![]() |
Desain oleh Annisa Tang melalui Canva (Pribadi) Keterangan Foto dan Sumbernya: Taksi Jamban (harianjurnal.com), Tugu Australia (IG Balikpapan Tempoe Doeloe), Kilang Minyak (Collectie Tropen Museum) |
Peringatan Hari Jadi Kota Balikpapan ke-124 yang jatuh pada tanggal 10 Februari 2021, membawa anganku jauh ke belakang, menelusuri jejak-jejak langkah kaki yang pernah aku dan keluargaku lalui.
Kota ini memang sangat lekat dengan hidupku, dimana ia yang menyediakan udara, tempatku pertama kali bernafas, serta memberikan tanahnya yang lapang untukku mulai berdiri, berjalan, bahkan berlari.
Sebagian orang berkata bahwa Balikpapan tidak memiliki penduduk asli, dan tentu aku bukanlah asli Anak Balikpapan, hanya orang luar yang kebetulan terdampar dan menjalani hidup di sini. Tetapi bagiku, Balikpapan bukan hanya sekedar tempatku bernaung, berlindung dan mencari rasa aman. Dia adalah sebagian dari jiwaku, dimana ketika seseorang atau sekelompok orang mencoba menyakitinya dengan kata-kata atau perbuatan, aku ikut terluka.
Kedua orang tuaku bukan asli dari Kota Balikpapan, namun sudah setengah abad lebih hidupnya dijalani di Kota Beriman ini. Ibuku, hanya menumpang lahir di Kota Tarakan, dan kemudian takdir membawa mereka, orang tua bersama dua orang anak perempuan, pergi merantau ke Kota Samarinda. Setelah kelahiran anak keempat dalam keluarga, mereka ditakdirkan untuk 'berlayar' kembali, lalu melabuhkan 'kapal'nya itu di Kota Balikpapan.
Sehingga bukan hanya bagiku, kota kecil nan indah ini juga membawa kesan mendalam bagi dua generasi di atasku.
Berdasarkan cerita ibuku, sebagai Pemudi Kota Balikpapan, beliau pernah memberikan kontribusinya juga untuk kota ini melalui karya. Beliau mendapat Juara 2 atas Pembuatan Karya Tulis Non Fiksi dengan judul 'Balikpapan Pintu Gerbang Kalimantan Timur' yang diadakan oleh Pemerintah Kota.
Sementara ayah dari ibuku (aku memanggilnya 'kakek'), merupakan salah satu orang yang juga mengabdikan hidupnya untuk kota tercinta ini, sebagai bagian dari Polri dan Komandan Airud Pertama di Kalimantan Timur, yang ditempatkan di Kota Balikpapan sejak sekitar tahun 1964, hingga akhir masa tugasnya, bahkan akhir masa hidupnya (alm).
Jadi Kota Balikpapan memang memiliki arti yang sangat dalam bagi kami sekeluarga.
Ketika Hari Jadi Kota Balikpapan ke-124 Membuatku Lebih Sentimentil
Tahun ini mungkin bukanlah tahun pertama Pandemi melanda Kota kelahiranku ini. Dilansir oleh idntimes.com bahwa berdasarkan penuturan para sesepuh, berabad-abad lalu, kala Suku Balik (konon dahulu dianggap serumpun dengan Suku Paser sehingga disebut juga dengan Suku Paser Balik), suku asli Balikpapan masih mendiami kota tercinta ini, terdapat wabah penyakit yang mematikan sehingga membuat masyarakat Paser Balik pergi keluar daerah demi menyelamatkan diri.
Tetapi berdasarkan artikel yang sempat aku baca juga di salah satu web, konon katanya hal tersebut hanyalah merupakan isu yang disebarkan oleh Hindia Belanda saat menduduki Kota Balikpapan, agar kota yang kaya akan tambang minyak dan gas bumi ini, berhasil dijajah dengan leluasa.
Kemudian terdapat kawin silang atau pernikahan antar suku dan rumpun oleh beberapa dari mereka yang masih berada di Kota Balikpapan, sehingga membuatnya menjadi kaum minoritas di tanahnya sendiri.
