Aisyah ...
Sebuah nama yang berarti kehidupan.
Bukan hanya kehidupan bagi dirinya, tetapi juga bagi saya.
Kelahirannya adalah kelahiran saya juga.
Saya lahir menjadi seorang ibu.
Dimana pertama kalinya saya merasa menjadi seorang manusia yang dibutuhkan.
Dimana pertama kali saya merasa penting.
Mendadak memiliki penggemar yang selalu mengikuti kemana kaki saya melangkah.
Saya seorang yang tidak memiliki kemampuan apapun.
Saya seorang yang sama sekali tidak mandiri.
Saya seorang yang mungkin bagi orang lain bukan merupakan harapan.
Tapi berbeda bagi Aisyah.
Baginya saya adalah harapan.
Baginya saya sangat dibutuhkan.
Sebelum dia tidur.
Ketika ia bangun.
Ketika ia melihat.
Ketika ia melangkah.
Ketika ia lapar.
Ketika ia bersedih.
Ketika ia bergembira.
Ketika ia ingin bermain.
Saya adalah orang pertama yang ia cari.
Kadang di saat saya jenuh, saya marah padanya.
Tapi sikapnya yang lembut membuat hati saya selalu luluh.
Karena sesungguhnya bukan hanya ia yang membutuhkan saya.
Saya pun sangat membutuhkannya.
Di saat saya sedih.
Di saat saya bahagia.
Di saat saya makan.
Di saat saya kesepian.
Dia adalah orang pertama yang saya pilih untuk berbagi.
Satu-satunya orang yang bersedia mendengarkan keluh kesah saya.
Satu-satunya orang yang selalu ada untuk saya.
Satu-satunya orang yang bersedia menghapus air mata saya.
Satu-satunya orang yang selalu memeluk saya.
Satu-satunya orang yang mampu meredakan emosi saya.
Mungkin saya tidak bisa membuat orang lain bahagia.
Tapi hal sederhana yang saya lakukan mampu membuatnya tertawa garing.
Pelukan saya dapat membuatnya tidur dengan nyenyak.
Kalimat singkat saya dapat membuatnya merasa lebih tenang.
Betapa saya tidak pernah merasa seberuntung ini.
Betapa saya tidak pernah merasa sebahagia ini.
Betapa saya tidak pernah merasa setenang ini.
Ketika menyadari bahwa seorang bidadari lahir dari rahim ini.
Untuk memberikan saya kesejukan dan ketenangan jiwa.
Dia Aisyah ...
Si bidadari kecil itu.
Seseorang yang memberi saya hidup baru.
Seseorang yang memberi tahu saya arti hidup yang sesungguhnya.
You needed me, Aisyah.
I love you.
Sebuah nama yang berarti kehidupan.
Bukan hanya kehidupan bagi dirinya, tetapi juga bagi saya.
Kelahirannya adalah kelahiran saya juga.
Saya lahir menjadi seorang ibu.
Dimana pertama kalinya saya merasa menjadi seorang manusia yang dibutuhkan.
Dimana pertama kali saya merasa penting.
Mendadak memiliki penggemar yang selalu mengikuti kemana kaki saya melangkah.
Saya seorang yang tidak memiliki kemampuan apapun.
Saya seorang yang sama sekali tidak mandiri.
Saya seorang yang mungkin bagi orang lain bukan merupakan harapan.
Tapi berbeda bagi Aisyah.
Baginya saya adalah harapan.
Baginya saya sangat dibutuhkan.
Sebelum dia tidur.
Ketika ia bangun.
Ketika ia melihat.
Ketika ia melangkah.
Ketika ia lapar.
Ketika ia bersedih.
Ketika ia bergembira.
Ketika ia ingin bermain.
Saya adalah orang pertama yang ia cari.
Kadang di saat saya jenuh, saya marah padanya.
Tapi sikapnya yang lembut membuat hati saya selalu luluh.
Karena sesungguhnya bukan hanya ia yang membutuhkan saya.
Saya pun sangat membutuhkannya.
Di saat saya sedih.
Di saat saya bahagia.
Di saat saya makan.
Di saat saya kesepian.
Dia adalah orang pertama yang saya pilih untuk berbagi.
Satu-satunya orang yang bersedia mendengarkan keluh kesah saya.
Satu-satunya orang yang selalu ada untuk saya.
Satu-satunya orang yang bersedia menghapus air mata saya.
Satu-satunya orang yang selalu memeluk saya.
Satu-satunya orang yang mampu meredakan emosi saya.
Mungkin saya tidak bisa membuat orang lain bahagia.
Tapi hal sederhana yang saya lakukan mampu membuatnya tertawa garing.
Pelukan saya dapat membuatnya tidur dengan nyenyak.
Kalimat singkat saya dapat membuatnya merasa lebih tenang.
Betapa saya tidak pernah merasa seberuntung ini.
Betapa saya tidak pernah merasa sebahagia ini.
Betapa saya tidak pernah merasa setenang ini.
Ketika menyadari bahwa seorang bidadari lahir dari rahim ini.
Untuk memberikan saya kesejukan dan ketenangan jiwa.
Dia Aisyah ...
Si bidadari kecil itu.
Seseorang yang memberi saya hidup baru.
Seseorang yang memberi tahu saya arti hidup yang sesungguhnya.
You needed me, Aisyah.
I love you.