Tempra Syrup
Sebagai orang tua, kita selalu ingin membuat anak tersenyum. Melihat anak riang menjadi kebahagiaan tersendiri juga bagi kita, letih saat pulang kantor atau seusai mengurus rumah tangga terbayarkan hanya dengan mendengar ia tertawa. Tetapi sayang, sebagian dari kita sering lupa caranya, sehingga hanya berorientasi pada 'uang' untuk membahagiakannya.
Sebagai orang tua, kita selalu ingin membuat anak tersenyum. Melihat anak riang menjadi kebahagiaan tersendiri juga bagi kita, letih saat pulang kantor atau seusai mengurus rumah tangga terbayarkan hanya dengan mendengar ia tertawa. Tetapi sayang, sebagian dari kita sering lupa caranya, sehingga hanya berorientasi pada 'uang' untuk membahagiakannya.
Koleksi mainan mahal menumpuk di rumah, bahkan berserakan tidak karuan. Makanan-makanan yang ia inginkan terbeli semua meski tidak dimakan. Pergi ke public playground besar dan mahal di Mall juga dilakukan agar dia bisa bermain dengan puas, selain itu agar si Mami bisa bebas dari ngemong anak seharian, ngawasin tapi sambil duduk saja, ngga perlu ikut lari sini-sana dan terlalu khawatir anak terluka, heheheee ... pengalaman pribadi nih kayaknya.
Sumber: http://www.infomenia.net/2016/05/pejabat-mesirpenyebab-terorisme-dan.html |
Para Mami Keceh tentu butuh 'me time' juga sekali-kali dengan pergi menonton bioskop. Kalau ada yang bisa dititipin si kecil, seperti nenek atau mbak asuh di rumah, pasti bisa deh pergi berdua saja sama Dedi Keceh, serasa masih pacaran dulu. Nah, permasalahannya adalah, bagaimana kalau si kecil terpaksa dibawa ke bioskop?
Saya sendiri semenjak punya anak hampir tidak pernah pergi ke bioskop. Eh pernah dink, sekali doank waktu si baby masih bisa dibantu awasi neneknya di dalam baby box, alias masih bayi banget, supaya ngga stres, pergi berdua aja sama suami. Sejak si kecil sudah mulai bisa tengkurap, ngga pernah ninggalin lagi buat pergi ke bioskop berdua, maklum ... seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Mami saya diserahin dua balita hasil perceraian adik angkat saya untuk diasuh, ngga mungkin saya repotin lagi untuk menjaga anak saya, sedangkan saya ngga minat mengambil orang lain untuk diserahin 'harta' berharga saya satu-satunya yaitu Aisyah.
Tanggal 20 Mei kemarin, Aisyah ikut Pentas Seni akhir tahun ajaran yang diadakan oleh sekolahnya di Novotel. Tidak terasa sudah 1 tahun lebih berlalu sejak Aisyah masuk sekolah dan ikut Pentas Seni tahun lalu (di Novotel juga). Dari yang masih mengalami sindrom berpisah dengan ortu, sampai yang sudah cuek masuk kelas sendiri dan ikut bergembira ria bersama teman-temannya. Perkembangannya pesat sekali.
Aisyah di sekolah. |
Sambil menunggu anak di sekolah dengan setengah mata hampir tertutup, saya memutuskan untuk mengisi Blog saja. Lagi semangat nihh ... berbicara mengenai parenting tiada habisnya yaa ... untuk anak gitu loh. Ibu mana sih yang ngga ingin yang terbaik untuk anaknya?
Sehari sebelum ulang tahun Aisyah kemarin, saya iseng melakukan Finger Test pada Aisyah, saya ingin tahu karakter Genetiknya dia. Teman-teman mungkin sudah pernah dengar mengenai STIFIn test (Sensing Thinking Intuiting Feeling Instinct). Dari STIFIn itu, masing-masingnya terbagi menjadi 2 lagi yaitu Introvert atau Extrovert.
Aisyah anak yang aktif, pada awalnya saya berpikir dia anak tipe Sensing yang ulet dan daya khayalnya tinggi karena bukan tipikal yang bisa duduk tenang. Tipe permainan yang ia sukai yang berhubungan dengan olah tubuh seperti berlari, melompat, memanjat, juga menari. Di samping itu dia juga suka bernyanyi. Ketika mencoba web tool Smart Strength Finder, hasilnya adalah Body Smart, People Smart, dan Music Smart.
Rasanya sudah lama sekali saya tidak menungkan pikiran saya ke dalam tulisan panjang, sejak saya menikah, lalu kemudian punya anak.
Saya punya Blog satu lagi, sejak tahun 2009, disitu banyak sekali curahan hati saya sejak masih kuliah, masih pacaran, masih yang muda yang bercinta, sehingga saya jarang sekali mem-publish tulisan saya yang ada pada Blog tersebut ... bahkan seringkali juga luapan kemarahan saya ungkapkan dalam Blog tersebut.
Bombon Asam ini seperti hidup baru saya, saya ingin merubah image saya, dari remaja cupu yang hanya bisa ngomel dan nangis, menjadi seorang wanita dewasa, seorang Ibu dari anak balita yang cerdas. Apalagi untuk ukuran mahmud beranak balita 1, usia saya tidak termasuk yang muda banget. Bahkan teman-teman saya anaknya ada yang sudah pertengahan SD, bentar lagi punya anak abegeh.
Sebagai seorang Ibu yang baru memiliki 1 anak, saya lagi giat-giatnya belajar parenting. Sebenarnya sudah sejak saya hamil rajin ikut seminar parenting. Saya ingat waktu kandungan saya masih 1,5 bulan, saya ikut seminar parenting Pren*gen yang diadakan Food Court sebuah Mall, sayangnya saya tidak bisa ikut kegiatan Belly Dance nya karena masih sangat muda kandungannya. Pembicara waktu itu Dokter Ketut kalau tidak salah (saya agak-agak lupa karena sudah cukup lama).
Ketika kandungan saya masuk 7 bulan, saya ikut seminar Mor*naga yang diadakan di Grand Senyiur, itu bagus sekali topiknya, mengenai 1000 hari perkembangan anak sejak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Dibawakan oleh MC Balikpapan Ririn, kemudian Artis Novita Angie sebagai moderator sekaligus narasumber Ibu dengan 2 anak, dokter SPAK Ahmad Suryawan, dan Bunda Romi sebagai psikolog. Disitu dibahas mengenai seorang anak bukan hanya diharapkan berperilaku cerdas melainkan agar dapat cerdas berperilaku juga. Di situ saya sempat bertanya kepada Bunda Romi mengenai kedua orang ponakkan saya yang kondisinya orang tua sudah bercerai, tinggal bersama kakek dan neneknya, sang kakak sering sekali menyakiti adiknya yang terpaut pas setahun usianya dengan dia (ketika ia baru berusia 3 bulan, mamanya hamil adik perempuannya itu).
