-->

The Legend of Xiao Chuo - Sejarah dan Drama Xiao Yanyan Selaku Ibu Suri Chengtian

        

Legend of Xiao Chuo
The Legend of Xiao Chuo.
Sumber Foto: WeTV (Google).

        Sebuah kisah dari jaman kekaisaran Tiongkok yang disajikan melalui Drama Seri Mandarin, selalu sukses membawa anganku menjelajah pada masa itu, dimana kehidupan istana yang penuh intrik dan perebutan kekuasan, baik antar kerajaan dalam, maupun luar istana atau dalam lingkup pengadilan.

        Sudah banyak cerita Masa Dinasti yang aku tonton, baik Dinasti Tang, Dinasti Han, Dinasti Qing, Dinasti Qin, dan semuanya memiliki kesan yang mendalam di hatiku. Tetapi baru kali ini kisah yang aku tonton berlatar belakang tentang Kerajaan Khitan, yaitu suku yang terletak di bagian utara Tiongkok, berbatasan dengan Mongolia.

        Karena keseringan menonton Drama Seri Mandarin, awal Drama Seri The Legend of Xiao Chuo ini aku tonton saja, aku sudah bisa menebak kalau film ini lebih berkaitan dengan Suku Mongol dibandingkan oleh Orang Tiongkok, karena gaya berpakaiannya yang lebih menyerupai Kaum Mongolia dibandingkan Orang China.

        Drama Seri ini dibintangi oleh Tiffany Tang atau dikenal juga dengan nama Tang Yan. Semarga nih, hahaha. Mungkin loh ya, karena kata papaku, kadang tulisan Hanzi-nya berbeda. Kalau beda ya berarti beda marga.

Tiffany Tang
Kisah Cinta Han Derang dan Xiao Yanyan.
Sumber Foto: dramapanda.com

        Kalau aku sudah tak asing lagi dengan Tang Yan karena ada beberapa film serinya yang sudah terlebih dahulu aku tonton, dan memang dia lumayan banyak memainkan film China kuno, baik jaman dinasti maupun jaman penjajahan Jepang, dan biasanya dipasangkan dengan Luo Jin.

        Itu juga yang membuatku familiar banget dengannya, karena aku fansnya Luo Jin. Dan Tiffany Tang sudah jadi istri sah Luo Jin sejak Oktober 2018.

Luo Jin dan Tang Yan
Luo Jin dan Tang Yan menikah.
Sumber Foto: indomandarin.com

        Sebuah Drama Seri berjudul A Beauty in Troubled Times yang rilis pada tahun 2012 berlatar kisah jaman penjajahan Jepang, dan dibintangi oleh Tang Yan bersama Luo Jin sangat menarik perhatianku ketika itu, ditambah peran mereka kembali secara berpasangan dalam Drama Serial berjudul Princess Wei Young yang rilis tahun 2016 dan berkisah tentang pengambil alihan Kerajaan Liang Utara oleh Dinasti Wei.

Princess Wei Young
Princess Wei Young.
Sumber Foto: dramapearls.com

        Meski chemistry diantara Tang Yan dan Luo Jin sudah terjadi sejak mereka memainkan peranan di Drama China A Beauty in Troubled Times, tapi ternyata yang menyatukan mereka berdua dalam cinta nyata adalah sebuah drama yang berjudul Diamond Lover (rilis tahun 2015), sedangkan aku belum nonton, hahaha. Aku tertarik sama Film China Kuno saja soalnya.

A Beauty in Troubled Times
A Beauty in Troubled Times.
Sumber Foto: tumgir.com

         Okey skip! Lanjut tentang the Legend of Xiao Chuo ya, Drama Seri yang dibintangi oleh Tang Yan dan lumayan baru rilis tahun 2020 kemarin, itupun aku nontonnya langsung di channel WeTV, hehehe.

        Meski tidak dipasangkan dengan Luo Jin, namun alur ceritanya cukup menarik buat aku karena berlatarkan kisah sejarah juga, dan kebetulan aku baru tahu kisah Kerajaan Khitan ya berdasarkan film ini.

Han Derang
Pemeran Xiao Yanyan dan Han Derang.
Sumber: viki.com

        Aku kan suka gitu tuh, setiap habis mengetahui jalan cerita sebuah film, suka langsung mencari tahu apakah memang ada secara tertulis kejadian tersebut sebagai bagian dari sejarah. Dan ternyata memang ada cerita tentang Janda Permaisuri Chengtian dari Kerajaan Khitan, yang konon katanya lebih berpihak pada orang-orang Selatan (Suku Han China).

