-->

Memecah Stigma Masyarakat Terhadap Para Pengidap Kusta dan OYPMK

 

Kusta dan OYPMK
Kusta dan OYPMK.
Desain Gambar: Pribadi

Berbicara tentang orang-orang penyandang kusta atau orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK), dimana sebagian besar masyarakat kita mengasingkan atau menjauhi mereka, aku termasuk salah satu orang yang karena minimnya pengetahuan, ikut paranoid terhadap para penderita itu.

Kebetulan sebagai orang awam, aku memang berada di lingkungan yang membatasi diri dari berbagai penyakit menular di luar sana demi melindungi diri sendiri dan keluarga.

Sebenarnya itu perasaan manusiawi saja dimana setiap orang punya perasaan takut semacam itu, sama halnya ketika awal-awal pandemi menguasai dunia, setiap orang menjadi sangat protect terhadap dirinya sendiri dan terhadap keluarganya, tanpa kita pernah berpikir apakah hal itu juga manusiawi bagi mereka yang menderita penyakit tersebut?

Tidak ada seseorang yang ingin sakit, tapi kadang takdir menghampiri mereka untuk mengalami hal itu.

Kusta

Tak kenal maka tak sayang, oleh karena itu marilah kita berkenalan dengan penyakit yang satu ini.

Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium Leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung.

Mycrobacterium Leprae hidup di makrofag dan Sel Schwann serta tumbuh pada jaringan bersuhu dingin seperti kulit, mukosa hidung, dan saraf tepi.

Cara penularan virus ini adalah melalui kontak kulit yang erat dan lama, serta melalui saluran nafas.

Ragam Kusta dan Ciri-cirinya

Jenis kusta secara umum ada 3 jenis, yaitu:

  • Tuberkuloid
Kusta ini tergolong ringan dan tidak mudah menular karena kusta kategori ini memiliki respon imun yang baik dan infeksi hanya menimbulkan beberapa lesi.

  • Lepromatosa
Kusta jenis ini mempengaruhi kulit, saraf, dan organ-organ lainnya, sehingga membuat imunitas pengidapnya kian memburuk. Kusta ini ditandai dengan lesi yang semakin luas, bahkan leso membentuk nodul atau benjolan besar. Kusta jenis ini mudah menular.

  • Garis Batas
Kusta ini adalah tipe perpaduan antara Tuberkuloid dan Lepromatosa.

Jenis kusta berdasarkan WHO ada 2 macam, yakni:

  • Paucibacillary 
Paucibacillary ini ditandai dengan munculnya 5 titik lesi atau lebih sedikit lesi dan tidak ada bakteri yang terdeteksi dalam sampel kulit.

  • Multibacillary
Kusta ini dikategorikan apabila muncul lebih dari 5 lesi dan biopsi kulit didiagnosis mengandung bakteri.

Jenis kusta berdasarkan Ridley-Jopling ada 5, antara lain:

  • Tuberkuloid
Tidak jauh berbeda dengan jenis kusta secara umum dimana kusta jenis ini dianggap tidak terlalu parah dibandingkan jenis lainnya, dimana dikategorikan kusta yang lebih mampu bertahan dan dapat sembuh dengan sendirinya, namun tetap ada kemungkinan berkembang ke bentuk yang lebih parah menurut Ridley- Jopling. Jenis ini ditandai dengan bentuk lesi datar dan beberapa di antaranya berukuran besar serta mati rasa akibat mempengaruhi saraf.

  • Tuberkuloid Borderline
Sesuai namanya, kusta jenis ini tak jauh berbeda dengan Tuberkuloid, tetapi jumlahnya lebih banyak dan lebih banyak mempengaruhi titik-titik saraf di tubuh. Kusta kategori ini tidak dapat sembuh dengan sendirinya namun bisa berubah lebih ringan alias mereda ke bentuk tuberkuloid biasa. Kusta ini bisa berkembang ke arah yang lebih parah namun dapat juga bertahan.

  • Plak Kusta Kemerahan Borderline
Kusta tipe ini sudah menyebabkan mati rasa di beberapa bagian tubuh bahkan mengakibatkan pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan dapat mereda menjadi bentuk tuberkuloid borderline namun dapat juga berkembang menjadi bentuk yang lebih parah.