Ponakkan saya yang lelaki memang sangat menikmati menyakiti adik perempuannya ketika itu, baik memukul, menggigit maupun menyakar. Saya sebagai tante lumayan prihatin mengenai psikologis anak-anak korban Broken Home seperti para ponakkan saya itu. Apalagi orang tua saya bukan tipikal yang mau dan paham mengenai parenting yang baik, mereka hanya tahu mendidik anak dengan satu pola yaitu menasehati dan memarahi bahkan berteriak, sama seperti ketika saya dan adik saya kecil dulu (sampai sekarang, masih suka diteriakin, wkwkwkk). Sedangkan orang tua anak-anak itu sendiri adalah korban pernikahan dini, ketika bercerai masih ingin bebas satu sama lainnya. Mami dan Papa saya yang sudah berusia setengah abad lebih mengasuh dua orang anak balita (malah masih batita ketika saya ikut parenting tersebut) dengan cara orang dulu, tanpa ada perkembangan.
Ketika itu Bunda Romi hanya meminta agar si Kakak dikondisikan untuk menerima dan ikut mengasuh adiknya, seperti membantu nenek memasangkan kaos kaki adiknya dsb, bukan malah terus-terusan menyalahkan si Kakak atas sikap jeleknya terhadap sang adik, karena justru akan membuat si Kakak semakin membenci adiknya. Sayangnya bukan orang tua saya sendiri yang ikut seminar, mereka hanya mengatakan bahwa itu teori, dan untuk ukuran orang berusia mereka bukan lagi tertarik mengenai 'belajar' apalagi belajar parenting.
Ketika Aisyah, anak saya lahir, ternyata ia mengalami alergi susu sapi, duh rasanya batin saya sebagai orang tua ingin berteriak. Karena saya hamil dia sudah mengalami banyak sekali masalah, dari Placenta Previa, kemudian terputus saluran nutrisi 2 minggu sehingga di usia kandungan 7 bulanan BBJ nya hanya 900 gram, alhamdulillah setelah opname 2 minggu naik menjadi 1,25kg dan lagi-lagi saya dapat ujian ketika dokter mengatakan bahwa kepala anak saya terlambat berkembang, bisa berpotensi Mikrosepalus.
Saya punya Blog satu lagi, sejak tahun 2009, disitu banyak sekali curahan hati saya sejak masih kuliah, masih pacaran, masih yang muda yang bercinta, sehingga saya jarang sekali mem-publish tulisan saya yang ada pada Blog tersebut ... bahkan seringkali juga luapan kemarahan saya ungkapkan dalam Blog tersebut.
Bombon Asam ini seperti hidup baru saya, saya ingin merubah image saya, dari remaja cupu yang hanya bisa ngomel dan nangis, menjadi seorang wanita dewasa, seorang Ibu dari anak balita yang cerdas. Apalagi untuk ukuran mahmud beranak balita 1, usia saya tidak termasuk yang muda banget. Bahkan teman-teman saya anaknya ada yang sudah pertengahan SD, bentar lagi punya anak abegeh.
Sebagai seorang Ibu yang baru memiliki 1 anak, saya lagi giat-giatnya belajar parenting. Sebenarnya sudah sejak saya hamil rajin ikut seminar parenting. Saya ingat waktu kandungan saya masih 1,5 bulan, saya ikut seminar parenting Pren*gen yang diadakan Food Court sebuah Mall, sayangnya saya tidak bisa ikut kegiatan Belly Dance nya karena masih sangat muda kandungannya. Pembicara waktu itu Dokter Ketut kalau tidak salah (saya agak-agak lupa karena sudah cukup lama).
Ketika kandungan saya masuk 7 bulan, saya ikut seminar Mor*naga yang diadakan di Grand Senyiur, itu bagus sekali topiknya, mengenai 1000 hari perkembangan anak sejak masih di dalam kandungan hingga berusia 2 tahun. Dibawakan oleh MC Balikpapan Ririn, kemudian Artis Novita Angie sebagai moderator sekaligus narasumber Ibu dengan 2 anak, dokter SPAK Ahmad Suryawan, dan Bunda Romi sebagai psikolog. Disitu dibahas mengenai seorang anak bukan hanya diharapkan berperilaku cerdas melainkan agar dapat cerdas berperilaku juga. Di situ saya sempat bertanya kepada Bunda Romi mengenai kedua orang ponakkan saya yang kondisinya orang tua sudah bercerai, tinggal bersama kakek dan neneknya, sang kakak sering sekali menyakiti adiknya yang terpaut pas setahun usianya dengan dia (ketika ia baru berusia 3 bulan, mamanya hamil adik perempuannya itu).
Ponakkan saya yang lelaki memang sangat menikmati menyakiti adik perempuannya ketika itu, baik memukul, menggigit maupun menyakar. Saya sebagai tante lumayan prihatin mengenai psikologis anak-anak korban Broken Home seperti para ponakkan saya itu. Apalagi orang tua saya bukan tipikal yang mau dan paham mengenai parenting yang baik, mereka hanya tahu mendidik anak dengan satu pola yaitu menasehati dan memarahi bahkan berteriak, sama seperti ketika saya dan adik saya kecil dulu (sampai sekarang, masih suka diteriakin, wkwkwkk). Sedangkan orang tua anak-anak itu sendiri adalah korban pernikahan dini, ketika bercerai masih ingin bebas satu sama lainnya. Mami dan Papa saya yang sudah berusia setengah abad lebih mengasuh dua orang anak balita (malah masih batita ketika saya ikut parenting tersebut) dengan cara orang dulu, tanpa ada perkembangan.
Ketika itu Bunda Romi hanya meminta agar si Kakak dikondisikan untuk menerima dan ikut mengasuh adiknya, seperti membantu nenek memasangkan kaos kaki adiknya dsb, bukan malah terus-terusan menyalahkan si Kakak atas sikap jeleknya terhadap sang adik, karena justru akan membuat si Kakak semakin membenci adiknya. Sayangnya bukan orang tua saya sendiri yang ikut seminar, mereka hanya mengatakan bahwa itu teori, dan untuk ukuran orang berusia mereka bukan lagi tertarik mengenai 'belajar' apalagi belajar parenting.
Ketika Aisyah, anak saya lahir, ternyata ia mengalami alergi susu sapi, duh rasanya batin saya sebagai orang tua ingin berteriak. Karena saya hamil dia sudah mengalami banyak sekali masalah, dari Placenta Previa, kemudian terputus saluran nutrisi 2 minggu sehingga di usia kandungan 7 bulanan BBJ nya hanya 900 gram, alhamdulillah setelah opname 2 minggu naik menjadi 1,25kg dan lagi-lagi saya dapat ujian ketika dokter mengatakan bahwa kepala anak saya terlambat berkembang, bisa berpotensi Mikrosepalus.
Duhh Allah ... ini anak pertama saya, tega banget sih, seolah hati saya berteriak ketika itu. Tapi apapun yang terjadi, dia tetap anak saya, sayang banget sama si jabang bayi, tutup telinga rapat-rapat mengenai pendapat orang.
