Don dan Atta, Dua Bocah Nyebelin di Film Animasi Indonesia Berjudul Jumbo
![]() |
Aku dan anak-anak menonton Jumbo. Sumber Foto: Pribadi |
Setelah hampir dua bulan tayang di layar lebar, dan sudah 9 juta lebih penonton, aku dan kedua anakku berkesempatan menonton film animasi Indonesia yang luar biasa berjudul 'Jumbo' juga.
Meski tanpa sengaja, karena kebetulan hari ini aku dan kedua anakku pergi mengantar dan menemani ponakkanku costwalk di salah satu mall, dimana ponakkanku itu sudah janjian terlebih dahulu untuk pergi menonton film Jumbo bertiga dengan temannya sejak siang.
Jadi deh kami juga ikut menonton Film Jumbo daripada bengong sampai sore menunggu dia tampil.
Banjir Air Mata Bersama Jumbo
Film Jumbo ini dibuka dengan scene seorang anak bernama Don yang dibacakan buku dongeng sebelum tidur oleh kedua orang tuanya.
Scene ini juga sebagai hal yang melatar belakangi Don sangat menyukai buku cerita dan dongeng, khususnya buku cerita peninggalan orang tuanya sebelum keduanya tewas dalam kecelakaan.
![]() |
Don, tokoh utama dalam cerita ini (Jumbo). Sumber Foto: Pribadi |
Don yang bertubuh besar dan sangat menyukai dongeng ini dianggap membosankan oleh sebagian besar kawan sepermainannya. Dia dianggap sebagai anak yang gendut dan lelet sehingga tidak ada yang bersedia mengajaknya bermain satu tim.
Hanya Nurman, cucu penggembala kambing, dan Mae, seorang anak adopsi yang berasal dari panti asuhan, yang mau bergaul dengan Don.
Semenjak ditinggal kedua orang tuanya, Don hidup berdua saja dengan neneknya, dan kalau dilihat dari rumahnya, Don sama sekali bukan berasal dari keluarga yang kesulitan ekonomi, berbeda dengan Nurman dan Mae.
Di sisi lain, ada anak yatim piatu bernama Atta yang kerjaannya hanya mem-bully dan memusuhi Don.
Atta ini hanya tinggal berdua dengan kakak lelakinya, Acil yang bekerja sebagai tukang service radio rumahan. Orang tua mereka berdua pun sudah tiada.
Hidup dalam kemiskinan dan tanpa orang tua, membuat Atta selalu merasa iri terhadap Don, sehingga dia selalu mengusik dan mem-bully Don. Tapi meski demikian, Atta sangat menyayangi kakak lelaki satu-satunya itu.
Scene Atta dan abangnya ini yang paling membuat aku banjir air mata, yaitu ketika Atta menangis dan mengeluhkan tentang kehidupan mereka yang sulit banget, Bang Acil masih bisa berkata, "Mungkin kita dikasih hidup begini tuh karena kita kuat."
Dua Bocah Nyebelin
Atta
Atta ini adalah anak yang suka mem-bully Don sebagai Jumbo, bertubuh besar dan lelet. Bahkan dia mempengaruhi kawan lainnya untuk tidak bermain dengan Don juga.
Ketika kampung mereka mengadakan ajang unjuk bakat bertajuk 'Pentas Seni Kampung Seruni', Don dan kawan-kawannya berhasil mendaftar untuk ikut lomba, dimana bakat yang akan ditunjukkan oleh Don bersama kawan-kawannya adalah berdongeng di atas panggung, sementara Atta ditolak mendaftar karena peserta sudah penuh.
Sebenarnya awalnya Don juga ditolak, namun beruntungnya pada saat Don mendaftar, kebetulan ada peserta yang mengundurkan diri, sedangkan Atta sudah duluan ditolak oleh panitia, sedangkan Atta membutuhkan uangnya untuk mengobati kaki abangnya.
Hal itulah yang membuat Atta bertambah iri dengan Don dan berusaha menghalang-halangi Don untuk ikut lomba dengan cara mengambil buku ceritanya Don.