  • Lepromatosa Borderline
Ini adalah tipe kusta yang ditandai dengan banyak lesi, termasuk lesi datar, benjolan atau nodul dan plak juga semakin banyak, serta menimbulkan mati rasa. Sama seperti yang sebelumnya, kusta ini pun bisa mereda ke bentuk yang kemerahan borderline, namun bisa juga bertambah parah.

  • Lepromatosa
Kusta jenis ini adalah yang terparah dari semuanya dimana sudah semakin banyak lesi yang muncul, dan disertai dengan bakteri. Kusta ini juga sudah lebih serius mempengaruhi saraf sehingga rambut pengidapnya pun telah rontok, dan tungkai melemah. Kusta ini harus segera diobati karena kondisi penderitanya akan terus memburuk.

Ragam komplikasi kusta

Penyakit kusta harus segera diobati karena dapat mengalami ragam komplikasi berbahaya yang salah satunya adalah menjadi cacat fisik seumur hidup.

Komplikasi kusta antara lain adalah:

  • Kelumpuhan tangan dan kaki karena kerusakan saraf, dimana pada beberapa kasus pasien dapat mengalami cedera tanpa tanda-tanda khusus hingga hilangnya jari tangan atau jari kaki.
  • Perubahan bentuk wajah seperti benjolan dan pembengkakan permanen.
  • Mukosa hidung atau bagian dalam hidung berpotensi mengalami kerusakan yang mengakibatkan mimisan parah.
  • Radang iris mata sebagai penyebab glaukoma, selain itu dapat mempengaruhi kondisi kornea mata dan membuatnya tidak peka. Hal ini menyebabkan terbentuknya jaringan parut yang berujung pada kebutaan.
  • Gagal ginjal.
  • Disfungsi ereksi dan infertilitas (khususnya bagi pria).

OYPMK dan Stigma Masyarakat

Pasien kusta itu bukan hanya fisiknya yang sakit dan cacat, tetap mentalnya juga terganggu akibat stigma yang ada di dalam masyarakat untuk menjauhi mereka, serta kehidupan ekonominya yang juga menurun karena sebagian besar masyarakat tidak membuka tangan terhadap kehadiran mereka di tengah-tengah umum.

Jangankan bagi mereka yang yang masih dalam rangka pengobatan kusta, melainkan mereka yang sudah menjadi bagian dari orang yang pernah mengalami kusta atau disingkat sebagai OYPMK saja masih juga dihindari oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Bukan hanya itu, sebagian lagi berpendapat bahwa mereka harus dibatasi aktivitasnya dalam kehidupan sosial sehingga para pengidap kusta dan OYPMK merasa tidak berdaya dan mentalnya menjadi terganggu, apalagi sebagian besar OYPMK mengalami disabilitas juga.

Syukurnya sudah banyak sekali organisasi mulai dari keagamaan sampai dengan pemerintah yang menyerukan untuk menghapus stigma diskriminasi terhadap para penderita kusta ataupun orang yang pernah mengalami kusta.

Karena orang-orang yang mengalami kusta dan sedang dalam masa pengobatan, atau dirawat, tidak semudah itu menularkan kepada pihak lain kecuali melakukan kontak lama sekitar minimal 20 menit, melalui pernafasan (batuk, bersin) dan ludah, serta melalui kontak fisik. Itu berdasarkan salah satu artikel yang pernah aku baca.

Sedangkan orang yang pernah mengalami kusta berarti adalah orang-orang yang sebenarnya sudah berhasil melewati fase tersebut, tetapi dampaknya bisa berakibat menurunnya mental para pengidap dimana sebagiannya mengalami cacat fisik, walau tak semua juga OYPMK yang berakhir menjadi penyandang disabilitas.

Bagaimanapun peran masyarakat dibutuhkan untuk memperbaiki mental mereka, karena mereka ingin diperlakukan sama dengan masyarakat lain yang dapat berdaya di dalam kehidupan sosial, bukan hanya menjadi penonton.

You Might Also Like

0 comments