Tidak diberi waktu lama-lama untuk khawatir, saya kembali opname 3 hari karena pendarahan (padahal saya di RS ngga ada yang nungguin loh, sampai pakai adult diapers kayak orang jompo, karena bedrest ngga boleh ke toilet), selang seminggu keluar RS kembali pendarahan sehingga opname lagi, 3 hari di RS kembali pendarahan dan JEDERRR ... kata dokter harus Caesar sesegera mungkin tapi harus cari stok darah dulu. Duh, mencari stok darah di PMI tidak semudah yang dibayangkan. Seharusnya saya sudah Caesar jam 2 siang, diundur sampai jam 10 malam, alhamdulillah saya masuk kamar operasi tepat papa saya tiba di RS dari Jakarta. Bersyukur banget anak saya lahir tak kekurangan satu hal pun, normal dengan BB yang cukup, itu hal terindah dalam hidup saya. Dia anak yang kuat!
Sayang banget alergi susu sapi membuat pernafasannya tidak lancar, saya bolak-balik fisioterapi di Siloam. Seandainya saja ia mau ASI, pasti tidak sesengsara ini. ASI saya baru keluar pada hari kelima setelah Caesar, anak saya keburu bingung puting dan saya perah pun ASInya sangat sedikit. Hiks sedih. Sampai sudah konsultasi sama dokter Nina, dokter laktasi di Siloam, yang ada Aisyah teriak terus, dia kuat sekali minum.
Akhirnya usia Aisyah 3 bulanan, ikut seminar Pren*gen lagi berdua Aisyah di Food Court sebuah Mall. Tapi susah konsennya, ngga sempat tunjuk tangan pada sessi tanya jawab juga, apalagi mendadak Aisyah poop, welehhh. Padahal topiknya adalah topik yang saya butuhkan yaitu 'Alergi Susu Sapi pada Anak', dibawakan oleh dokter Anggun.
Ketika Aisyah usia 2 tahunan, saya ikut Seminar Parenting yang diadakan Mor*naga lagi di Novotel, kebetulan ada Playgroundnya jadi saya rasa tak masalah bawa Aisyah, tapi untuk jaga-jaga saya buka kamar di hotel tersebut juga. Ternyata Aisyah tertarik main di Playground saja, susah diajakin masuk ke dalam ruang seminar. Duh, seandainya saja saya punya suami yang mendukung saya secara moril dan mau bekerja sama dalam mendidik anak, paling tidak membantu saya jaga anak saja di Playground sementara saya mengikuti kegiatan seminar, tapi suami saya sama sekali tidak bisa diharapkan meluangkan waktu satu hari untuk itu. Untuk jaga saya waktu di RS saja dia kebanyakan ngomelnya, sampai saya memutuskan pakai adult diapers daripada saya tambah stres liat orang ngga punya perasaan, wkwkwk. Pertengahan seminar Aisyah malah ngantuk, akhirnya kami naik ke kamar buat tidur. Pas doorprize baru turun lagi, tapi ngga dapet, hikss.
Nah baru-baru ini saya ikut Seminarnya Ayah Edy di Grand Jatra ... sebelumnya saya ngga pernah tertarik dengan Ayah Edy, karena saya hanya tahu Ayah Edy melalui Facebook, saya lebih suka mendengarkan motivasi dari Mario Teguh. Bayangan saya, Ayah Edy itu sombong, hanya pandai berteori. Kalau tiket parentingnya mahal mungkin saya tidak akan pergi, syukurlah tiket Gold hanya 100rb karena subsidi dari salah satu perusahaan property di Balikpapan yang mengadakan seminar tersebut. Di samping itu, bisa berkumpul bersama Ibu-ibu teman sekolahnya Aisyah yang lain.
Saya meminta orang tua saya menemani Aisyah dan para ponakkan saya di Playground Mall (pas di samping Hotel), kasihan sebenarnya kalau terlalu lama, tapi sayang banget kalau saya melewatkan seminar parenting dengan tiket terjangkau seperti ini. Saya ngga pakai Baby Sitter karena ketidak percayaan saya terhadap orang lain selain orang tua saya untuk menjaga anak saya dengan baik. Aisyah full saya jaga dengan tangan saya sendiri sejak ia masih bayi merah, sejak bekas operasi saya masih basah dan nyeri.
Seminar tersebut merubah pandangan saya terhadap Ayah Edy. Bagi saya Ayah Edy itu hebat, semua teorinya masuk di logika saya, dimana seorang anak jika dihargai, didukung sepenuh hati cita-citanya, pasti bisa mengantarkan kesuksesannya. Dan It works! Banyak anak yang dibawah didikan Ayah Edy berhasil meraih apa yang ia inginkan. Saya pun berburu buku Ayah Edy. Di Gramedia saya hanya menemukan buku Ayah Edy yang 'Mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur', sedangkan saya sangat ingin buku 'Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak'. Akhirnya saya membelinya secara online.
Sebenarnya pada malam itu, buku-buku Ayah Edy juga dijual, tapi orang tua saya sudah menelpon terus karena terlalu lama, akhirnya saya kabur duluan dari ruang seminar, hiksss.
Buku 'Rahasia Ayah Edy memetakan Potensi Unggul Anak' semakin memicu semangat saya untuk membesarkan dan mendidik anak saya secara demokratis. Harus menyingkirkan sedikit ego kita sebagai orang tua yang harus AMAT SANGAT dihormati oleh anak. Heheheee ... pokoknya kalau ortu jaman dulu 'Seng Ada Lawang', orang tua selalu benar, anak yang berbakti harus menurut sepenuhnya. Dua telinga untuk mendengar dan satu mulut untuk berbicara, hmmm kalau jaman dulu itu hanya berlalu bagi anak, sedangkan bagi orangtua hanya punya 1000 mulut untuk berbicara.
Tapi seperti kata Ayah Edy, tidak ada waktu untuk melihat ke belakang, maafkanlah masa lalu, para guru, orang tua kita, dan semua orang serta sistem yang sempat membuat kita tersesat begitu jauh. Saya saja sampai tidak tahu apa cita-cita saya sebenarnya, wkwkwkk, pokoknya dibilang pendidikan 'itu' bagus yaa bagus saja, manut wae kalo katanya orang Inggris.
Bismillah, masa depan anak ada di tangan kita. Let's make Indonesia Strong from Home jarnya Ayah Edy. -logat Banjar-
Bahkan jati diri saya ngga jelas, bahasanya campur aduk, hahahaaa ... karena tinggal di Balikpapan saja, kalau itu mah. -logat Sunda-
Tidak diberi waktu lama-lama untuk khawatir, saya kembali opname 3 hari karena pendarahan (padahal saya di RS ngga ada yang nungguin loh, sampai pakai adult diapers kayak orang jompo, karena bedrest ngga boleh ke toilet), selang seminggu keluar RS kembali pendarahan sehingga opname lagi, 3 hari di RS kembali pendarahan dan JEDERRR ... kata dokter harus Caesar sesegera mungkin tapi harus cari stok darah dulu. Duh, mencari stok darah di PMI tidak semudah yang dibayangkan. Seharusnya saya sudah Caesar jam 2 siang, diundur sampai jam 10 malam, alhamdulillah saya masuk kamar operasi tepat papa saya tiba di RS dari Jakarta. Bersyukur banget anak saya lahir tak kekurangan satu hal pun, normal dengan BB yang cukup, itu hal terindah dalam hidup saya. Dia anak yang kuat!