Seperti apapun kisah sejarah yang sebenarnya, memang Suku Paser Balik sudah susah ditemui di Kota Balikpapan. Mayoritas suku yang berada di kota ini adalah suku pendatang dari luar daerah seperti suku Banjar, Jawa, Bugis yang mendominasi, kemudian ada juga Suku Buton dan Madura, serta suku lainnya yang juga menyusul menjadi masyarakat Kota Balikpapan.
Dan aku adalah keturunan dari salah satu suku pendatang yang sudah berada di kota ini, sejak nafas pertama aku hirup, yaitu 37 tahun silam. Walau bukan suku asli Kota Balikpapan, namun menjadi bagian dari Orang Balikpapan saja sudah cukup bagiku memenangkan rasa yang bernama puas.
Begitu juga dengan kedua orang tuaku, yaitu ibuku yang ikut orang tuanya ketika mendapat penempatan tugas untuk mengabdi di Kota Balikpapan sejak Tahun 1964, sementara ayahku yang merantau seorang diri di kota ini sejak Tahun 1972.
Sedikit sentimentil, walau ini bukan kali pertama Kota Balikpapan berada dalam kondisi terdapat wabah yang mematikan di dalamnya, namun ini adalah saat-saat pertama kami menyaksikan sendiri ketika kota tercinta kami menghadapi wabah mematikan yang sudah menggugurkan seratus lebih warganya, Masyarakat Kota Balikpapan.
Legenda Asal Muasal Kota Balikpapan
Berbicara tentang Balikpapan, tentu tak lepas dari sebuah perjalanan panjang yang kemudian membawanya sampai pada titik dimana kita kini telah mengenal namanya dengan baik, yaitu sejarah yang tertulis dibalik nama Balikpapan.
Sejarah Kota Balikpapan ini tidak bisa dilepaskan dari legenda-legenda populer. Salah satunya sempat dikisahkan oleh ceritarakyatnusantara.com tentang seorang Putri kesayangan Sultan Aji Muhammad yang menjadi pewaris tunggal tahtanya, bernama Putri Aji Tatin.
Ketika Putri Aji Tatin dewasa dan menikah dengan Putra Bangsawan Kutai, Sultan Aji Muhammad menghadiahkan putrinya tersebut sebuah wilayah teluk yang sangat indah dan mempesona, disaksikan oleh seluruh undangan, serta mengijinkan sang putri untuk memungut upeti dari rakyatnya.
Suatu hari, Panglima Sendong bersama beberapa orang kepercayaan Putri Aji Tatin sedang menarik upeti berupa papan yang diangkut melalui jalur laut menggunakan kapal, terjadilah angin kencang dan ombak besar yang mengakibatkan kapal dan papan-papan di dalamnya terbalik, lalu dihempaskan dengan ombak menabrak karang yang berada di sekitar teluk, sehingga pecah berantakan. Tokong (galah) para pendayung pun patah.
Lalu sebagian papan dan kayu itu hanyut, namun sebagian lagi terdampar di tepi teluk, sementara tak ada satupun penumpang yang selamat termasuk Panglima Sendong.
Hal itu membuat Sang Putri sangat berduka, sehingga untuk memperingatinya sang Putri menamai daerah itu sebagai Balikpapan. Sementara Karang tempat terhempasnya perahu, semakin lama semakin besar menyerupai sebuah pulau yang sampai kini dikenal dengan nama Pulau Tukung, yang berasal dari kata Tokong.
Namun ternyata bukan hanya satu legenda yang mewarnai kisah sejarah terbentuknya Kota Balikpapan ini, melainkan masih ada alkisah tentang seorang putri bernama Putri Petung yang berusia balita, namun sudah dilepaskan oleh ayahnya (Raja dari Kerajaan Paser) ke laut luas, karena takut jatuh ke tangan musuh, dengan cara diikat di atas beberapa keping papan dalam keadaan baring. Gelombang di laut pasang itupun menyebabkan papannya terbalik dan kemudian terdampar di tepian teluk.
