-->

Ruang Publik KBR - Penanggulangan Bencana Inklusif bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas

Disabilitas dan Gempa Bumi
Penanggulangan Bencana Inklusif bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas.
Desain Gambar: Pribadi
Ruang publik KBR melalui webinar youtube-nya yang membahas tentang Penanggulangan Bencana Inklusif Bagi OYPMK dan Penyandang Disabilitas ini pun membuka paksa wawasan kita mengenai penghapusan stigma untuk membatasi diri dengan OYPMK.

Diskusi terbuka selama 1 jam ini mengangkat topik bencana alam seperti gempa bumi yang memang sedang hangat diperbincangkan, dikaitkan pula dengan OYPMK dan penyandang disabilitas ketika mengalaminya.

Rizal Wijaya yang mewakili KBR sebagai host dalam webinar ruang publik KBR memimpin diskusi bersama dua narasumber yang terkait erat dengan topik pembahasannya.

Dua narasumber dalam Ruang Publik KBR ini yaitu:

  1. Drs. Pangarso Suryotomo, selaku Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB.
  2. Bejo Riyanto, selaku Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), disabilitas terdampak bencana.

Stigma yang saat ini beredar di masyarakat kita adalah Kusta dan OYPMK merupakan orang yang harus dijauhi karena dapat menularkan penyakit tersebut kepada mereka, hal ini tentu menghambat dalam proses evakuasi penyandang disabilitas, khususnya OYPMK atas diskriminasi yang terjadi pada mereka, ketika terjadinya bencana alam di daerah mereka.

Bapak Bejo Riyanti selaku penyandang disabilitas terdampak bencana yang termasuk OYPMK sangat menyayangkan hal itu, sehingga akhirnya dibentuk difagana (difabel siaga bencana) dimana komunitas ini bergerak dari penyandang difabilitas untuk kaum difabilitas juga.

Menurut Bapak Bejo Riyanto lagi, Ketua Konsorsium Peduli Disabilitas dan Kusta (PELITA), penyandang disabilitas sendiri pun tidak hanya ingin dijadikan sebagai objek, melainkan mereka ingin diperlakukan sebagai subjek juga dimana mereka memiliki kontribusi dalam perihal penanggulangan bencana dan dampaknya ini.

Pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memang telah melakukan berbagai upaya mitigasi dan penanganan bencana alam karena setiap orang bisa menjadi korban dari bencana alam termasuk penyandang disabilitas dan OYPMK, namun dalam pelaksanaannya hal ini tetap perlu pengawasan dari berbagai pihak.

BNPB melalui daerah-daerah rawan bencana alam telah melakukan berbagai kegiatan untuk melakukan usaha Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dari kontribusi difabel baik perseorangan maupun komunitas dan lembaga telah terlihat nyata, yaitu melalui unit Layanan Inklusif  Disabilitas (LIDi).

Oleh karena itulah, para mentor yang terdapat di LIDi sendiri, dimana mereka bertugas menjadi pendamping para penyandang disabilitas korban bencana dan lainnya, adalah mereka yang OYPMK dan penyandang disabilitas juga.

Menurut Bapak Drs. Pangarso Suryotomo, selaku Direktur Direktorat Kesiapsiagaan BNPB, komunikasi antar sesama penyandang disabilitas pasti lebih mudah daripada orang lain.

Berkaitan dengan bencana alam di desa rawan bencana, Bapak Drs. Pangarso Suryotomo juga menuturkan bahwa untuk selamat dari bencana, tidak bisa sepenuhnya untuk menggantungkan diri terhadap para relawan, melainnya ada 3 hal yang secara runtut dari yang utama hingga yang terakhir untuk dapat selamat dari bencana alam, yaitu:

  1. Diri sendiri (35%)
  2. Keluarga
  3. Lingkungan Sekitar (persentasenya paling besar)
  4. Petugas (4%)

Untuk itu pula, telah dibentuk pula Desa Tangguh Bencana yang berisi para relawan di lingkungan sekitar dimana desa ini bukan hanya dibentuk oleh BNPB melainkan juga didirikan oleh pemerintahan provinsi dan kota terkait.

Selain itu di desa-desa rawan bencana, BNPB juga telah bekerja sama dengan kemendikbud untuk memasukkan pendidikan mengenai bencana alam ini di dalam kurikulum sekolah yang bernama SPAB (Sekolah Pendidikan Aman Bencana).

Selain itu masih ada aplikasi Inarisk Personal yang dapat di ponsel masing-masing dengan tujuan untuk dapat mengetahui resiko-resiko yang dapat terjadi di sekitar kita.

Meski demikian, Bapak Drs. Pangarso Suryotomo juga berharap agar masyarakat jangan lengah karena bencana alam bisa terjadi kapan saja.

Talkshow ditutup dengan penuturan dari Pak Bejo Riyanto dimana keterlibatan dari kawan-kawan disabilitas untuk siaga bencana agak kurang karena isu kusta yang membuat para OYPMK dan penyandang disabilitas merasa kurang percaya diri, ditambah mereka diperlakukan berbeda dengan yang lainnya, sehingga perlunya meningkatkan keterlibatan OYPMK dan penyandang disabilitas kembali dalam hal ini.

Diskusinya sangat menarik ditambah para pendengar yang menyimak dengan baik dan bertanya dengan sangat antusias.

Beruntung, lima penanya terbaik, masing-masingnya mendapat dana e-wallet sebesar Rp.100.000,-.


You Might Also Like

0 comments