Sayang banget alergi susu sapi membuat pernafasannya tidak lancar, saya bolak-balik fisioterapi di Siloam. Seandainya saja ia mau ASI, pasti tidak sesengsara ini. ASI saya baru keluar pada hari kelima setelah Caesar, anak saya keburu bingung puting dan saya perah pun ASInya sangat sedikit. Hiks sedih. Sampai sudah konsultasi sama dokter Nina, dokter laktasi di Siloam, yang ada Aisyah teriak terus, dia kuat sekali minum.
Akhirnya usia Aisyah 3 bulanan, ikut seminar Pren*gen lagi berdua Aisyah di Food Court sebuah Mall. Tapi susah konsennya, ngga sempat tunjuk tangan pada sessi tanya jawab juga, apalagi mendadak Aisyah poop, welehhh. Padahal topiknya adalah topik yang saya butuhkan yaitu 'Alergi Susu Sapi pada Anak', dibawakan oleh dokter Anggun.
Ketika Aisyah usia 2 tahunan, saya ikut Seminar Parenting yang diadakan Mor*naga lagi di Novotel, kebetulan ada Playgroundnya jadi saya rasa tak masalah bawa Aisyah, tapi untuk jaga-jaga saya buka kamar di hotel tersebut juga. Ternyata Aisyah tertarik main di Playground saja, susah diajakin masuk ke dalam ruang seminar. Duh, seandainya saja saya punya suami yang mendukung saya secara moril dan mau bekerja sama dalam mendidik anak, paling tidak membantu saya jaga anak saja di Playground sementara saya mengikuti kegiatan seminar, tapi suami saya sama sekali tidak bisa diharapkan meluangkan waktu satu hari untuk itu. Untuk jaga saya waktu di RS saja dia kebanyakan ngomelnya, sampai saya memutuskan pakai adult diapers daripada saya tambah stres liat orang ngga punya perasaan, wkwkwk. Pertengahan seminar Aisyah malah ngantuk, akhirnya kami naik ke kamar buat tidur. Pas doorprize baru turun lagi, tapi ngga dapet, hikss.
Nah baru-baru ini saya ikut Seminarnya Ayah Edy di Grand Jatra ... sebelumnya saya ngga pernah tertarik dengan Ayah Edy, karena saya hanya tahu Ayah Edy melalui Facebook, saya lebih suka mendengarkan motivasi dari Mario Teguh. Bayangan saya, Ayah Edy itu sombong, hanya pandai berteori. Kalau tiket parentingnya mahal mungkin saya tidak akan pergi, syukurlah tiket Gold hanya 100rb karena subsidi dari salah satu perusahaan property di Balikpapan yang mengadakan seminar tersebut. Di samping itu, bisa berkumpul bersama Ibu-ibu teman sekolahnya Aisyah yang lain.
Saya meminta orang tua saya menemani Aisyah dan para ponakkan saya di Playground Mall (pas di samping Hotel), kasihan sebenarnya kalau terlalu lama, tapi sayang banget kalau saya melewatkan seminar parenting dengan tiket terjangkau seperti ini. Saya ngga pakai Baby Sitter karena ketidak percayaan saya terhadap orang lain selain orang tua saya untuk menjaga anak saya dengan baik. Aisyah full saya jaga dengan tangan saya sendiri sejak ia masih bayi merah, sejak bekas operasi saya masih basah dan nyeri.
Seminar tersebut merubah pandangan saya terhadap Ayah Edy. Bagi saya Ayah Edy itu hebat, semua teorinya masuk di logika saya, dimana seorang anak jika dihargai, didukung sepenuh hati cita-citanya, pasti bisa mengantarkan kesuksesannya. Dan It works! Banyak anak yang dibawah didikan Ayah Edy berhasil meraih apa yang ia inginkan. Saya pun berburu buku Ayah Edy. Di Gramedia saya hanya menemukan buku Ayah Edy yang 'Mengapa anak saya suka melawan dan susah diatur', sedangkan saya sangat ingin buku 'Rahasia Ayah Edy Memetakan Potensi Unggul Anak'. Akhirnya saya membelinya secara online.
Sebenarnya pada malam itu, buku-buku Ayah Edy juga dijual, tapi orang tua saya sudah menelpon terus karena terlalu lama, akhirnya saya kabur duluan dari ruang seminar, hiksss.
Buku 'Rahasia Ayah Edy memetakan Potensi Unggul Anak' semakin memicu semangat saya untuk membesarkan dan mendidik anak saya secara demokratis. Harus menyingkirkan sedikit ego kita sebagai orang tua yang harus AMAT SANGAT dihormati oleh anak. Heheheee ... pokoknya kalau ortu jaman dulu 'Seng Ada Lawang', orang tua selalu benar, anak yang berbakti harus menurut sepenuhnya. Dua telinga untuk mendengar dan satu mulut untuk berbicara, hmmm kalau jaman dulu itu hanya berlalu bagi anak, sedangkan bagi orangtua hanya punya 1000 mulut untuk berbicara.
Tapi seperti kata Ayah Edy, tidak ada waktu untuk melihat ke belakang, maafkanlah masa lalu, para guru, orang tua kita, dan semua orang serta sistem yang sempat membuat kita tersesat begitu jauh. Saya saja sampai tidak tahu apa cita-cita saya sebenarnya, wkwkwkk, pokoknya dibilang pendidikan 'itu' bagus yaa bagus saja, manut wae kalo katanya orang Inggris.
Bismillah, masa depan anak ada di tangan kita. Let's make Indonesia Strong from Home jarnya Ayah Edy. -logat Banjar-
Bahkan jati diri saya ngga jelas, bahasanya campur aduk, hahahaaa ... karena tinggal di Balikpapan saja, kalau itu mah. -logat Sunda-
Masih minimnya kesadaran kita untuk mendidik anak tanpa kekerasan membuat kita beranggapan bahwa itu adalah hal yang biasa. Seperti ketika guru yang menghukum anak menggunakan penggaris untuk memukul telapak tangannya, mencubit dada anak lelaki atau lengan anak perempuan hingga berbekas (biru), menjewer telinga hingga berbunyi, menendang kaki hingga terjatuh ... beberapa dari kita menganggap bahwa hal tersebut wajar ... sampai akhirnya kita dengar seorang siswa meninggal akibat kekerasan yang dilakukan oleh sang guru. Tidak menutup kemungkinan awalnya guru tersebut hanya mencubit, memukul pakai penggaris, hingga kebablasan, memanjakan nafsu setannya untuk menghajar anak muridnya tersebut sampai sang anak kehilangan nyawa, seperti yang terjadi di Ternate pada tahun 2015.