        Bahkan kisahnya pun, si Janda Permaisuri yang sebelum menikah telah berhubungan cinta (berpacaran) dengan pemuda Han, dan dipaksa harus menikah dengan Raja Khitan, pada akhirnya berhubungan kembali dengan Han Derang (pemuda Han tersebut) sepeninggalan Sang Raja. Sebelum raja meninggal pun, isu hubungan antara Xiao Yanyan (nama kecil Chengtian) tak pernah usai.

        Begitulah drama, meski Based on True Story, para tokoh itu memang ada pada jaman dahulu kala, namun setiap alur dan adegan merupakan hasil dramatisasi penulisnya. Kemiripan jalan ceritanya pun paling hanya 20 % dan merupakan inti dari cerita sejarahnya.

        Seperti Xiao Yanyan yang pada catatan sejarahnya tertulis cukup kejam, tidak cocok dengan kedua orang kakaknya, bahkan menghukum mati kedua kakak kandungnya sendiri, namun dalam dramanya Xiao Yanyan tidak diceritakan kejam, melainkan ia memikirkan kepentingan semua orang, baik hati dan rela berkorban, memiliki hati yang tulus, meski kakak-kakaknya meninggal karenanya tapi bukan secara sengaja, melainkan karena kakak-kakaknya terlebih dahulu yang bersikap jahat padanya. Hehehee, pokoknya dalam sebuah film, biasanya tokoh utama selalu protagonis.

        Jadi the Legend of Xiao Chuo yang ternyata diangkat dari sebuah novel berjudul sama dan ditulis oleh Jiang Shengnang ini, menceritakan tentang Xiao Yanyan, putri bungsu Mentri Siwen yang ceria, aktif, bebas dan baik hatinya, serta paling disayang oleh Sang Mentri. Kebetulan ia dan kedua kakaknya sudah tak beribu dimana Kakak tertuanya yang bernama Xiao Hunian bertindak sebagai ibu yang membesarkan adik-adiknya di rumah itu.

Xiao Hunian
Pemeran Xiao Hunian.
Sumber Foto: sundaykiss.com

        Xiao Hunian yang keibuan, sementara Xiao Wuguli yang manja dan genit, merupakan kakak-kakak terbaik yang Xiao Yanyan miliki, mereka hidup dan tumbuh besar saling menyayangi satu dengan lainnya.

Wuguli
Pemeran Wuguli (Lady Xiao).
Sumber Foto: dramapanda.com

        Namun keadaan tersebut berubah drastis saat ketiganya mulai jatuh cinta, kemudian takdir berbicara dimana pada saat pemerintahan Kaisar Muzong di Khitan, terjadi perebutan kekuasaan antara Yelv Xian (Raja Mingyi), Raja Taiping, dan Raja Xiyin.

        Menteri Siwen sih diceritakan dalam Dramanya sebagai orang yang lurus, dan tanpa sengaja menikahkan ketiga anaknya dengan para calon kaisar, tetapi bisa saja ternyata pada sejarahnya, jaman dahulu kala, beliau sengaja mengamankan posisinya dengan memberikan ketiga putrinya kepada para calon kaisar. Who knows? Hihihihiii, ini pandanganku.

        Pada akhirnya Xiao Hunian menikahi Raja Taiping, meski awalnya tanpa cinta tapi benih cinta tumbuh dengan sendirinya karena melihat ketulusan Raja Taiping terhadapnya. Berbeda dengan pernikahan Xiao Wuguli yang awalnya hanya dimanfaatkan oleh Raja Xiyin, sedangkan Wuguli sudah telanjur tergila-gila duluan. Lain lagi dengan Xiao Yanyan, Raja Mingyi menggunakan kekuasaannya untuk menjadikan Xiao Yanyan permaisurinya saat ia berhasil naik tahta dengan membunuh Kaisar Muzong yang kejam dan pemabuk saat sedang dilakukan kegiatan berburu kerajaan.

        Kalau cerita sejarah aslinya sih, Kaisar Muzong dibunuh oleh pelayannya saat sedang berburu.

        Tentu saja hal tersebut memicu pertengkaran antara Han Derang dan Raja Mingyi, karena yang membantu Raja Mingyi untuk naik tahta adalah Han Derang, sementara Xiao Yanyan merupakan kekasih yang sangat Derang cintai.

        Xiao Yanyan menikah tanpa cinta dengan Raja Mingyi bahkan ia tak pernah bisa mencintai Raja Mingyi yang kemudian bergelar Kaisar Jingzong, meski demikian Xiao Yanyan tetap melaksanakan kewajibannya sebagai seorang istri.

        Akhirnya Han Derang kembali ke istana untuk membantu Xiao Yanyan dan suaminya dalam memimpin pemerintahan.