Nelayan setempat yang menemukan papan itu, kemudian langsung membaliknya dan menyaksikan Putri Petung masih dalam kondisi terikat pada papan, sehingga tempat putri itu ditemukan dinamakan dengan Balikpapan.
Bahkan ada juga kisah tentang 1000 keping papan yang diminta oleh Kesultanan Kutai dari Jenebora sebagai bahan untuk membangun istana baru Kutai lama, namun 10 keping papan kembali ke Jenebora, sehingga wilayah sepanjang teluk dinamakan Balikpapan.
Kemudian versi lain yang lebih bisa menyakinkan sebagai bagian dari sejarah terbentuknya Kota Balikpapan, khususnya memperkuat kepercayaanku, yaitu kisah yang menyebutkan kalau kata Balikpapan berasal dari suku asli yang mendiami wilayah itu yaitu Suku Balik, keturunan dari Kakek Nenek bernama Kayun Kuleng dan Papan Ayun. Sebab itulah daerah sepanjang Teluk Balikpapan disebut oleh keturunannya sebagai wilayah Kuleng Papan (Kuleng berarti Balik, dalam bahasa Paser).
Tapi apapun itu, berdasarkan hasil Seminar Sejarah Kota Balikpapan pertanggal 1 Desember 1984, ditetapkanlah tanggal 10 Februari 1897, yaitu waktu terjadinya pengeboran minyak pertama, sebagai Hari Jadi Kota Balikpapan.
Peninggalan-peninggalan Sejarah di Kota Balikpapan
Masa adalah Penentu Sejarah - Presiden Soekarno
Sebuah kalimat pepatah yang sempat dilontarkan oleh Presiden Pertama RI dan dikutip jagokata.com itu memiliki makna yang sangat mudah dicerna oleh setiap insan.
Masa adalah Penentu Sejarah. Ketika waktu telah berlalu, jejak kaki yang kita tinggalkan itulah sejarah. Baik atau buruk, kita yang tentukan saat ini, demi mengukir sejarah yang indah dikenang di kemudian hari.
Setiap orang bisa mampir dalam kehidupan kita untuk menorehkan sejarah yang buruk, tapi kita bisa mengubahnya dengan perjuangan dan pengorbanan. Itulah yang telah dilakukan Pahlawan-pahlawan Nasional kita di masa yang lalu. Gugurnya mereka dalam medan perang, menyisakan indahnya sejarah kisah ketika mereka memperjuangkan negeri ini untuk kita, hingga titik darah penghabisan.
![]() |
Desain oleh Annisa Tang melalui Canva (Pribadi) Sumber Foto: wikiwand.com |
Beberapa hal di bawah ini merupakan peninggalan sejarah yang ada di Kota Balikpapan:
1. Sumur Mathilda
Sumur Mathilda adalah tempat terjadi pengeboran minyak pertama di Kota Balikpapan, yang terjadi pada Tahun 1897, setelah ditemukannya oleh Jacobus Hubertus Menten, insinyur asal Belanda. Nama Mathilda sendiri pun diambil dari nama anak Tuan J H Menten yang kemudian dijadikan nama perusahaannya juga.
Perusahaan Mathilda bersama dengan Firma Samuel & co yang didirikan oleh Mr Adam merupakan pemenang hak konsesi pengeboran yang telah mengontrak Kota Balikpapan dari Kesultanan Kutai.
Lokasi Sumur Mathilda yang berada di Jalan Minyak atau Jalan Yos Sudarso Kota Balikpapan itu kini dijadikan Monumen Mathilda dengan didirikannya Tugu Sumur Minyak Mathilda, karena merupakan cikal bakal berdirinya Kilang Minyak Pertamina.
2. Gua Volker
Gua ini merupakan salah satu peninggalan Jepang ketika menduduki wilayah Kota Balikpapan, dimana konon katanya gua ini menyerupai salib, di dalamnya memiliki simpang 4, salah satunya tembus ke Gunung Chevron dan Dubbs dengan panjang 14 Meter, sementara sisi lainnya ada yang panjangnya sekitar 6 Meter saja.