Sumber: https://www.vemale.com/galeri/10-wanita-tercantik-pada-zaman-china-kuno.html |
Saya baru saja menyelesaikan menonton drama seri Mandarin berjudul 'Wei ZiFu', kisah seorang penari yang bekerja di kediaman Putri Ping Yang, kakak kandung kaisar Wu, kaisar Han yang bertahta saat itu, dan kemudian dijadikan selir oleh kaisar. Ini adalah DVD kesekian seri kekaisaran yang saya tonton, sebelumnya saya juga sempat menonton kisah 'Dou YiFang', permaisuri kerajaan Han juga, istri dari Kaisar Wen (Liu Heng). Waktu jamannya Wei ZiFu, dia sudah menjadi nenek suri, karena Kaisar Wu adalah cucunya. Anak dari Dou YiFang adalah Kaisar Jing yang merupakan ayah dari Kaisar Wu.
Bukan sekedar menonton, karena berdasar rasa penasaran, saya jadi lebih banyak membaca dan mencari tahu seperti apa karakter dan kondisi mereka yang sebenarnya berdasarkan sejarah tertulis. Pada kisahnya di film, Wei ZiFu digambarkan sebagai permaisuri yang bijak bahkan anaknya yang diangkat sebagai putera mahkota juga dikisahkan pandai dan bijak seperti ibunya.
Pada catatan sejarahnya, tidak terlalu jelas digambarkan mengenai karakter Wei ZiFu, tetapi miris ketika membaca akhir dari kisah hidupnya, ia bunuh diri menyusul anaknya yang juga bunuh diri karena kalah dalam pemberontakan. Catatan sejarahnya adalah sang putera mahkota memberontak karena ibunya telah kehilangan kasih sayang ayahnya, Kaisar Wu.
Gadis-gadis dibawa masuk ke istana, ditiduri oleh kaisar sekali, kemudian syukur-syukur didatangin lagi, bahkan setelahnya kaisar sudah lupa sama kehadiran mereka, hanya selir kecil yang menunggu gila dan mati di istana belakang. Kalau yang sudah diangkat menjadi nyonya (selir besar) masih lumayan, bisa berdandan dengan mewah dan mondar-mandir datangi kaisar, masih ada kemungkinan kaisar datang kembali menidurinya sehingga berkesempatan melahirkan anak keturunan untuk kaisar (agar memiliki 'akar' untuk tetap kokoh berdiri) serta memiliki kesempatan untuk diangkat menjadi permaisuri.
Cara masuk para gadis ke istana pun sangat unik, selain mengikuti pemilihan gadis istana setiap tahunnya. Seperti We ZiFu, gadis dari golongan rakyat dan miskin, yang diminta secara langsung oleh Putri Ping Yang melayani kaisar, kemudian dibawa ke istana untuk menjadi selirnya. Dulu Dou YiFang pun begitu, gadis yang tidak jelas asal usulnya namun diangkat menjadi permaisuri dan akhirnya selalu ikut campur masalah kenegaraan, malah jadi wanita yang paling berkuasa di kerajaan Han sampai akhir hidupnya. Dou YiFang diceritakan akhir hidupnya pada serinya Wei ZiFu.
Wanitanya kaisar, baik yang menjabat sebagai permaisuri, sebagai nyonya, apalagi tingkatan selir-selir lainnya dari yang tinggi sampai yang paling kecil (sudah kayak jenjang karir ya), sama menderitanya, karena harus berbagi kasih satu sama lain, tidak akan sama adilnya. Ketika kaisar jatuh cinta dengan seorang wanita, tiap malam ia bisa hanya tidur dengan wanita itu saja, begitupun ketika wanita baru datang yang lebih menarik dan pandai mencari perhatian kaisar, yang lama pun ditinggalkan begitu saja. Permaisuri biasanya mendapat penghargaan lebih dan dipercayai mengurus istana belakang karena ia sudah banyak berkorban untuk kaisar, salah satunya adalah 'berjasa' karena telah melahirkan anak keturunan (laki-laki) untuk kaisar.
Betapa sedihnya ketika Wei ZiFu, seorang permaisuri, harus menunggu semalaman dengan makanan kesukaan kaisar yang sudah dihidangkan di dalam kediamannya, sementara kaisar tak kunjung hadir karena sedang bermadu kasih dengan selirnya yang lain. Saya menontonnya saja bisa gemas sendiri. Entah apa yang ada di pikiran kaisar (dan mungkin setiap lelaki memang begitu), yang bisa dengan mudah menumbuhkan hasrat dan nafsu bahkan cinta kepada wanita lain tanpa (beban) memikirkan perasaan wanita yang seumur hidup sudah setia serta banyak berkorban untuknya.
Belum lagi intrik para wanita istana belakang, oleh karena itu butuh permaisuri yang bijak untuk mengatasinya, bahkan permaisuri pun tak luput dari perbuatan licik para selir demi menjatuhkan dan menggantikan kedudukannya.
Bagi saya kisah Dou YiFang dan Wei ZiFu paling menarik karena selain saling berkaitan melalui satu jalur keturunan kekaisaran Han, yang paling diekspos adalah kehidupan para wanitanya.
Kisah Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing juga menarik, tetapi yang diekspos adalah perebutan kekuasaan oleh anak-anaknya. Kebetulan ia memiliki banyak anak lelaki, ada 35 anak lelaki berdasarkan catatan sejarahnya di wikipedia. Meskipun kelihatan sebagai anak-anak kaisar yang patuh, namun sesungguhnya mereka terpisah dalam kelompok masing-masing dan saling menyusun strategi untuk menyikut kelompok yang lain.
Kaisar menyayangi Pangeran ke 14, dan desas-desusnya akan diangkat untuk menggantikan putera mahkota. Putera mahkota, anak pertama dari permaisurinya, adalah orang yang kurang bisa diharapkan dan licik. Pangeran ke 14 lebih baik hati sehingga bisa membuat tenang hati kaisar agar tidak terjadi saling bunuh antar saudara. Pangeran ke 14 sendiri bersama Pangeran ke 9 dan 10 mendukung pangeran 8 untuk menjadi putera mahkota (calon pengganti kaisar). Sementara Pangeran ke 13 mendukung Pangeran ke 4. Pangeran ke 4 sikapnya lebih tenang, namun ternyata sudah punya strategi secara diam-diam untuk menjatuhkan yang lainnya, karena pada akhir hidup Kaisar Kangxi, pada wasiat tertulis bahwa Pangeran ke 4 yang diputuskan untuk menggantikannya. Tidak ada yang percaya dengan keputusan Kangxi tersebut, bahkan isunya Pangeran ke 4 telah memalsukan wasiat Kangxi.
Dari sisi manapun kehidupan di istana sangat menyeramkan ya, penuh intrik. Belum lagi karena kesalahan kecil bisa dihukum pancung. Hanya tidak sengaja menjatuhkan gelas di hadapan selir saja, pelayan bisa sangat ketakutan dan berkata sambil sujud-sujud "Hamba pantas mati.". Ketemu selir yang gila karena galau tidak didatang-datangi sama kaisar, bisa dibunuh betulan itu pelayan.