Berdasarkan deskripsi tersebut, pasti sudah bisa membayangkan dong betapa menyebalkannya si Atta ini?
Don
Loh? Bukannya Don ini tokoh utama? Dia yang di-bully oleh Atta dan kawan-kawannya kan? Kenapa bisa dia menjadi salah satu tokoh yang menyebalkan juga di film ini?
Bukan melulu alasan klise, "karena si korban tidak melawan saat menjadi korban perundungan."
Bukan! Sama sekali bukan itu!
Don menyebalkan karena dia egois. Dia hanya mau didengarkan tapi tidak mau mendengarkan. Dia hanya mau dibantu tapi tidak mau membantu. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri dan kemauannya saja, tapi dia sama sekali tidak memikirkan orang lain.
Jadi begini ceritanya.
Untuk membuktikan diri kepada teman-temannya kalau dia juga bisa menonjol, Don memutuskan ikut lomba dongeng bersama dengan Nurman dan Mae.
Di sela-sela diskusi dan kebingungan mereka akan konsep dongengnya, muncullah hantu kecil nan cantik yang membutuhkan pertolongan Don dan kawan-kawannya itu.
Konon kuburan si hantu cilik dan kedua orang tuanya dibongkar paksa oleh oknum sehingga membuat dia dan kedua orang tuanya terpisah. Kedua orang tuanya disandera, tidak bisa pulang ke surga, sementara si hantu kecil yang bernama Meri ini ingin bisa pulang dan berkumpul bersama kedua orang tuanya.
Terjadilah kesepakatan antara Don dan Meri, dimana Don meminta tolong agar Meri membantu pentas dongengnya, kemudian setelahnya Don akan membantu Meri mencari dan menolong kedua orang tuanya.
Betul saja, lagu ciptaan ibunya Don dan bantuan Meri, sungguh-sungguh telah mensukseskan pentas dongengnya Don sehingga membuat dia memenangkan juara utama. Di samping itu, sebagai pemenang, mereka juga dipanggil guna mengisi acara puncak Pentas Seni Kampung Seruni.
Tentu saja Don dan kawan-kawannya sangat bergembira. Namun di tengah kegembiraan itu, ada Meri yang sedang merasa gelisah, karena kalung bunga miliknya sudah tersisa dua yang menunggu layu, sedangkan jika sudah layu semua, kesempatan Meri untuk bertemu dengan orang tuanya sudah tidak ada lagi.
Meri pun menagih janji kepada Don, namun respon Don sungguh di luar perkiraan.
![]() |
Arwah Meri dan kedua orang tuanya. Sumber Foto: Pribadi |
Pada scene ini kita bisa melihat karakter Don yang sangat egois dan mementingkan dirinya sendiri.
Don tidak komit untuk langsung bertindak menyelamatkan orang tua Meri melainkan masih juga mengumbar janjinya untuk melakukan pencarian dan penyelamatan setelah pentas mereka yang kedua. Dia masih ingin mempergunakan Meri untuk kesuksesan pentasnya.
Hal itu bahkan membuat hubungan persahabatannya dengan Nurman dan Mae menjadi retak karena Nurman dan Mae sangat bersimpati kepada Meri.
Perasaan Penonton Campur Aduk
Aku salut banget dengan penulis cerita, skenario, dan sutradara dari film ini.
Film Animasi Indonesia loh ini, dan mungkin ini merupakan yang pertama masuk ke layar lebar dan langsung booming!
Dari segi karakter para tokohnya, ide cerita, serta pengemasan cerita, semuanya luar biasa bagi aku, membuat hatiku yang memang pada dasarnya melankolis ini bisa teraduk-aduk dibuatnya.
Tapi tentu dari yang menarik, ada yang paling menarik lagi untuk dibahas di sini. Dan aku sangat tertarik untuk membahas karakter para tokohnya.
Untuk menciptakan karakter kuat tokoh dalam wujud manusia, aktor yang sungguhan saja tidak mudah, tapi di sini kita bisa menyaksikan langsung karakter kuat para tokohnya yang berwujud animasi.