Di masanya, Jepang menggunakan gua ini untuk menyimpan persediaan makanan dan senjata, serta sebagai tempat persembunyian saat mengawasi musuh, sampai akhirnya gua tersebut dilumpuhkan oleh Tentara Australia menggunakan alat semprot api (fire tank) pada Bulan Juli 1945.
3. Bunker Jepang
Bukti sejarah Jepang pernah menduduki wilayah Kota Balikpapan lainnya adalah Bunker. Di beberapa wilayah di Kota Balikpapan terdapat Bunker yang ditinggalkan oleh Jepang. Bunker adalah sebuah tempat pertahanan militer.
Dilansir dari kebudayaan.kemendikbud.go.id, berdasarkan data registrasi dan inventaris Cagar Budaya Kota Balikpapan Tahun 2010, terdapat 19 Bunker peninggalan Jepang, yang lokasinya tersebar di berbagai kawasan di Kota Balikpapan.
Perang Dunia II lah yang menjadi asal muasal dibangunnya Bunker-bunker Jepang di Kota Balikpapan.
Dimulai dengan penyerbuan Jepang ke Kota Balikpapan dan berakhir dengan kemenangan Pihak Jepang dari Hindia Belanda pada tanggal 23 Januari 1942.
4. Meriam Jepang
Meriam Jepang berada di Gunung Meriam Kecamatan Baru ilir, dimana merupakan salah satu situs sejarah peninggalan Kaigun, Angkatan Laut Jepang pada masa Perang Dunia II juga.
Meriam yang dilindungi oleh Undang-undang ini terbuat dari logam dan berbentuk silindris, serta memiliki dua laras untuk menembakkan peluru.
![]() |
Salah satu Meriam Jepang yang dilumpuhkan oleh Sekutu di Bunker (Balikpapan, 1945). Sumber Foto: Ist (Twitter: Portal Balikpapan @iklanbalikpapan) |
5. Makam Jepang
Terdapat beberapa Makam Jepang di Kota Balikpapan, salah satunya ada di Kawasan Balikpapan Timur atau tepatnya di Lamaru.
Tugu Makam bertuliskan Kanji, dibangun demi memperingati pendaratan Jepang pertama kali di Kota Balikpapan, untuk merebut wilayah itu dari Tentara Belanda pada Tanggal 23 Januari 1942, hingga berakhir dengan tewasnya Para Serdadu Jepang di tangan Sekutu yang dipimpin oleh Australia antara tanggal 26 Juni 1945 - 15 Juli 1945.
![]() |
Makam Jepang di Lamaru Kota Balikpapan. Desain oleh Annisa Tang melalui Canva (Pribadi) Sumber Foto: grid.id dan celebes.co |
Makam Jepang lainnya berada di Jalan Soekarno Hatta Km 13, untuk memperingati Tentara Jepang yang gugur saat Perang Dunia II juga, dengan lokasi yang sama berdirinya Tugu Perdamaian antara Jepang, Australia, dan Indonesia.
6. Tugu Australia
Monumen Tugu Australia terletak di bundaran Jalan Jenderal Sudirman dekat Lapangan Merdeka, yang setiap Hari Minggu merupakan Kawasan Car Free Day.
Pada Tugu tersebut terukir sejarah pendaratan Australia dan Selandia Baru di Kota Balikpapan, serta 270 nama Tentara Australia Divisi VII yang gugur saat berjuang antara Bulan Mei 1945 - Agustus 1945, untuk membebaskan Pulau Kalimantan dari pendudukan Jepang selama lebih dari 3 tahun.
![]() |
Desain oleh Annisa Tang (Pribadi) Sumber Foto: nationalgeographic.grid.id (kiri) dan jejakpiknik.com (kanan) |
Kapan Balikpapan Merdeka dari Penjajahan?
Cukup banyaknya peninggalan sejarah di Kota Balikpapan, dapat membuktikan bahwa Balikpapan sangat lekat dengan penjajahan, baik oleh Hindia Belanda, Jepang, Sekutu, maupun Australia dan Selandia Baru. Hal tersebut tentu membuat kita bertanya-tanya, kapan sebenarnya Kota Balikpapan lepas dari penjajahan?