Beruntunglah kita hidup di jaman ini, di Indonesia pula, meskipun korupsi besar-besaran tidak sampai dihukum penggal, bahkan predator anak pun belum tentu mendapat hukuman mati, apalagi penggal, karena tidak sesuai dengan sila ke dua Pancasila "Kemanusiaan yang adil dan beradab", meskipun sebenarnya kan kemanusiaan itu hanya berlaku bagi orang yang memanusiakan manusia. Kalau pembunuh sih bagi saya (sebagai rakyat Indonesia) tidak berlaku lagi sila kedua.
Tapi bagaimanapun seremlah menjadi bagian dari kehidupan istana pada jaman kekaisaran Tiongkok. Saya suka menikmati sejarahnya, drama serinya, tetapi sama sekali tak pernah bermimpi menjadi bagian di dalamnya. Pada jaman dinasti Tang, selir kaisar saja bisa mencapai 3000 orang, ada yang sampai mati tidak pernah bertemu dengan kaisar, sebagian pasti menjadi gila dulu sebelum mati. Kasihan ...
Fiksi
Terlalu Benci
Oleh: marga Tang
“Sampai matipun aku nda bakal nyapa
si Ariana itu!”
Astaghfirullah,
Bella berkata dalam hati. “Jangan begitu jugalah Lin. Emang Ariana salah apa
sih?”
Mata Linda yang sipit mendelik.
“Salah apa?! Kamu tau sendiri kan Bel kalau aku dari dulu emang sudah nda suka
sama dia. Musuhku dulu namanya sama dengan dia, sudah gitu gayanya itu loh,
klemak-klemek sok suci.”
Nada
suara Linda meninggi dengan logat Jawanya yang masih kental terdengar. Linda
adalah keturunan Tionghoa yang besar di Malang.
Bella menghela nafas berat. Susah
juga temannya yang satu ini, pikirnya. Sebenarnya permusuhan yang terjadi
antara Ariana dan Linda ini bukan hanya melibatkan dua pihak tersebut yang
masih bertikai sampai sekarang, melainkan melibatkan dirinya, serta dua orang sahabatnya
yaitu Intan dan Hasnah, juga beberapa teman lain yang berbeda rumah kos dengan
mereka.
Pertikaian diawali sejak satu
persatu HP milik para sahabat itu lenyap dan yang terakhir adalah HP milik
Linda menjadi korban. Linda marah besar dan membawa permasalahan ‘kemalingan’
ini ke dukun yang mengharuskan semua penghuni rumah kos tempat ia tinggal untuk
meminum air dari dukun tersebut termasuk Bella, Ariana, Intan dan Hasnah.
Yang membuatnya menjadi tidak adil
di mata Ariana adalah teman-teman yang mengompori Linda menyerahkan kasusnya
kepada dukun tidak dipaksa untuk meminum air tersebut. Konflik terjadi di
antara mereka. Apalagi ketika Ariana tahu bahwa orang yang dituju oleh Linda
adalah teman sekamarnya, yaitu Hasnah.
Akhirnya pelaku pencurian yang
sebenarnya terungkap dan ternyata sahabat dekat Linda di kampus. Ia memang suka
mengunjungi Linda di kos, dan kemudian memanfaatkan kesempatan juga untuk
mencuri HP temannya satu persatu.
Linda yang memang sedikit angkuh
mulai mencoba menegur Hasnah, Bella, dan Intan, seperti biasa seolah-olah tak
pernah ada yang terjadi di antara mereka, hanya Ariana yang sama sekali tidak
ia tegur, mungkin karena Ariana sempat menunjukan dirinya sangat membela
Hasnah atau karena sejak dulu Linda sudah iri dengan kecantikan Ariana dan kebaikan hatinya. Memang sebelum terjadi masalah di antara mereka, Linda dan Ariana sudah
sering bertengkar kecil.
Ada satu rahasia yang disimpan oleh Ariana
dan Bella. Linda jatuh cinta pada kakak kelas mereka, namanya Edy, asal Blitar.
Ariana juga berasal dari Blitar dan ia pernah punya kisah cinta bersama Edy,
tetapi Linda tidak tahu itu.
“Bel, aku mohon sama kamu, jangan
sampai Linda tahu kalau Edy itu mantan pacarku. Aku nda mau dia malu.” Begitu
sepenggal amanat dari Ariana padanya.
“Hey! Kamu nda dengerin ya?!” Linda
menepuk pundak Bella kesal, sehingga membuyarkan lamunan Bella.
Bella geleng-gelengkan kepalanya
sambil melirik kepada Linda, belum hilang rasa terkejutnya. Linda memang agak
kasar dalam bergaul.
“Persetan deh.” Kata Linda cuek
sambil pergi meninggalkan Bella di kantin kampus.
“Kenapa Bel?” Tanya Hasnah yang tiba-tiba
sudah duduk di sampingnya dengan membawa segelas es jeruk.
Bella tersenyum sumbang. “Tau tuh
Linda, sejak jatuh cinta bawaannya curhat terus, capek dengernya.”
Hasnah tertawa sambil
mengedip-ngedipkan matanya. “Namanya saja Falling
in Love. Kamu tau ngga tadi aku ketemu …”
“Stop!” Bella mengarahkan jari
telunjuknya ke bibir Hasnah agar Hasnah tidak meneruskan kalimatnya. “Aku sudah
beribu kali mendengar tentang Gusti, kakak kelas paling tampan sedunia versimu.”
Hari minggu yang cerah Bella sedang menjemur
pakaiannya di halaman rumah kos, ketika terdengar suara gaduh dari kamarnya
Linda. Tampaknya Linda sedang bertengkar dengan pacarnya di kamar. Iseng Bella
mencoba mendengarkan dari balik pintu kamar Linda.
“Kamu harus gugurkan bayi itu.”
Bella tersentak. Astaga, ternyata Linda sedang mengandung.
“Aku nda mau. Pokoknya bagaimanapun
kamu harus tanggung-jawab, Dy. Ini anakmu.”
“Tapi aku belum siap, Lin. Masih ada
2 semester lagi, aku tidak ingin bayi itu menghancurkan masa depanku. Dan
bagaimana dengan kamu? Kamu terlalu dini untuk punya anak, baru pertengahan
jalan kuliah. Kita belum siap.” Edy menegaskan bahwa dia tidak akan
bertanggung-jawab jika Linda memaksa untuk melahirkan anak itu.
“Aku cinta kamu ... juga bayi ini.” Linda
memelas.
Edy terdiam sejenak, menghela nafas
dan mulai berbicara dengan perlahan. “Lin … aku benar-benar minta maaf. Sebenarnya
hubungan kita hanya sandiwara. Aku mencintai Ariana, Lin. Dia mantan pacarku.”
Linda sangat terkejut mendengar
pengakuan Edy, air matanya mengalir tiada henti. Dia hamil dengan mantan pacar
musuhnya, kenyataan paling pahit yang tidak dapat ia terima.
“Hanya
sandiwara? Cumbuan di tempat tidur?!” Linda tertawa miris. Ia memukul-mukul perutnya
merasa sangat terluka, membuat Bella tidak sabar menerobos masuk.
Bella memeluk Linda dan mencegahnya
melakukan hal buruk pada calon jabang bayinya.
