengan senyuman dan 'welcome'.
Awalnya penulis menggunakan kendaraan roda empat yang khusus untuk mengitari kawasan taman, yaitu mobil 'Wara-Wiri', dimana mobil terbuka tanpa kaca, pintu dan jendela agar pengunjung bebas memperhatikan sekelilingnya, karena lokasi Taman Bunga Nusantara sangatlah luas. Bersyukur dapat driver yang fleksibel dan pengunjung lain bersuku Sunda sehingga setiap tema taman, penulis diberi kesempatan untuk turun dan berfoto.
Setelah berada di terminal 'Wara-Wiri' kembali, penulis memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar sampai ke lokasi patung Dewi Sri yang berada di seberang danau. Di danau tersebut terlihat beberapa angsa hitam berpasang-pasangan, sepertinya angsa yang baik, bukan angsa hitam Odil, anak sang penyihir jahat, yang menyamar sebagai Odeth pada pesta pangeran tampan dalam dongeng Danau Angsa. Aisyah takjub melihat angsa-angsa itu. 

Sungguh perjalanan kali ini adalah yang paling luar biasa bagi penulis, selain penulis datang tidak seorang diri lagi alias sudah bersama calon generasi unggul Indonesia, perjalanan ini juga sama sekali tidak masuk dalam rencana, karena tujuan awalnya hanya berlibur ke Pulau Dewata dan ditutup dengan makan bersama di rumah kerabat daerah Tangerang, masih dalam rangka tahun baru imlek.
Wisata di Indonesia saja masih banyak yang belum dieksplor, nikmati keindahan tanah airmu sendiri. Buat apa berlibur ke luar negeri, membanggakan tanah orang lain, sementara kalian belum melihat sisi-sisi keindahan bumi pertiwi.
Perjalanan kali ini adalah yang tak terlupakan bagi penulis, dan rasanya bagi Aisyah juga. Seandainya penulis belum dikenalkan dengan https://www.skyscanner.co.id/ ... mungkin penulis masih jalan di tempat.
Liburan pun usai, saatnya bergantung pada satu aplikasi itu lagi, tiket murah "Balikpapan, Here I come!" ... pulang kampung, tinggal tunjukan kode booking pada saat check in.


You Might Also Like

16 comments

  1. salam kenal mba mamikeceh tahu linknya dari instagram ketemu di hastag #BloggerPerempuanNetwork #KumpulanEmakBlogger

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal Mom Yuli, wah sama-sama dari komunitas blogger wanita yang sama ya?
      Terima kasih sudah mammpir. Saling follow blog yuk, hihihiii. Blog Mom apa? Ntar saya follow, trus folbek yaa? Heheheee...

      Hapus
  2. Mau liburan ke Bandung dan Bogor lagi, kurang puas karena musim hujan. Tapi namanya Kota Bunga dan Kota Hujan ya pas waktu musim hujan ya? Hehehe...

    BalasHapus
  3. Kalau ke Bandung kadang males macetnya dari Jakarta..Tapi nyampe sana sih worth it..Bikin pengin datang dan datang lagi hihihi
    Seru liburannya...!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tempat yang ngangenin yaaa Mom.. Entah mengapa, tapi kalau diajak berlibur ke sana lagi ngga bakal nolak. Mungkin juga karena saya tinggalnya di Balikpapan yang panas, dulu merantaunya pun di bukit gersang NusaDua Bali yang ngga kalah teriknya. Tapi memang Jawa Barat ini, keindahan alamnya luar biasa.

      Hapus
    2. Tempat yang ngangenin yaaa Mom.. Entah mengapa, tapi kalau diajak berlibur ke sana lagi ngga bakal nolak. Mungkin juga karena saya tinggalnya di Balikpapan yang panas, dulu merantaunya pun di bukit gersang NusaDua Bali yang ngga kalah teriknya. Tapi memang Jawa Barat ini, keindahan alamnya luar biasa.

      Hapus
  4. Puas banget nih jalan-jalannya. Mumpung sudah di luar Borneo ya.
    Aku juga begitu kalau pas mudik ke Sumut. Pakai aji mumpung. Soalnya dari Balikpapan ke Sumatera 2x naik burung besi. Iya, pakai acara transit.

    Nah, pas di Sumatera, pasti keliling deh itu. Kadang sampai lintas propinsi, ke Pekanbaru, Jambi dan Sumbar. Road trip lagi. Untung babang suami juga doyan bolang. Klop deh.


    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahhh mantap itu ke Medan. Horashh... Hehehee...
      Saya uda lama banget nda ke sana, dulu kecilan suka bolak-balik ke sana, byk family, karena papa Chinese Medan, lahir Perbaungan, kuburan oma-opa jg di sana. Terakhir papa aja yg ke sana cengbeng. Mudahan klo ke sana lg bs ikutan, hihihii.

      Hapus
  5. Salken Kaka
    Dengab Bambang Herlandi
    Blogger Balikpapan

    BalasHapus
  6. Salam kenal Pak Bambang... Hihihiii... Saya br bergabung di Balikpapan Blogger, soalnya baru dapat info ada komunitasnya.

    BalasHapus
  7. Terima kasih ya sudah ikutan Blog Competition "Aha Moments" Skyscanner Indonesia. Good luck :)

    BalasHapus
  8. Jejak. Terima kasih sudah berpartisipasi. :)

    BalasHapus