Jessica Alba yang cantik dan eksotik sangat sesuai menggambarkan sosok Suku Dayak Iban yang mempesona, disamping aktingnya yang tak perlu diragukan. Sumber Foto: Ist |
Sebuah film yang dibintangi oleh Jessica Alba sebagai Selima, gadis keturunan Suku Dayak Iban di Pedalaman Sarawak ini menimbulkan pro kontra di kalangan netizen Indonesia.
Kenapa?
Bukan tanpa alasan, melainkan The Sleeping Dictionary yang berarti kamus tidur ini bercerita tentang tradisi Dayak Pedalaman Sarawak, yang menawarkan gadis mereka sebagai teman tidur tamu asing ketika berkunjung, yaitu pada masa penjajahan Inggris tahun 1930-an.
Begitulah diceritakan cara mereka melayani dan menghormati tamu yang datang ke daerah mereka.
Pedalaman hutan Sarawak ditempuh dengan menyeberang sungai yang panjang dari kawasan Malaysia besar, lalu dilanjutkan dengan perjalanan darat lagi. Sehingga sesampainya di tempat tujuan, tamu istimewa tersebut akan disuguhi dengan makanan setempat dan tari-tarian penyambutan, untuk melepaskan penatnya.
Setelahnya sang tamu pun diperkenalkan dengan gadis setempat yang cantik untuk menemaninya selama berada di wilayah mereka, termasuk melayaninya di dalam kamar.
Gadis teman tidur tersebut yang akan menjadi pemandu, sekaligus pemenuhan kebutuhan dan penerjemah sang tamu selama berada di wilayah mereka.
Hal yang tak lumrah tersebut membuat sebagian warganet Indonesia yang sempat ikut menonton, merasa gelisah. Karena Iban yang dikisahkan dalam film ini merupakan bagian dari Suku Dayak, dimana Suku Dayak Iban ini bukan hanya ada di Sarawak, tetapi juga berada di pedalaman hutan Kalimantan Barat dan Brunei.
The Sleeping Dictionary. Sumber Foto: Amazon.com |
Kisah pada film ini pun dimulai ketika seorang lelaki Inggris yang muda dan ganteng bernama John Truscott (diperankan oleh Hugh Dancy) datang berkunjung ke pedalaman Sarawak, hutan perbatasan antara Kalimantan dan Malaysia.
John Truscott diutus oleh ayahnya ke tanah jajahan Inggris tersebut untuk membina sekolah dan memberikan pendidikan pada masyarakat Suku Iban di sana.
Alangkah tak terbiasanya dia ketika menyadari bahwa Suku Iban ternyata memiliki tradisi turun-menurun dalam menghormati tamunya, yaitu dengan cara memberikan gadis mereka yang cantik sebagai kamus tidurnya.
Selima, nama gadis yang dipilihkan untuk menjadi teman tidur John Truscott, gadis berparas cantik, seksi dan eksotis.
John Truscott yang ortodok rupanya memiliki prinsip untuk melakukan hubungan suami istri hanya ketika ia sudah menikah atau memiliki kewajiban untuk menikahinya.
Kebetulan John Truscott juga telah memiliki tunangan, jadi dia selalu menolak godaan Selima dan menahan diri untuk tidak melakukannya dengan Selima.
Sayangnya sikap John Truscott yang terus menolak ajakan tidur Selima, justru membuat Selima tidak percaya diri dan kesal.
Dia merasa bahwa dirinya tidak menarik serta merasa malu karena sudah beredar isu bahwa dirinya belum ditiduri oleh sang tamu.
Pada akhirnya pertahanan John Truscott luluh lantak juga. Lelaki mana yang bisa tahan tinggal berdua saja bersama seorang wanita mempesona setiap malamnya?
John Truscott pun jatuh cinta pada Selima dan mereka melakukan hubungan suami istri, dengan kata lain, Selima berhasil menjadi kamus tidur John Truscott.
Tetapi bukan kamus tidur biasa, karena setelahnya mereka tidak dapat dan tidak ingin melepaskan satu dengan lainnya karena hati telanjur terjalin.