Raja Mingyi
Pemeran Xiao Yanyan, Han Derang, dan Yelv Xian (Raja Mingyi/Kaisar Jingzong).
Sumber Foto: dramapanda.com

       Kaisar Jingzong, Kaisar kelima dari Dinasti Liao yang memang sudah sakit-sakitan itupun mangkat, dan putra Xiao Yanyan yang menduduki singgasananya, walau ia memiliki putra yang lain dari selirnya. Raja Mingyi memang dituliskan hanya memiliki seorang selir, yaitu Selir Bohai (Manchuria), dan itupun selirnya diceritakan dalam filmnya bunuh diri tak lama setelah Raja Mingyi meninggal dunia.

        Namun sepertinya, berdasarkan kisah aslinya yang menuliskan bahwa karakternya Xiao Yanyan seperti apa (antagonis), bisa jadi Xiao Yanyan yang memaksanya untuk itu. Bahkan anaknya selir pun dikabarkan meninggal akibat sakit.

        Putra Xiao Yanyan dan Kaisar Jingzong (Mingyi) yang bernama Yelv Longxu kemudian memerintah sebagai Kaisar Zhengsong, sementara Xiao Yanyan sebagai bupati. 

        Dari beberapa Drama China yang aku tonton, sebagian besar menceritakan tentang dimana pada akhirnya wanita yang berkuasa, sementara Kaisarnya hanya menjadi boneka yang digerakkan olehnya.

        Konon menjadi kaisar itu hanya masalah keturunan, sehingga ia ditakdirnya untuk itu, bahkan kadang menjabat setelah melakukan perebutan kekuasaan antar saudara, bukan karena mereka memiliki kapasitas untuk itu, sementara ketika mereka mencari pendamping hidup, khususnya untuk menjadi permaisuri, maka wanita-wanita yang berkemampuan besar sajalah yang akan terpilih.

        Sehingga para permaisuri terpilih adalah yang pertama pasti disukai kaisar, kemudian tentunya cantik, cerdas, dan memiliki banyak keterampilan.

        Jika kaisarnya kalah cerdas, maka wanita inilah yang akan mengambil alih kekuasaan walau hanya dari belakang layar, sehingga Sang Kaisar seolah dikontrol oleh permaisurinya.

Schemes of A Beauty
Schemes of A Beauty (Beauty's Rival in Palace).
Sumber Foto: wiki.d-addict.com

        Contohnya saja Permaisuri Dou Yi Fang dari Dinasti Han (bisa dilihat di Drama Cina berjudul 'Schemes of Beauty' yang diperankan oleh Ruby Lin), yang dikisahkan sangat cerdas dan mengontrol suaminya dalam memerintah. Bahkan dalam sejarah Tiongkok juga ada Kaisar Wanita bernama Wu Zetian yang jelas-jelas berlaku sebagai Maharani dalam Dinasti Tang (kalau mau lihat dramanya, coba cari yang judulnya 'Empress Wu' saja).

Empress Wu
Empress Wu.
Sumber Foto: medium.com

        Masih ada Empress Ki, wanita Korea (asal Goryeo) yang memerintah Dinasti Yuan di China, kebetulan didramakan menjadi Drama Korea dengan judul yang sama.

Empress Ki
Empress Ki (Drama Korea).
Sumber Foto: viu.com

        Yah diambil hikmahnya saja, kalau mencari wanita yang pandai, tentunya sang pria juga harus lebih pandai dan suka menambah ilmu. Hehehee, jadi bahas yang lain-lain.

        Yang jelas, aku excited banget kalau sudah berbicara tentang Drama Cina. Kebetulan aku memang sudah suka sih cerita tentang China jaman dahulu, ceritanya bagus-bagus.

        Dramia Cina kuno yang bercerita tentang masa penjajahan Jepang itu aku suka karena selalu dramatis, banyak adegan yang menyentuh, banyak peristiwa yang menyakitkan atau malah mengharukan. Sementara kalau kisah Jaman Dinasti itu, penuh intrik, perebutan kekuasaan, dan seringkali juga miris dengan kehidupan para selir di istana belakang.

        Ada selir yang kejam banget, tetapi ketika melihat latar belakang kehidupannya, membaca sejarahnya, spontan hatiku berkata wajar. Seperti Wu Zetian (Empress Wu) yang masuk istana sejak usia 14 tahun untuk menjadi selir, yah bayangkan saja penderitaan apa saja yang sudah dia terima sejak usia itu?

        Kawan-kawan pembaca blogku sekalian, apa ada pencinta DraCin (Drama Cina) juga sepertiku? Di samping para pencinta Drama Korea (DraKor) yang semakin banyak, khususnya di masa Pandemi gini.

        Kalau ada, komen ya judul DraCin-nya di bawah sini, beserta sedikit sinopsisnya. Siapa tau bisa menjadi referensi tontonanku, khususnya yang jaman Cina Kuno ya?

        Aku masih setia sama DraCin di sini, hehehe.

You Might Also Like

0 comments