Sesungguhnya tak ada bentuk penjajahan yang menyenangkan, tak ada daerah jajahan yang bisa dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat setempat. Walau berjudul 'diselamatkan' dari penjajahan negara lain, itu hanya bentuk pengoperan oleh penjajah yang satu ke penjajah lainnya saja. Tentunya penjajah yang memenangkan perang pada masanya.
Memang tak ada perang yang tak memakan korban. Para tentara di setiap negara hanya menjalankan tugas, dan mereka tumbang satu persatu di medan pertempuran itu. Tetapi bagi suatu negara jajahan, sungguh mahal harga yang harus dibayar untuk sebuah kata 'merdeka'.
Kemerdekaan Republik Indonesia telah dideklarasikan pada Tanggal 17 Agustus 1945, namun baru sampai ke telinga masyarakat Kota Balikpapan pada awal November 1945 melalui Radio Australia berbahasa Melayu.
Pada Tanggal 13 November 1945, masyarakat Kota Balikpapan pun berkumpul di Lapangan Karanganyar untuk melakukan demonstrasi, lalu mengibarkan Bendera Merah Putih yang pertama kalinya di Benua Patra, dalam rangka menegaskan bahwa Kota Balikpapan adalah bagian dari Negara Republik Indonesia.
Dijabarkan oleh inibalikpapan.com, bahwa demonstrasi tersebut dipimpin oleh Pemuda bernama Abdul Moethalib bersama teman-temannya, antara lain Raden Achmad, Machmudin Nata, Aminuddin Nata, Siebold Mewengkang, M Sjachli Achmad, Tayib Kesuma, Husein Yusuf, dan masih banyak lagi yang jasanya juga patut dikenang sepanjang masa.
Peristiwa sejarah yang dicatat juga sebagai 'Tragedi Karang Anyar' itu kemudian diabadikan melalui sebuah Tugu Peringatan Demonstrasi 13 November 1945 yang sebelumnya berlokasi di sisi sudut Pintu V Pertamina Balikpapan, dan setelahnya direlokasi ke halaman Balai Gembira Karanganyar.
![]() |
Tugu sebelum dipindah (kiri), Tugu setelah dipindah (kanan). Kolase dan Teks oleh Annisa Tang (Pribadi) Sumber Foto: kaltim.tribunnews.com, kaltimku.id, commons.wikimedia.org |
Harapanku Pada Hari Jadi Kota Balikpapan ke-124
Jika udara masih bisa kamu hirup, maka asa masih berada dalam genggamanmu. Jangan pernah berhenti berharap selama kaki masih berpijak di bumi, dan ruh belum terpisahkan dari jasad. Itu merupakan kalimat pepatah yang menjadi prinsip dalam hidupku.
Ketika aku bahkan tak tahu apa kapasitasku di sini, sebagai siapa aku menuangkan rasa tentang kota ini, serta mengapa aku harus mengunggapkannya, tapi tetap tak kuasa jari ini menahan untuk tak menulis kata demi kata tentang mimpiku akan kota kelahiran dan tempatku dibesarkan ini.
Hanya satu harap dan doaku untukmu di Hari Jadi Kota Balikpapan ke-124 Tahun 2021 ini, yaitu agar kota tercintaku kembali meraih kemerdekaannya, terbebas dari Pandemi yang sedang melanda negeri ini. Agar anak keturunan kita di tanah ini dapat hidup sehat dan bernafas dengan baik, demi meneruskan perjuangan para pahlawan di masa mendatang. Paling tidak sebagai bagian dari Ekraf Balikpapan kelak. Tetap patuhi Protokol Kesehatan, mari kita Melawan Covid-19, lalu Memulihkan Ekonomi Menuju Balikpapan yang Berkelanjutan.
![]() |
Taksi (AngKot) Nomor 5, berwarna Kuning Gelap dan kendaraan lainnya, sedang melintas di depan Plaza Balikpapan, mall pertama yang berdiri di Kota Balikpapan. Sumber Foto: Pribadi |
![]() |
Lomba Blog Ekraf Balikpapan |