![]() |
Atta, Don, Nurman, dan Mae (Kiri ke Kanan). Sumber Foto: Pribadi |
Antara Atta dan Don
Atta dan Don adalah dua orang anak yang sama-sama tidak memiliki orang tua dimana keduanya juga hanya tinggal berdua dengan salah satu anggota keluarganya saja, yaitu Atta bersama Bang Acil, kakak lelakinya, sementara Don bersama sang oma.
Namun ada perbedaan yang paling jelas antara keduanya, yaitu Don tinggal di rumah yang bagus, sehingga kita bisa lihat kalau kondisi ekonomi Don sama sekali tidak ada masalah meski sudah tidak memiliki orang tua.
Berbeda dengan Atta. Atta sering sekali menyesali nasibnya dan sang abang yang susah. Mereka hidup di rumah kayu, dimana di tempat itu pula abangnya menerima jasa servis radio. Atta juga sangat menyayangi dan sering membantu sang abang.
Hal itulah yang mendasari Atta menjadi nakal dan sering menjahili Don. Dia iri dengan kehidupan Don.
Sementara Don yang terbiasa hidup dimanja, menjadi anak yang egois dan cenderung lebih suka didengarkan serta diikuti kemauannya dibandingkan mendengarkan orang lain.
Pak Ruslan / Pak Kades
How proud when I found out that the voice actor for Mr. Ruslan was my mentor in acting class, Kiki Narendra.
Awalnya Pak Ruslan yang menjabat sebagai Pak Kades ini memberi kesan menyayangi dan peduli kepada warganya, terutama kepada Acil yang lumpuh, tukang servis radio di kampungnya, namun ternyata di balik kebaikannya ada maksud yang tersembunyi.
Pak Ruslan hanya ingin memanfaatkan Acil untuk mencapai tujuannya, karena radio ajaib yang digunakannya untuk mengendalikan arwah perlu upgrade.
Dialah dalang dari penggusuran kuburan Meri dan orang tuanya. Dia mengendalikan arwah orang tua Meri menggunakan radio miliknya itu.
Motifnya adalah balas dendam alias membalas ketidak pedulian dengan ketidak pedulian juga, dan bagiku ini masuk diakal.
Mungkin karena aku berkaca pada diriku sendiri kali ya? Aku pun sering merasa perlu untuk membalas sekali waktu, "Ah, buat apa aku harus peduli sedangkan dia tidak pernah peduli padaku."
Nah, jadi ceritanya dulu Pak Ruslan punya istri yang sangat dia cintai dan meninggal dunia. Kuburan istrinya itu kena gusur dan hal itu sangat membuat hatinya terluka, sehingga kini gantian dialah yang kerjaannya menggusur kuburan-kuburannya orang.
Sudah banyak kuburan yang dia gusur dan arwah yang berhasil dia kendalikan, namun tidak dengan Meri karena Meri berhasil melarikan diri ketika kedua orang tuanya ditanggap oleh Ruslan.
![]() |
Pak Ruslan, sang kepala desa, yang suaranya diisi oleh Kiki Narendra. Sumber Foto: Pribadi |
Acil
Melalui karakter Acil, kita bisa belajar mengenai ketulusan, dimana dia yang hidup serba kekurangan, bahkan kaki pun cacat, namun dia tetap tawakal. Dia yakin bahwa Tuhan memberi mereka cobaan yang sebegitu beratnya karena Tuhan tahu mereka kuat dan dapat melewatinya.
Meski terkesan jahat pada Don, namun Atta sangat sayang kepada Bang Acil, kakaknya.
Setelah Don mengatakan bahwa Atta dan Bang Acil sama jahatnya, Atta yang kemudian menyesal atas perbuatannya pun buru-buru memberi pengakuan, "Bang Acil tidak jahat, dia tidak tahu apa-apa."
Pokoknya sepanjang film animasi ini, aku benar-benar dibuat banjir air mata.
Nurman
Nurman ini adalah teman Don yang sangat setia kawan. Sejak orang tuanya meninggal, dia hanya tinggal dengan opanya dan kesehariannya membantu menggembala kambing-kamping milik opanya.