“Jika Ariana tahu hal ini, aku yakin
dia akan sangat menyesal kamu pernah masuk dalam perjalanan hidupnya!” Bella
melirik sinis pada Edy, membuat Edy kesal lalu meninggalkan Linda dan Bella
berdua.
Linda
menatap Bella tak percaya. “Tentang Edy dan Ariana … kamu sudah tau kan? Kenapa
nda pernah bilang?”
“Ariana ngga ingin kamu sakit hati.
Dia tau kamu begitu membencinya.”
“Dia pasti ingin mempermainkanku!” Linda
merutuk sendiri.
Gantian Bella yang menatap Linda tak
percaya. “Lin, kamu terlalu picik. Ariana tidak seperti yang kamu pikirkan. Apa
kamu benar-benar sudah lupa dengan kebersamaan kita dulu? Waktu ospek.”
Linda menutup wajahnya dengan kedua
telapak tangan. Samar-samar terdengar isak tangisnya.
“Sudah
Lin.” Bella menjadi sangat iba.
“Anak ini ... haruskah aku
gugurkan?” Masih dengan berlinang air mata.
“Jangan menambah dosa dengan yang
lebih berat lagi. Anak adalah titipan Tuhan, tidak semua orang diberi anugerah
secepat kamu. Kita semua sayang kamu.” Bella meraih Linda ke dalam pelukannya,
menepuk punggungnya, menenangkannya. Baru kali ini Bella melihat Linda begitu
lemah tak berdaya.
“Biar aku yang urus.” Tiba-tiba Ariana
sudah berdiri di pintu kamar Linda. “Aku tidak bermaksud menguping, kebetulan
ada perlu dengan Bella dan melintas depan kamarmu.”
Linda masih memasang tampang
memusuhi.
“Aku
tahu kamu masih marah padaku. Tetapi sepertinya aku dilibatkan oleh seseorang dalam
masalah ini, dan aku sama sekali nda akan mengijinkan namaku dimanfaatkan oleh
orang yang ingin lepas tanggung jawab.”
Wajah Linda masih tegang, tetapi air
matanya sama sekali tak dapat terbendung.
Ariana menghampiri Linda dan
memeluknya. Mereka sama-sama tenggelam dalam kesedihan.
Edy menolak ketika Ariana memintanya
kembali pada Linda. “Aku tidak mau. Jika
ia wanita baik-baik, seharusnya menolak ketika kuajak tidur.”
PLAKK! Tamparan keras dilayangkan
Ariana ke pipi Edy. “Jadi kamu pikir kamu lelaki baik, mengajak tidur wanita
dan membuangnya!”
“Cintaku padanya palsu. Aku mau kamu kembali.”
Kata Edy sembari menggenggam erat tangan Ariana guna mencegahnya menampar
kembali.
Ariana melotot dan berusaha
melepaskan tangannya dari genggaman Edy. “Itu cinta monyet. Meski hanya setitik
darah, cintaku sama sekali sudah tak berbekas padamu.”
“Kamu …” Edy menunjuk wajah Ariana
tak percaya, kemudian mengalihkan pandangannya dari wajah Ariana dengan kesal. “Aku
sebenarnya … aku kalut! Kenapa secepat itu?! Kami baru hubungan sekali dan dia
hamil.”
Kali ini Edy sungguh terlihat tak
berdaya juga, Ariana berusaha tetap menatap wajah Edy untuk mencari kebenaran. “Apa
benar kamu nda pernah cinta sama Linda?”
Edy menggelengkan kepalanya. “Aku
nda mungkin melakukan itu kalau nda cinta.”
“Jadi kamu mau menerima anak ini?”
Tiba-tiba Linda sudah berada di antara mereka, membuat Edy sangat terkejut.
Ariana memang sudah membawa Linda sejak awal mengatur pertemuan dengan Edy
untuk mendengarkan sendiri pengakuan Edy.
“Aku … aku hanya takut dengan masa
depan.” Edy masih ragu-ragu.
Linda menghapus air matanya dan
menghela nafas berat. “Aku sudah putuskan, di antara kita harus ada yang
mengalah demi anak ini. Aku tidak ingin meneruskan kuliahku, aku hanya ingin
anak ini, buah cinta kita berdua.”
Edy merasa sangat menyesal sudah
sempat melukai hati Linda. Ia meraih Linda ke dalam pelukannya. “Maafkan aku.”
Sejak kejadian itu Linda dan Ariana
selalu bersama. Mereka menjadi jauh lebih akrab dari sebelumnya. Bahkan selama kehamilannya
Ariana yang membantu merawat dan menyiapkan keperluan Linda agar Edy bisa
konsentrasi menyelesaikan kuliahnya yang sudah mau memasuki semester akhir.
Bella, Hasnah dan Intan yang
menyaksikannya ikut senang, mereka juga selalu ada ketika Linda memerlukan bantuan. Linda merasa sangat beruntung dan menyesal karena pernah salah paham terhadap Ariana dalam waktu yang cukup lama.
Kebencian terhadap orang lain yang
selalu dipupuk agar semakin tumbuh subur, pada akhirnya hanya akan melukai diri
sendiri. Dalam bergaul harus sedikit menyingkirkan ego dan arogansi.
Linda
diuji oleh Tuhan sekaligus diberi anugerah atas keberhasilannya, yaitu anak.
Seandainya ia masih bersikukuh terhadap sikap arogannya, ia tentu akan memilih untuk
tidak melahirkan anak itu, sehingga yang ia punya selamanya hanya kebencian,
bukan anugerah.
Fiksi
Indekos
Oleh:
marga Tang
Akhir-akhir ini hati Lucy resah. Ia
merasa tidak tenang tinggal di salah satu kamar kos yang sudah ditempatinya selama
satu tahun. Memang sejak mendapat predikat janda dari seorang bule kaya-raya bernama
Andrew Hughes karena kesalahan yang pernah ia perbuat, kehidupannya menurun
drastis sehingga memaksanya menempati sebuah kamar yang tidak terlalu besar
bahkan non AC di sebuah indekos yang tidak mewah.
Awalnya kehidupan kos ala Lucy cukup
lancar. Ia seorang yang ringan tangan dan selalu membantu teman-teman yang
membutuhkan. Di usia 40 tahun, ia masih tampil muda baik soal style pakaian dan gaya rambut.
Teman-temannya didominasi oleh kaum yang lebih muda darinya. Karena itu pula
banyak yang tidak menganggap Lucy sebagai seorang yang ‘berumur’ dan pantas
dihormati.
“Kurang baik apa aku Bu. Dia tinggal
datang ke kamarku dan bilang ‘Aku lapar, Mba’, dan ia boleh ambil apapun yang
bisa dia makan di kamarku.” Curhat Lucy waktu membayar uang bulanannya pada ibu kos. Air matanya mengalir.
Ibu kos memandang prihatin Lucy. Dielusnya
pundak Lusi dengan lembut. “Sabar aja ya Lus, semua ada balasannya. Yang
penting kamu pernah baik sama orang sudah cukup, tidak usah berharap lebih. Setiap
orang itu beda.”