Padahal terdapat larangan di kalangan mereka bahwa seorang kamus tidur dan tamunya untuk tak melibatkan cinta di dalamnya.
Peta Sarawak dan Kalimantan Barat. Sumber Foto: Suara Kalbar |
Sebagian Orang Indonesia menganggap kisah yang ada dalam film adalah hal yang tabu, dimana seorang gadis yang berasal dari suku tersebut ditawarkan sebagai teman tidur untuk menghormati tamu asing yang datang.
Saya sendiri, sebagai orang yang lahir dan besar di tanah kalimantan, walau di Kalimantan Timur, memang sudah pernah mendengar isu mengenai suku di pedalaman Hutan Kalimantan yang menjamu tamunya dengan gadis sebagai teman tidur.
Ini isu yang sangat sensitif sejak dulu sehingga memang jarang dibicarakan secara terbuka, tetapi benar atau tidaknya, pada akhirnya saya menemukan film ini.
Malah dulu saya hanya sekedar mendengar bahwa tradisi tersebut dilakukan oleh Suku Dayak pedalaman pada jaman dahulu. The Dictionary Sleeping ini membuat saya menduga bahwa isu yang beredar itu ternyata diperuntukkan bagi Suku Dayak Iban saja.
Mekipun ber-setting di Sarawak yang masuk wilayah Malaysia pada tahun 1936, namun wilayah tersebut memang berbatasan dekat sekali dengan Kalimantan Barat.
Suku Dayak Iban yang diceritakan juga bukan hanya mendiami Sarawak, melainkan juga Kalimantan Barat dan Brunei, sehingga lumrah jika isu tersebut juga beredar di tanah Kalimantan.
Bagi saya pribadi sih tak menjadi masalah tentang benar atau tidaknya, serta tak ingin mengaitkan hal tersebut dengan hal lainnya di masa sekarang.
Menurut saya, jika kita berbicara mengenai tradisi yang mungkin pernah terjadi pada jaman dahulu kala, di pedalaman hutan, kita tidak bisa berbicara tentang hal-hal yang kini menjadi tabu karena telah banyak agama yang mengaturnya.
Tidak perlu berdebat, apalagi hanya untuk meyakinkan bahwa hal tersebut tidak benar adanya, dan tidak pernah terjadi, karena yang terjadi di masa lampau, hanya orang-orang tersisa yang pernah berada pada masa itu dan mengalaminya yang tahu dengan pasti.
Tentunya tak ada asap jika tiada api jua, jadi bisa saja hal tersebut memang pernah terjadi, tetapi tidak lantas juga dianggap lumrah oleh sebagian orang pada masanya, sehingga sebagian menutupi dan membuatnya kini menjadi rancu kebenarannya.
Karena dalam film tersebut diciptakan pula tokoh John Truscott yang merasa tak terbiasa dengan istilah 'The Sleeping Dictionary', sampai pada akhirnya tumbuh cinta kepada gadis dari Suku Iban tersebut, barulah dia bersedia menidurinya.
"Bagaimana saya bisa tidur dengannya tapi tidak menikahinya?!" Kata John Truscott dengan tegas ketika kedua belah pihak, baik keluarganya maupun orang-orang dari Suku Iban sendiri menentang hubungan John dan Selima.
Isu yang diangkat menjadi sebuah film, tentunya tak menarik untuk ditonton jika tidak didramatisasi. Tetapi kalimat John Truscott tersebut menyatakan bahwa dia sungguh tidak terbiasa dengan istilah kamus tidur.
Tradisi tersebut bahkan baru diketahuinya setelah dia menginjakkan kakinya di pedalaman hutan Sarawak, yang berarti film tersebut ingin menyampaikan pesan bahwa tidak semua orang di wilayah Malaysia dan sekitarnya juga mengetahui itu.
Kalau bagi saya, baik isu maupun filmnya, cukup dinikmati ceritanya yang unik itu saja.
Toh kalau memang pernah terjadi, itu hanya bagian dari kisah di masa lalu. Tradisi yang mungkin memang pernah dijalankan oleh suku tertentu di pedalaman hutan, dimana pada masanya suku tersebut belum menganut kepercayaan apapun.
Note: Film ini kategori 18+