Dia selalu membawa buku catatan karena kegemarannya adalah mencatat hal-hal di sekitarnya, seperti dunia tumbuhan, dunia hewan, dan yang terakhir adalah Dunia Nurman.
Nangis banget ketika Don membuka buku catatan Nurman itu dan menemukan nama dia dengan nama Mae pada halaman 'Dunia Nurman'. Ya, bagi Nurman, sahabat-sahabatnya itu adalah dunianya.
Mae
Meski latar belakang keluarga Mae ini tidak divisualisasikan dalam filmnya, namun kita bisa tahu melalui cerita Don pada Meri kalau Mae adalah seorang anak yang diadopsi dari panti asuhan oleh mamanya.
Dia yang paling peka bisa merasakan marahnya Meri ketika Don ingkar janji untuk mencarikan orang tuanya Meri, padahal waktu Meri tidak banyak.
Oma Don
Scene Oma Don ini sebenarnya tidak banyak, sehingga aku tidak begitu jelas karakternya, tapi melalui nasehatnya kepada Don, bisa aku simpulkan kalau Oma Don ini adalah orang yang cukup bijak.
Orang tua Don sudah tiada, jadi tanggung jawab Don ada pada neneknya.
Pada saat Don mengeluhkan mengenai teman-temannya, Oma Don memberi nasehat, "Kalau kamu mau didengarkan, maka kamu juga harus belajar mendengarkan."
Hoax Besar Soal Musrik
Beredar tulisan di sosial media mengenai film yang persuasif ke arah musrik hanya karena ada scene radio ajaib. Katanya film ini sengaja menyesatkan anak-anak.
Padahal sejak jaman dahulu kala kita sudah menonton film Casper, Jumanji, Sun Gu Kong, Saint Seiya, dragon ball, doraemon, Harry Potter, Lord of the Ring, dan masih banyak lagi. Kemudian versi Indonesianya ada Jinnny oh Jinny, Tuyul dan Mbak Yul, Wiro Sableng, Saraz 008, Putri Duyung, dan sebagainya.
Tapi mengapa tidak diributkan ya, padahal pesan moral film-film yang dulu pernah kita nonton itu, jauh lebih sedikit dari Film Jumbo.
Film ini justru memberi banyak sekali pesan moral di dalamnya. Mengenai ada selipan radio pengendali arwah segala, itulah yang dinamakan genre film fantasi, hiburan semata, bukan berarti membujuk untuk menyembah radio kan? Heheheee...
Be smart ya, Guys, jangan menyebarkan kabar yang tidak benar yang dapat menurunkan minat menonton film ini.
Sah-sah saja kok kalau di dalam film ada cerita tentang tokoh yang syirik dan melakukan kemusyrikan, tapi itu bukan berarti mengajak penonton untuk melakukan perbuatan itu juga. Kan dalam sebuah film bisa kita lihat ending-nya seperti apa.
Pak Ruslan adalah tokoh antagonis dalam Film Jumbo. Dia penjahatnya, oleh karena itulah pada akhir cerita Pak Ruslan ditangkap karena perbuatannya itu tidak dapat dibenarkan sama sekali.
Menurutku, ini adalah karya animasi Indonesia terbaik saat ini. Gambarnya bagus, suaranya bagus, dan jalan ceritanya pun bagus. Dan yang terpenting, banyak pesan moral yang bisa diambil untuk anak-anak kita.
Pesan Moral Film Jumbo
- Mungkin kita dikasih hidup begini tuh karena kita kuat (Bang Acil)
- Kamu kan sudah janji, Don (Meri)
- Kalau aku jadi Meri, aku juga kesal sih (Mae)
- Kalau aku tidak peduli, buat apa aku kotor-kotor begini (Nurman)
- Waktu kuburan istriku dibongkar, siapa yang peduli (Pak Ruslan)
- Setiap ada peran bercerita, ada juga peran yang mendengarkan (Oma Don)
1 comments
Emang ada-ada aja orang indonesia mah. Film sebagus ini masih ada aja cela buat jelek-jelekinnya.
BalasHapusSegala musyrik lah, ngajarin yang aneh-aneh lah. padahal udah jelas genre-nya FIKSI.