Ibu kos cukup bijak menghadapi
masalah yang datang silih berganti pada anak-anak kosnya. Maklumlah, usia ibu
kos sudah mendekati setengah baya.
“Aku ini orang tua. Bagaimana
perasaanku, tiap aku melintas depan kamarnya, dia meneriakiku janda. Suaminya diam
saja.” Lucy menghela nafas.
Ibu kos menggeleng-gelengkan
kepalanya. Pusing juga dia menghadapi tingkah anak buahnya yang suami-istri
itu. Monic adalah seorang yang masih sangat muda, berusia 22 tahun, sedangkan
suaminya seorang yang sudah kepala 3.
Sang suami juga bukan seorang yang
bisa menjadi imam bagi istrinya. Istri jadi tidak memiliki sopan-santun
terhadap orang yang lebih tua.
Saat si bapak kos memperingati Monic
dan suami untuk tidak boros menggunakan air di indekos (kebetulan saat itu di
kos hanya ada Monic), tapi ia dengan lantang berkata, “Siapa ... siapa yang
buang-buang air?!”
Saat itu ibu kos hanya tersenyum,
tapi tidak begitu tulus terlihat. Maklum, ibu kos juga tidak terlalu suka pada
anak kosnya yang tak beretiket seperti Mona. Ibu kos berasal dari keluarga yang
sangat mementingkan rasa hormat terhadap yang lebih tua.
“Lus,
sudah ... ngga usah perdulikan dia. Jangankan kamu, si bapak saja dilawannya.
Mungkin orang-tuanya sendiripun dilawan. Si Sasa sendiri saja sampai sekarang
bukan main marahnya sama Monic dan suaminya itu.” Sasa adalah anak dari si ibu
kos yang baru saja pulang kuliah dari Jakarta.
“Dasar penyanyi bar!” Umpat Lucy,
kesal.
Ibu kos terkejut. “Hush, nanti kalau
didengarnya tambah mengamuk dia. Introspeksi diri dulu.”
Bukan
tanpa alasan Lucy menjuluki Monic seperti itu, Lucy pernah mendengar
desas-desus bahwa Monic pernah bekerja di Night
Club.
Sebenarnya masalah yang terjadi
antara Monic dan Lucy adalah sesuatu yang sederhana. Monic kehidupannya susah,
hanya berpenghasilan dari suami yang seorang cleaning service sebuah perusahaan, meminta Lucy bertukar kamar.
Kamar Lucy lebih kecil dari kamar Monic dan otomatis bayar perbulannya juga
lebih ringan. Kehidupan Lucy lebih baik dari Monic dan suami karena Andrew
Hughes meninggalkannya tabungan yang cukup untuk Lucy menjalani kehidupan
sederhananya sekarang ini, meskipun Lucy terpaksa merelakan anak perempuan
semata wayangnya dibawa pergi.
Terjadi
kesepakatan antara Lucy, Monic, dan sang ibu kos mengenai masalah pertukaran
kamar antar dua anak kos tersebut.
Tetapi Lucy yang lebih sering berada di luar rumah membuat gemes Monic yang
sudah tidak sabar untuk bertukar kamar, sehingga suatu hari terjadilah
pertikaian antara mereka. Monic membentak Lucy yang usianya dua kali lipat lebih
tua. Lucy yang biasanya mencoba sabar menjadi berang juga. Mereka bertengkar
mulut.
Hanya satu alasan ibu kos tidak tega
mengusir Monic dan suami dari indekos, karena suaminya selalu berusaha
memperlihatkan kesantunan, senyum selalu menghiasi wajahnya jika papasan muka
dengan keluarga si ibu kos, biar ditanggapin dingin oleh Sasa sekalipun.
Kamar Lucy berada tepat di samping
tempat parkir motor anak-anak kos di indekos tersebut. Ketika Lucy menuju ke
dalam kamarnya, tanpa sengaja ia berjumpa dengan Monic dan suaminya yang
bersiap meluncur keluar indekos dengan motor pinjaman. Monic dan suaminya tidak
memiliki kendaraan sendiri sehingga hanya bergantung kepada pinjaman motor dari
teman-temannya.
Seperti biasa, Monic tidak puas jika
tidak menyindir Lucy terlebih dahulu. “Kasiannya ai si janda.” Kata Monic
dengan logat Banjarnya yang kental. Monic berasal dari Banjarmasin. Seperti
biasa juga suaminya tidak berkomentar apapun seolah-olah mengijinkan sikap
Monic terhadap Lucy.
Lucy mengurut-urut dadanya. “Sabar…”
Di dalam kamar ia melamun. Teringat
kembali olehnya waktu masih berhubungan baik dengan Monic. Hampir tiap siang ketika
suaminya pergi kerja, Monic mengetuk pintu kamar Lucy.
“Mba’,
aku laper.” Kata Monic setelah Lucy membuka pintu kamarnya.
“Ayo Mon, kita masak nasi goreng, di
kamarku banyak bahan. Kalau kamu mau mie, ambil saja, tidak usah sungkan.”
Monic mengangguk.
Lucy tersentak saat teringat ibu kos
menyuruhnya introspeksi. Ia pernah tanpa sengaja menasehati Monic.
“Mon,
ngapain kamu punya suami tapi hidup susah juga.” Maksud Lucy baik. Waktu itu
Mona hanya tertawa sumbang saja.
Dengar-dengar memang perkataan Lucy
itu sudah sampai ke telinga suami Monic. Kala itu Monic dan suaminya bertengkar
hebat di dalam kamarnya.
Lucy menjadi sangat menyesal saat
ini. Mungkin saja Monic sudah tersinggung berat kepadanya dari dulu, apalagi
suaminya itu, dan akhirnya sengaja mencari-cari masalah..
Setiap orang punya salah, baik yang
disadari maupun yang tidak disadari. Alangkah baiknya jika kita bisa menerima
semuanya dengan lapang dada, pikir Lucy mulai menyadari kekeliruannya.
Kasihan juga Monic, tentunya ia
lebih sengsara karena telah memusuhi Lucy. Monic selalu sendiri di kamarnya
jika suaminya pergi kerja. Dan tentu saja ia harus menahan lapar di dalam kamar
karena tidak ada Lucy yang bisa membantunya mengisi kekosongan perutnya jika ia
sedang tidak ada uang.
Monic masih terlalu muda untuk mengalami
kehidupan rumah tangga. Emosinya juga masih sangat labil. Semoga ia akan lebih
menghormati yang lebih tua jika Tuhan mengijinkannya mempunyai seorang bayi dan
membuatnya merasakan menjadi seorang ibu, doa Lucy. Usia pernikahan Monic sudah
masuk tahun ketiga tetapi belum dikaruniai anak.
Semua pasti ada jalan keluarnya. Lucy
bergegas ke kamar mandi, diambilnya air wudhu dan diniatkannya solat. Sore ini
adalah pertama kalinya ia solat lagi setelah menikah dengan Andrew Hughes dulu.
Lucy sangat berharap kehidupannya menjadi lebih baik dan tenang setelah ia lebih
sering menghadap kepadaNya.